Find Us On Social Media :

Berawal dari Akal Licik di Bilik Warnet Wonosobo, Tyovan Ariwidagdo Menjelma Jadi Hacker Dunia

Cerita Tyovan Ariwidagdo, anak kampung yang jadi hacker dunia tapi kini sudah insaf

Laporan reporter Gridhot.Id, Nicolaus Ade Prasetyo.

Gridhot.ID - Hidupnya bagaikan mendapatkan sebuah mimpi besar yang mustahil menjadi nyata.

Seorang anak muda yang awalnya tak punya apa-apa, mencoba memulai sebuah usaha, belajar otodidak, sampai akhirnya berhasil memimpin perusahaan rintisan.

Namanya kemudian masuk sebagai pengusaha muda yang sukses dalam daftar 30 Under 30 Forbes Asia 2017.

Baca Juga : Kisah Pasukan Komando Indonesia Lakukan Serangan Mendadak yang Melumat Tentara Inggris dan Malaysia

Siapa yang tak kenal dengan Tyovan Ari Widagdo, mantan peretas asal Wonosobo, Jawa Tengah yang memiliki kisah pengalaman hidup yang menyayat hati dan inspiratif.

Seorang yang awalnya hanya anak dari pedagang Tahu Kupat ini pernah menjadi peretas yang handal.

Sebelumnya juga ada seorang peretas muda asal Pakistan yang menghebohkan dunia.

Baca Juga : 5 Kisah Hidup Putri Kerajaan yang Berakhir Tragis, Salah Satunya Ada di Indonesia!

Dilansir Gridhot.ID dari Kompas.com (16/5/2017), Ashan Tahir anak berumur 13 tahun itu sudah dikenal sebagai seorang "ethical hacker" atau peretas yang mencari kelemahan sistem, dan memberitahukannya ke perusahaan supaya diperbaiki.

Mekanisme pelaporan celah keamanan oleh pihak luar tersebut sudah jamak diterapkan perusahaan-perusahaan teknologi di AS lewat serangkaian program “ bug bounty”.

Penemu bug akan diganjar hadiah apabila melaporkannya.

Tahir juga berkiprah di ranah "bug bounty" dengan membantu perusahaan teknologi raksasa seperti Google dan Microsoft.

Baca Juga : Kisah Pilu Mahdya Selama 4,5 Tahun Jadi Tawanan ISIS: Berulang Kali Dijual hingga Dipaksa Makan Kotoran Binatang

“Semakin banyak hacker yang bekerja, semakin banyak bug ditemukan, semakin aman pula perusahaan-perusaan itu. Sederhana saja sebenarnya,” ujar Tahir menjelaskan motivasinya, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari NBC News, Senin (15/5/2017).

Tak berbeda jauh dengan Tahir, Tyovan pun memulai untuk masuk di dunia teknologi sebagai peretas sejak saat usia muda.

Dilansir Gridhot.ID dari TribunJateng.com Sabtu (2/3/2019), diceritakan bagaimana awalnya Tyovan masuk di dunia hacker.

Baca Juga : Kisah Youtuber Indonesia Ditikam 17 Kali Sampai Paru-parunya Bocor, Pelaku Tersenyum Senang Lihat Korban Sekarat

Ceritanya bermula saat ia kerap berbincang dengan orang Amerika melalui Yahoo Massanger.

Karena hidup di era jaya-jayanya warnet (warung internet), hampir sepekan dua hingga tiga kali ia mengunjungi tempat tersebut.

"Padahal saat berada di warnet betah sampai enam jam, tarif per jam Rp 7 ribu. Tapi uang saku per hari hanya Rp 5 ribu. Mau enggak mau saya harus cari akal," ujar pria yang suka main gim ding dong ini.

Akalnya yang licik tapi bermanfaat berhasil menciptakan sebuah aplikasi.

Baca Juga : Kisah Sniper Legendaris TNI, Hadapi 30 Orang Musuh Sendirian

Berbekal belajar dari buku di perpustakaan dan dunia maya, Tyovan menciptakan sebuah aplikasi (tools) peretas.

Cara kerja aplikasi tersebut untuk mereset waktu penggunaan komputer menjadi nol lagi.

"Jadi aplikasi tersebut saya gunakan setelah penggunaan enam jam. Setelah itu saya gunakan satu jam."

Baca Juga : Kisah Raffi Ahmad dan Irwansyah Rebutan Mendekati Laudya Cynthia Bella 'Bella Jaman Dulu Juga Playgirl'

"Jadi saya cukup bayar satu jam saja. Kebetulan karena di Wonosobo warnet hanya ada dua, jadi tempat tersebut selalu ramai."

Jadi perilaku saya tidak dicurigai penjaga warnet," paparnya saat jadi narasumber di program Mata Najwa On Stage di Boyolali beberapa waktu lalu.

Seketika, Tyovan mendapat wejangan dari Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo yang juga menjadi narasumber.

Ganjar berharap Tyovan bisa kembali ke warnet tersebut dan mengembalikan uang kerugian yang dilakukan oleh Tyovan dahulu.

