Find Us On Social Media :

Rahasia Kitab Kidung Almarhum Mbah Maridjan yang Hilang, Memuat Cara Hidup Harmonis Bersama Gunung Merapi

Mbah Maridjan (kanan) bersama Ki Joko Bodo mengadakan acara tumpengan dalam doa keselamatan untuk warga sekitar gunung Merapi, Kamis (18/5/2006)

Setelah melantunkan Wewarah itu mbah Maridjan kemudian menerangkan isinya kepada anak cucu.

Salah satu cucu mbah Maridjan, Sularmin berkata jika Kidung milik kakeknya memang berisi syair-syair berbahasa Jawa sarat makna nasihat untuk berbuat kebajikan.

"Sesekali, kalau kami (cucu mbah Marijan) sedang kumpul, Mbah minta anak-anak melingkar kemudian Mbah membaca kitab kidung," kenang Sularmin kepada tribunnews,com, Kamis (28/10/2010) silam.

Sularmin juga menjelaskan jika mbah Maridjan sedang membaca kitab Kidung itu, ia akan sangat serius.

Tidak seperti mbah Maridjan yang biasanya suka bercanda dengan anak cucunya.

Dengan Kidung itulah mbah Maridjan mampu bertahan hidup di gunung Merapi dalam suasana bahagia, harmonis, tenteram, rukun dan yakin dalam lindungan Allah SWT walau dalam keadaan sederhana jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

"Kami biasanya serius mendengarkan, karena Mbah terlihat serius," tambah Sularmin.

Namun sayang ketika mbah Maridjan wafat, ia belum sempat menerangkan semua maksud dan artian dari kitab Kidung miliknya.

Lantas saat awan panas Wedhus Gembel menerjang ketika Merapi erupsi, Kidung itu raib entah kemana.

Sularmin mengatakan mbah Maridjan tidak menurunkan ilmu, pusaka atau sejenisnya kepada anak cucu.

Jadi Sularmin menganggap Kidung itulah warisan utama mbah Maridjan kepada ia dan sanak saudaranya.

"Nanti kami akan mencarinya" kata Sularmin.

Entah apakah kitab Kidung mbah Maridjan itu sekarang sudah ketemu atau belum.

 

(*)