Find Us On Social Media :

GKR Hemas Awalnya Tak Sudi Menikah dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X : Saya Tak Terpikat Pada Status Darah Biru

GKR Hemas, permaisuri Sultan Yogya

GKR Hemas juga berpikir apakah nanti jika menikah dengan Sri Sultan dirinya bisa diterima oleh pihak keraton.

"Apakah Mas Herjuno dan pihak Keraton bisa menerima saya secara apa adanya? Apakah saya, dengan latar belakang budaya Jakarta, bisa beradaptasi dengan budaya Keraton?"

"Apakah saya bisa berubah menjadi pribadi yang bertingkah-laku halus selayaknya putri-putri Keraton?"

GKR Hemas lantas mengutarakan kegelisahannya itu kepada Mas Herjuno.

"Yang penting saya senang sama kamu. Dan kamu harus bersedia patuh pada saya," ujar Sri Sultan kala itu.

Diterangkan pula pada GKR Hemas jika menikah dengannya nanti haruslah mentaati kewajiban-kewajban, baik sebagai pribadi maupun fungsinya dalam keluarga besar Keraton.

Terlebih GKR Hemas nantinya diharuskan beradaptasi dengan budaya keraton.

Setelah mendengar penjelasan Mas Herjuno, GKR Hemas langsung cabut, kabur ke Jerman.

"Apakah saya mampu? Kesangsian itu terus melanda saya. Begitu hebatnya keragu-raguanitu, hingga saya sempat kabur ke Jerman, menjumpai kakak di sana," ujarnya.

"Saya utarakan segala kecemasan kepadanya. Bahkan saya sempat berkata tidak bersedia menikah dengan Mas Herjuno. Saya takut! Saya kehilangan kepercayaan diri!"

Tiga bulan berada di Jerman, GKR Hemas akhirnya harus pulang ke Indonesia dengan alasan kuliah.

Namun nyatanya GKR Hemas menerima telepon dari sang ibu yang menyuruhnya pulang ke Tanah Air untuk dinikahkan.

"Sekitar tiga bulan saya berada di Jerman. Bahkan ada niatan untuk sekolah di Eropa. Tapi toh saya memutuskan pulang ke Indonesia. Ada dorongan hati untuk melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti."

"Tapi, sesungguhnya, penyebab utama saya balik ke Indonesia adalah telepon dari Jakarta yang meminta saya selekasnya pulang. Saya akan dinikahkan."

"Orangtua saya, terutama Ibu, sampai menangis dan dengan keras mengimbau agar saya bersedia dinikahkan."

"Beliau memohon agar saya menuruti permintaannya. Katanya, "Kamu anak perempuan satu-satunya. Kepada siapa lagi kamu bersedia menurut kalau tidak kepada orangtuamu sendiri."

Akhirnya walau sempat kuliah selama satu tahun, GKR Hemas lekas dinikahkan dengan Mas Harjuno tahun 1973.

 

(*)