Baca Juga : Kisah Pilu Novi Puspitasari, Calon Mempelai Wanita yang Sudah Dirias Namun Batal Menikah Lantaran Kekasihnya Tewas Kecelakaan

"Inginnya juga saya kembalikan pak. Tapi sekarang warnetnya sudah tutup. Coba nanti saya cari tahu," jawabnya di hadapan Ganjar.

Kisahnya pun dilanjutkan Tyovan setelah dua tahun menjadi peretas, Tyovan akhirnya bosan.

Ia beralih menjadi pengusaha di bidang teknologi informasi di saat usianya 16 tahun, ia mendirikan perusahaan yang ia beri nama Vemobo.

Baca Juga : Madame Ching, Pelacur yang Jadi Bajak Laut, Kisahnya Sampai Diangkat ke Film Pirates of the Caribbean

Tyovan sempat tidak bisa melanjutkan SMAnya karena orang tuanya tak mampu menanggung biaya sekolahnya.

Karena dirasa sudah cukup memiliki biaya, Tyovan pulang ke kampung halaman dan mendaftar sebagai siswa di SMA N 1 Wonosobo.

Bakatnya dalam bidang informatika semakin menjadi.

Berawal dari membuat virus untuk meretas komputer sekolahnya sendiri sampai berhasil membuat sebuah web yang berisi tentang informasi kota wonosobo (wonosobo.com).

Baca Juga : Kisah Masa Lalu Krisdayanti dalam Buku My Life, My Secret: Perjuangan Sang Diva Melawan Narkoba hingga Jeritan Anang Hermansyah

Berawal dari situs kecil yang akhirnya mendapat apresiasi dari pemerintah setempat, Tyovanpun menjadi orang yang dicari beberapa perusahaan yang menawarkan diri untuk dibuatkan web.

Dengan nilai proyeknya mencapai Rp 25 juta, sejak saat itu hidup Tyovan tak lagi pas-pasan.

Ketika itulah perusahaan CV Vemobo mulai dipatenkan olehnya.

Baca Juga : Kisah 21 Anak Pramuka Tersesat 8 Jam di Hutan Kolaka, Mereka Sampai Minum Air Hujan dan Dipatuk Ular Berbisa

Berbekal KTP palsu karena umurnya belum cukup untuk membuat ktp, ia datang ke notaris untuk mematenkan perusahaannya.

Usahanya membuahkan hasil, CV Vemobo Citra Angkasa akhirnya resmi menjadi perusahaan pemegang proyek pembuatan website suatu instansi pemerintah.

"Setelah itu uangnya saya belikan laptop. Akhirnya saya punya cangkul sendiri," ucapnya.

Tyovan mendaftar di Universitas Bina Nusantara (Binus) di Jakarta Barat.

Baca Juga : Sekelumit Kisah Pahit Masa Kecil Avriellya Shaqila, Dicaci Kasar Oleh Sang Ayah Hingga Hampir Dijual Baby Sitternya

Ia menilai kampus tersebut banyak anggota dari komunitas peretas bawah tanah.

"Tapi saat itu saya galau. Antara memilih kuliah atau melanjutkan bisnis di Yogyakarta. Akhirnya saya putuskan tetap kuliah sembari mengurus Vemobo," jelasnya.

Pilihannya tak salah. Tahun 2013 ia mendapatkan kesempatan berkompetisi di sebuah universitas di Amerika Serikat, Stanford.

Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu, Ada Andil Adik Manajer Rossa dalam Kisah Cinta Ivan Gunawan

Ia berhasil menyisihkan 38 perserta lain dari berbagai negara.

Selama dua bulan di sana, ia memanfaatkan untuk berkunjung ke Silicon Valley dan kantor pusat Google, sekaligus mencari jaringan.

Pulang dari Amerika, ia langsung ingin membuat sesuatu.

Ancaman dropout sudah di depan mata, karena dirinya selalu bolos kuliah.

Baca Juga : Kisah Menyayat Hati Gadis 13 Tahun yang Bunuh Diri karena Ibunya Lebih Memilih Menyayangi Anjing Tapi kemudian ia menciptakan aplikasi Bahaso pada 2015, yang sekaligus menjadi tugas akhir kuliahnya.

Perlu diketahui, Bahaso adalah aplikasi untuk belajar bahasa asing yang mudah, murah, dan cepat. Pangsa pasarnya anak muda usia 15 sampai 35 tahun.

Ia mengaku cukup terkejut ketika banyak penggunanya adalah Tenaga Kerja Indonesia yang ada di Dubai dan Hong Kong.

Baca Juga : Kisah Pilu Anders Antonsen, Pebulu Tangkis Denmark yang Sempat Terlunta-lunta di Indonesia Namun Berhasil Bawa Pulang Trofi Kemenangan

Ketika namanya masuk dalam daftar 30 Under 30 Forbes Asia, Tyovan mengatakan cukup kaget dan menganggapnya sebagai cobaan. Ia jadi terpacu untuk bekerja lebih baik lagi.

Saat ini, Tyovan sedang mengembangkan aplikasi pesan singkat yang ia beri nama HaiApp.

Ia ingin aplikasi ini bisa mengalahkan WhatsApp dan menjadi aplikasi pesan singkat yang asli buatan Indonesia.(*)