Find Us On Social Media :

Palang Merah Internasional Geram dengan OPM : Kelompok Penculik Itu, Sudah Kehilangan Kesempatannya Mendapat Bantuan

Tim Ekspedisi Lorentz 95 yang diculik OPM Kelly Kwalik.

"Penduduk desa berfoto dengan sandera, sambil mengucapkan kata perpisahan. Malah ada yang meminta jangan lupa mengirim, foto ke Geselema," kenang Henry Fournier kepala delegasi regional ICRC di Jakarta.

Usai bersantap bersama Kelly Kwalik berpidato.

Pikir semua orang ia akan menyampaikan pidato perpisahan, permintaan maaf atau sejenisnya.

Namun Kelly malah ingkar janji, ia tak akan membebaskan sandera bila pemerintah Indonesia, Inggris dan Belanda tak mau mengakui kemerdekaan Papua.

"Ya, sandera itu semuanya kaget. Mereka tak percaya apa yang mereka dengar. Bagaimana tidak? Para sandera sudah susah payah mempersiapkan pesta pelepasan. Mereka sudah berharap, supaya segera bebas dan keluar dari sana," kata Fournier.

Namun ada sebagian anggota OPM yang tak sependapat dengan Kelly.

"Tidak! tidak begini. Kami sudah buat perjanjian. Kita sudah berpesta, sudah menyembelih babi. Bahkan sudah sama-sama menyantap makanan pesta itu. Kami akan bicara dengan Kelly Kwalik. Ini tidak baik," kata seorang anggota OPM.

Esok harinya 9 Mei 1995, ICRC kembali ke desa Geselema untuk berdiskusi mengenai pembebasan sandera.

Namun Kelly tetap pada permintaannya dan malah menambahi meminta senjata laras panjang.

Empat hari sejak pesta adat tak ada kemajuan dalam hal negosiasi.

"Kami sudah tiga bulan berusaha menjadi penengah misi kemanusiaan ini, tapi di hari terakhir kami dikhianati. Kami ditipu. ICRC menyatakan tak sanggup lagi berdialog dengan GPK," kata Fournier sembari menahan marah.

Negosiasi gagal! ICRC sudah lepas tangan mengenai pembebasan sandera dan menyerahkan semuanya kepada ABRI.

Sudah bisa ditebak langkah selanjutnya, jika ICRC mengirim makanan maka ABRI mengirim peluru panas ke OPM.

15 Mei 1995, seluruh sandera bisa dibebaskan dalam sekejap oleh ABRI.

Usai drama pembebasan sandera selesai, Fournier meluapkan kekesalannya kepada OPM yang ia anggap naif.

"Mereka kurang tahu apa yang mereka inginkan. Juga mereka tak tahu, bagaimana tata cara berhubungan dengan warga dunia luar."

"Kelompok penculik itu, sudah kehilangan kesempatannya mendapat bantuan atau pertolongan warga luar Irian Jaya," tutup Fournier.

 

(*)