Gridhot.ID - Suku Mosuo, yakni sebuah suku di China yang mayoritas anggotannya adalah perempuan.
Suku Mosuo tepatnya berada Danau Lugu, barat laut dataran tinggi Yunnan, China.
Mengutip dari The Vintage News via Suar.grid.id, Rabu (20/2) suku ini dijuluki sebagai Kerajaan Perempuan karena semua kendali diputuskan oleh kaum Hawa.
Tradisi Suku Mosuo amat unik kalau tak mau dibilang menguntungkan anggota prianya.
Baca Juga : Misteri Blue Hole Misterius Akhirnya Terpecahkan, Isi di dalamnya Disebut 'Momok Lautan'
Suku Mosuo mempunyai tradisi tak mengenal pernikahan/keluarga layaknya Ayah-Ibu-Anak.
Bahkan wanita suku Mosuo tak mengenal istilah suami karena memang tak ada pernikahan di sana.
Suku Mosuo menganut sistem Walking Marriage (Pernikahan berjalan) atau Axia.
Para wanita suku Mosuo yang sudah dinyatakan dewasa bebas memilih pria yang mereka sukai untuk berhubungan badan dengannya tanpa ada ikatan pernikahan.
Baca Juga : Ini Dia Penampakan Ladang Ganja Subur di Pemukiman Warga Purwakarta, Luas!
Wanita suku Mosuo akan meminta pria yang dipilihnya agar datang ke kamar mereka pada malam hari untuk berhubungan badan.
Ketika seorang pria tidur dengan wanita Suku Mosuo, mereka akan menggantung topi di pegangan pintu kamar sebagai penanda agar jangan diganggu oleh pria lainnya.
Usai 'membuahi' wanita suku Mosuo, si pria bebas pergi sebelum matahari terbit.
Lebih dari itu, para wanita suku Mosuo bebas memilih lebih dari satu pria yang akan diundang ke kamarnya.
Lantas jika wanita suku Mosuo hamil dan melahirkan, anak-anaknya tak akan tahu siapa ayah biologis mereka.
Baca Juga : Jarang Diketahui, Rupanya Ada 3 Fase Kematian yang Bisa Dialami Manusia
Anak tersebut akan dibesarkan oleh sang ibu dan keluarganya.
Sedangkan para pria yang menghamili wanita suku Mosuo tak diwajibkan menafkahi mereka.
Ibu memiliki hak 100 persen atas anak-anak yang lahir dari rahimnya.
Meski demikian generasi muda suku Mosuo mulai meninggalkan tradisi ini.
Sebab ancaman kesehatan HIV/AIDS bisa menyerang suku mereka dan pemerintah China juga mendukung penghentian tradisi ini demi menghormati hak-hak wanita. (*)