Gridhot.ID - Yudha Arfandi mengaku dirinya hanya latihan pernapasan saat berenang dengan Dante.
Dikutip Gridhot dari Banjarmasin Post, Dante disebut berenang selama 2,5 jam bersama Yudha Arfandi di kolam renang tersebut.
"Tersangka mengakui berenang di air selama 2,5 jam dan diduga menyelamkan korban bertujuan latihan pernapasan," kata Menurut Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya Kombes Wira Satya Triputra.
"Ya alasannya biar lebih kuat, tidak terlalu panik dan tidak takut air," tutur dia dilansir dari TribunnewsBogor.
Sementara, di rekaman CCTV menunjukkan adanya aksi Arfandi yang menenggelamkan Dante sebanyak 12 kali di kolam renang tersebut.
Pihak keluarga Arfandi menyebut tak mungkin pacar Tamara Tyasmara melakukan hal tersebut.
Pihak keluarga tersangka kemudian memviralkan sebuah video yang menunjukkan kedekatan Dante dengan Yudha Arfandi selama ini.
Bahkan Dante tertawa lepas saat berenang dengan kekasih Tamara Tyasmara tersebut dalam video yang dimiliki keluarga tersangka.
Dari situ, Savira Ramadhani selaku adik dari tersangka, meyakini kala Yudha Arfandi, kakaknya, bukan pembunuh.
Dikutip Gridhot dari Tribun Seleb, menurut pakar psikologi forensik Reza Indragiri, secara umum kasus pidana termasuk pembunuhan, ada dua kemungkinan yang menjadi motif.
"Yaitu motif emosional dan motif instrumental," ujar Reza Indragiri dalam tayangan Kompas TV, Minggu (11/2/2024).
Motif emosional, lanjut dia, berkaitan dengan amarah, sakit hati, dendam, cemburu berkait perasaan negatif.
"Sementara Kalau motif instrumental tidak ada sangkutpautnya dengan emosi. Tapi ingin mendapatkan manfaat dari aksi tersebut, entah untuk dapat popularitas, harta," terangnya.
Namun, menurut Reza, pihak kepolisian pastinya melakukan pemeriksaan intensif untuk mengetahui motif utama di balik kematian Dante.
Sebab, kedekatan Yudha dan Dante yang disampaikan pihak keluarga dengan menunjukkan bukti dokumentasi video, bisa saja digunakan untuk mengaburkan fakta.
"Ketika dikatakan pelaku dekat dengan anak tersebut, karena ini kasus pidana, kita jangan percaya klaim sedemikian rupa," ucap Indra.
Menurut dia, acapkali orang dewasa yang melakukan viktimisasi (menyalahkan korban) terhadap anak-anak adalah tidak sungguh-sungguh membangun kepercayaan.
"Tapi punya tipu muslihat," tandas Reza.
(*)
Source | : | Tribun Seleb,Banjarmasin Post |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar