GRIDHOT.ID-Dalam primbon Jawa, "weton" mengacu pada gabungan dua unsur dalam penanggalan Jawa, yaitu hari dan pasaran saat seseorang lahir.
Weton dianggap memengaruhi sifat dan nasib seseorang.
Meskipun dalam budaya Jawa, banyak orang mempercayai weton sebagai panduan hidup, perlu diingat bahwa ini lebih bersifat kepercayaan dan warisan budaya daripada ilmu pasti atau ilmiah.
Menurut primbon Jawa, ada beberapa weton yang dianggap memiliki sifat penyayang terhadap orang tua.
Berikut adalah enam weton yang dianggap memiliki sifat penyayang orang tua yang cocok dijuluki anak berbakti:
1. Selasa Pahing:
Orang yang lahir pada hari Selasa Pahing diyakini memiliki sifat penyayang terhadap orang tua.
Baca Juga: 3 Weton Konon Pantang Berjodoh dengan Senin Pahing Menurut Primbon
Selasa dianggap sebagai hari yang penuh energi dan semangat, sedangkan Pahing menunjukkan kemapanan atau kelengkapan.
2. Rabu Kliwon:
Rabu Kliwon dianggap sebagai kombinasi yang membawa kebaikan terhadap orang tua.
Rabu memiliki energi positif, sementara Kliwon dianggap sebagai hari yang penuh keberuntungan.
3. Jumat Pon:
Jumat Pon dianggap sebagai hari yang membawa kebahagiaan dan keberuntungan.
Orang yang lahir pada hari ini diyakini memiliki sifat penyayang, termasuk terhadap orang tua.
Baca Juga: 4 Weton yang Mudah Begaul dan Ramah, Mereka Dikenal Selalu Positif Vibes
4. Sabtu Wage:
Sabtu Wage dianggap membawa keberuntungan dan kekuatan.
Orang yang lahir pada hari ini dianggap memiliki sifat penyayang, termasuk terhadap orang tua.
5. Minggu Kliwon:
Minggu Kliwon dianggap sebagai kombinasi yang membawa keberuntungan dan kekuatan.
Orang yang lahir pada hari ini diyakini memiliki sifat penyayang terhadap orang tua.
6. Senin Pon:
Senin Pon dianggap sebagai kombinasi yang membawa keberuntungan.
Baca Juga: 3 Weton Red Flag yang Sering Diabaikan dalam Hubungan, Siapa Saja?
Senin memiliki energi yang positif, sementara Pon menunjukkan keberuntungan.
Orang yang lahir pada hari ini diyakini memiliki sifat penyayang terhadap orang tua.
Perlu diingat bahwa pandangan ini hanya berdasarkan kepercayaan dan budaya tertentu, dan tidak ada dasar ilmiah yang mendukungnya.
Setiap orang memiliki karakteristik unik, dan tidak dapat diukur sepenuhnya berdasarkan weton atau faktor astrologi lainnya.
(*)