Find Us On Social Media :

Begini Trik Culas dan Pengecut KKSB Egianus Kogeya Ketika Berhadapan dengan TNI-Polri

Kombatan TPNPB anak buah Egianus Kogeya

Gridhot.ID - Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogeya membantai 19 pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, beberapa waktu lalu.

Tindakan amoral ini membuat berbagai pihak muak akan pembunuhan keji yang merupakan pelanggaran HAM berat.

Maka, aparat keamanan Indonesia langsung memburu Egianus Kogeya dan komplotan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Dikutip dari Tribun Timur, Selasa (11/12) Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Muhammad Aidi menerangkan jika pihak TNI-Polri masih mengejar Egianus Kogeya dkk.

Baca Juga : Kepala Suku di Papua : Dulu Kami Takut Kalau Ada TNI atau Polri, tapi Sekarang Terbantu Secara Ekonomi

Disinyalir Egianus beserta pengikutnya bersembunyi di hutan.

Namun ada trik pengecut dan culas ketika KKSB pimpinan Egianus Kogeya berhadapan dengan TNI-Polri.

Para komplotan akan menyembunyikan senjatanya ketika bertemu dengan aparat keamanan.

"Kalau di kampung penduduk, mereka meletakkan senjatanya dan berbaur dengan masyarakat, sementara kita tidak kenal mereka," kata Aidi dalam percakapan telpon dengan Ging Ginanjar dari BBC News Indonesia.

Baca Juga : Kisah 6 Personel TNI Dikepung Kelompok Separatis Selama Seminggu Sampai Kuburkan Jasad Rekan di Dalam Markas

"Memang kesulitannya, mereka menggunakan pola operasi gerilya. Jadi mereka bisa ada di mana-mana, dan mereka menguasai medan, sementara bagi kita medan tersebut baru," kata Muhammad Aidi.

Proses pengejaran semakin sulit lantaran aparat kurang mengenali ciri-ciri fisik KKSB.

"Apalagi kita tak mengenal secara fisik orang-orang itu, kita tak pernah bertemu mereka. Kita tak pernah tahu secara fisik, dan hanya mengenal mereka dari foto-foto atau sinyalemen lain," tambah Aidi.

Bahkan Aidi mengungkap jika pengejaran Egianus dkk beda dengan separatis di tempat lain.

Baca Juga : Tindakan Pengecut Pimpinan KKB Egianus Kogeya, Pernah Sekap Belasan Guru SD SMP dan Petugas Puskesmas

"Beda halnya dengan kalau kita mengejar teroris di Jawa atau di Sulawesi, misalnya. Tak ada masyarakat yang mendukung teroris itu. Karenanya, kalau masyarakat punya informasi, akan menyampaikan kepada aparat keamanan. Lain dengan gerilyawan ini, kan. Mereka ada di lingkungan warga. Kombatan ini bagian dari masyarakat," tambah Aidi.

Hal itu, katanya, menimbulkan kerumitan tersendiri.

"Makanya melihat pola-pola itu, kita lakukan pendekatan ke masyarakat. Bahwa yang dilakukan oleh para pelaku itu adalah tindakan tidak manusia tindakan yang sangat keji. Sehingga tak perlu dibela. Jadi kita akan selalu melakukan pendekatan."

Meski begitu TNI dan Polri akan menangkap Egianus dkk sampai ketemu, baik dalam keadaan hidup maupun mati.

"Tak ada batas waktu. Yang jelas, mereka harus tertangkap, hidup atau pun mati," tegas Aidi.

 

(*)