“Dari foto rontgen gigi bungsu miring kiri dan terletak paling belakang. Sehingga keputusan dokter cabut gigi bungsu, kami ikuti rekomendasinya. Setelah gigi dicabut, dokter gigi bilang bahwa klinik libur sampai 3 Januari,” tutur Davin.
Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, lanjut Davin, pasca cabut gigi bungsu lalu periksa ke RS Sarila Husada Sragen.
Seiring berjalannya waktu, Nira mengalami pembengkakan di bagian gigi belakang pada 30 Desember silam.
“Kami lantas konsultasi ke RS Panti Waluyo Solo. Kami periksa selain bengkak, indikasi terjadi radang tenggorokan. Setelah itu rawat jalan, kami tinggal sementara di Solo pada 31 Desember,” papar Davin.
Selama rawat jalan, Davin melihat tidak ada perkembangan yang dirasakan oleh Nira. Hingga pada akhirnya, tanggal 1 Januari dibawa ke RS JIH Solo.
“Hasilnya sama, ada indikasi radang tenggorokan. Diberi vitamin untuk meringankan dan rawat jalan. Jadi fokus minum obat RS JIH Solo,” kata Davin
Menurutnya, obat dari RS JIH menunjukkan perkembangan positif. Alhasil pada tanggal 1 Januari kondisi Nira membaik, hingga diperbolehkan pulang ke Ngawi.
“Bengkak sudah membaik, tapi turun di bagian leher, sakit tidak bisa ngomong. Tanggal 3 Januari, kembali periksa ke dokter dan mengatakan infeksi,” terang Davin.
“Akhirnya opname. Dikasih antibiotik tidak mempan. Akhirnya kami bawa ke Klinik Jogorogo. Bengkak hilang muncul sesak nafas. Terus dirujuk ke RS Dr Oen Solo, infeksi menjalar ke pernafasan,” bebernya.
Ayah satu anak tersebut juga menceritakan, Nira memakai alat bantu pernafasan tanggal 4 Januari 2024. Namun kondisi istrinya semakin parah.
“Infeksi leher sudah parah. Akhirnya operasi leher menghilangkan nanah-nanah yang timbul dari infeksi saluran pernafasan paru-paru,” beber Davin.