Anak sulung Neneng, Ooy Rukayah bersama adik bungsunya, Uyun, mendatangi Dedi untuk menceritakan duduk perkara konfliknya dengan sang ibu.
Saat ayahnya meninggal, Ooy menyampaikan, dia masih kuliah kedokteran di salah satu universitas swasta di Karawang. Tak lama berselang, ibunya menikah dengan pria lain.
“Dari situ mulai minta warisan dibagi. Akhirnya dengan disaksikan oleh tokoh masyarakat dan ustaz, mamah itu diputuskan dapat 2 dari 16 hektare sawah,” tutur Ooy.
Seiring waktu, sawah 2 hektare itu dijual oleh Neneng untuk membeli rumah, tapi tak lama rumah tersebut dijual dan uang sisa warisan pun telah habis.
Ooy mengaku dia terpaksa menjual 1 hektare sawah haknya untuk biaya kuliahnya. Sisanya digunakan untuk adiknya sekolah karena tak diberi biaya oleh ibu maupun ayah tirinya.
“Sikap mamah kalau ketemu itu pasti berbeda, marah-marah terus. Adik-adik juga akhirnya inginnya ikut sama saya. Makanya saya cepat menikah karena butuh sosok pendamping,” jelasnya.
Akan tetapi, suami Ooy dilaporkan oleh pihak Neneng dengan tuduhan perusakan dan masuk ke rumah orang tanpa izin.
“Suami kan sering bersihkan rumah (warisan), tiba-tiba ada yang menempati, ternyata rumah itu digadai Rp 40 juta sama mamah. Suami dilaporkan karena dianggap merusak gembok yang padahal itu dibeli sendiri,” papar Ooy.
Sebenarnya, lanjut Ooy, warisan untuknya dan dua adiknya seluas 9 hektare sawah, tapi kenyataannya, 9 hektare sawah tersebut dikuasai oleh Neneng dan disewakan kepada orang lain.
“Mamah tidak pernah kasih apa-apa. Adik pertama saya sudah menikah, yang kedua sekarang ikut dan dibiayai oleh suami saya. Sampai HP untuk sekolah rusak juga belum ada biaya untuk gantinya,” papar Ooy sembari menangis.
Ooy pun kini kebingungan karena menurut wasiat almarhum ayahnya, setelah lulus SMA adik bungsunya kuliah kedokteran, sedangkan kini seluruh harta peninggalan sang ayah dikuasai oleh ibu dan suami barunya.
Baca Juga: 3 Weton Sukses di Usia Muda Karena Kerja Keras Dapat Hasil Luar Biasa
“Makanya saya pertahankan tidak mau memberikan surat-surat karena ada kekhawatiran semua warisan itu habis dijual,” bebernya.
Dedi Mulyadi sewa lahan Ooy
Dedi menilai, Neneng lupa terhadap hak anak-anaknya, baik dari segi material maupun kasih sayang.
“Nanti kita pertemukan anak dan ibunya, kita bicara dari hati ke hati bukan dari aspek hukum. Seharusnya sebagai ibu bisa melindungi anaknya dan mengelola aset dengan baik. Ini paling aneh di dunia, orang kaya tapi HP anaknya untuk sekolah saja tidak punya,” terangnya.
Dedi Mulyadi lantas memberikan sejumlah uang kepada Yuyun untuk mengganti HP yang rusak. Selain itu dia juga menawarkan agar sawah warisan tersebut disewa olehnya untuk dikelola.
Nantinya, yang sewa yang diterima Ooy bisa digunakan untuk biaya kuliah Yuyun dan kehidupan sehari-hari mereka.
“Nanti setelah lulus kedokteran silakan mau diambil atau dilanjutkan lagi sewanya. Nanti saya kelola, karena sekarang lagi senang nyawah. Punya kekayaan harus jadi berkah jangan jadi musibah,” pungkasnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jabar |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar