GRIDHOT.ID-Dalam tradisi Primbon Jawa, terdapat keyakinan bahwa hari kelahiran anak dapat memengaruhi keberuntungan orang tua.
Setiap hari dalam seminggu dianggap memiliki energi atau karakteristik tertentu yang dapat mempengaruhi nasib seseorang.
Berikut adalah beberapa contoh hari kelahiran anak dan arti keberuntungan yang dihubungkan dengan mereka menurut Primbon Jawa:
1. Senin Pon
Keberuntungan: Diianggap membawa keberuntungan dan kesuksesan dalam hidup.
Karakteristik: Anak yang lahir pada hari Senin dianggap memiliki kepribadian yang tenang dan bijaksana.
2. Selasa Wage
Keberuntungan: Dianggap membawa energi keberanian dan kemantapan.
Baca Juga: 6 Weton Narsis yang Disebut Paling Suka Jadi Pusat Perhatian
Karakteristik: Anak yang lahir pada hari Selasa dianggap memiliki semangat petualang dan tekad yang kuat.
3. Rabu Kliwon
Keberuntungan: Dianggap membawa keberuntungan dalam aspek spiritual dan kebijaksanaan.
Karakteristik: Anak yang lahir pada hari Rabu dianggap memiliki kepekaan spiritual dan kecerdasan.
4. Kamis Legi
Keberuntungan: Dianggap membawa keberuntungan dalam hal kekayaan dan kebijaksanaan.
Karakteristik: Anak yang lahir pada hari Kamis dianggap memiliki kecerdasan finansial dan pemikiran strategis.
Baca Juga: 3 Weton yang Suka Bagi-bagi Uang dan Rezeki
5. Jumat Pahing
Keberuntungan: Dianggap membawa keberuntungan dalam hal asmara dan kebahagiaan keluarga.
Karakteristik: Anak yang lahir pada hari Jumat dianggap memiliki kepekaan terhadap hubungan sosial dan keharmonisan.
6. Sabtu Pon
Keberuntungan: Dianggap membawa keberuntungan dalam hal kesuksesan karir dan kestabilan.
Karakteristik: Anak yang lahir pada hari Sabtu dianggap memiliki dedikasi dan ketekunan dalam mencapai tujuan.
7. Minggu Kliwon
Keberuntungan: Dianggap membawa keberuntungan dalam hal kesehatan dan kekuatan fisik.
Baca Juga: 3 Weton Berkepribadian Kompleks dan Susah Dimengerti Orang Lain
Karakteristik: Anak yang lahir pada hari Minggu dianggap memiliki energi fisik yang kuat dan kesehatan yang baik.
Penting untuk diingat bahwa keyakinan ini bersifat tradisional dan tidak memiliki dasar ilmiah.
Meskipun banyak orang masih mempercayai dan menghormati tradisi ini, pandangan ini bervariasi di antara individu dan budaya.
(*)