Lebih lanjut, AKBP Akmal pun mengurai cerita dari keluarga pelaku dan korban soal peristiwa sebelum pembunuhan.
Satu minggu lalu pelaku yakni Tarsum sempat bersikap tak wajar hingga membuat istrinya, Yanti tak nyaman.
Gara-gara Tarsum kerap emosi, Yanti pun menghubungi pihak puskesmas guna memeriksa suaminya.
Kala itu pihak puskesmas memberikan obat penenang untuk pelaku.
"Seminggu yang lalu, istri atau korban sempat menghubungi pihak puskesmas Ranca, pihak puskesmas sempat berbicara ke pelaku dan memberikan semacam obat penenang ke pelaku dan berkomunikasi ke pelaku bahwa kondisinya baik-baik saja. Petugas puskesmas menyampaikan ke korban untuk update kondisi pelaku, tapi keluarga tidak update," ujar AKBP Akmal.
Tak disangka setelah meminum obat penenang itu, pelaku malah kian bersikap aneh.
Dua hari sebelum insiden mutilasi, Tarsum nekat membenturkan kepalanya ke tembok.
Kala itu Yanti langsung membawa suaminya ke puskesmas.
"Beberapa hari lalu (pelaku) sempat membenturkan kepalanya dan terdapat 9 jahitan di kepala. Memang perilaku reaktif tersebut yang membuat istri menghubungi Puskesmas," kata AKBP Akmal.
Hingga akhirnya pada Jumat pagi, Tarsum tega membunuh sang istri yang selama ini sudah berusaha menolongnya.
Tarsum bahkan memutilasi jasad sang istri dan menyebar potongan daging korban di TKP.
Terkait aksi sadis dan nekat Tarsum, pihak kepolisian menjawab isu yang berkembang di masyarakat.