Find Us On Social Media :

Tradisi Suku Korowai Papua yang Praktekkan Kanibalisme, Peneliti : Memakan Manusia Dianggap Sebagai Sistem Keadilan Terbaik

Suku Korowai masih praktekkan kanibalisme

Gridhot.ID - Sebagai negara Pancasila, Indonesia dianugerahi berbagai bahasa, budaya, sumber daya alam dan bermacam-macam suku.

Dari Sabang sampai Merauke hidup berbagai macam suku yang dirajut dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satunya adalah Suku Korowai.

Mengutip en.goodtimes.my via Intisari, Selasa (12/3) suku Korowai tinggal di pedalaman Papua Barat, Indonesia yang berbatasan dengan Papua Nugini.

Baca Juga : Siswi SMK Pingsan Usai Minum Es Teler, Syok Ketika Terbangun Celananya Melorot Sembari Dipeluk Bapak Kos

Ditaksir anggota suku Korowai sebanyak 3.000 orang.

Suku Korowai mempercayai jika diri mereka adalah satu-satunya manusia di bumi, setidaknya sampai tahun 1974 saat sekelompok ilmuwan secara tak sengaja menemukan keberadaan mereka.

Kelompok yang dipimpin oleh antropolog Peter Van Arsdale, ahli geografi Robert Mitton, dan pengembang komunitas Mark Grundhoefer memutuskan untuk mempelajari kehidupan penduduk.

Peter amat kaget ketika mengetahui suku Korowai mempraktekan kanibalisme.

Baca Juga : Soeharto Manfaatkan Supersemar untuk Gulingkan Soekarno, Ajudan : Bung Karno Merasa Dikibuli!

Lantas pada Mei 2006 jurnalis Paul Raffaele memimpin kru untuk membuat film dokumenter tentang suku Korowai yang masih suka makan daging manusia.

Raffaele menulis dalam artikelnya, "Kanibalisme dipraktekkan di antara manusia prasejarah, dan itu bertahan hingga abad ke-19 di beberapa kebudayaan Pasifik Selatan yang terisolasi, terutama di Fiji. Tapi hari ini Korowai adalah satu dari sedikit suku yang diyakini memakan daging manusia."

Dia melanjutkan dengan detail penulisannya:

"Mereka tinggal sekitar 100 mil dari Laut Arafura, dimana Michael Rockefeller, putra gubernur New York, Nelson Rockefeller, menghilang pada 1961 saat mengumpulkan artefak dari suku Papua lainnya. Tubuhnya tidak pernah ditemukan."

Raffaele mengatakan suku Korowai sengaja mempraktekan kanibalisme karena menganggap ada seorang Khakhua (penyihir) yang menyamar menjadi seorang lelaki anggota suku mereka.

Baca Juga : Masjid Jogokariyan Jogjakarta, Bakal Ganti Semua Kerugian Jamaahnya Jika Kehilangan Harta Benda Saat Beribadah di Sana

Khakhua itu dianggap menyebarkan berbagai macam penyakit ke etnis mereka.

"Seperti yang ditulis van Enk, Korowai sering terkena beberapa wabah penyakit, termasuk malaria, tuberkulosis, elephantiasis dan anemia, dan apa yang dia sebut ‘kompleks khakhua.’ Korowai tidak memiliki pengetahuan tentang kuman mematikan yang menduduki hutan mereka, dan begitu percaya bahwa kematian misterius disebabkan oleh khakhua, atau penyihir yang menyerupai bentuk laki-laki."

"Bagi Korowai, jika seseorang jatuh dari rumah pohon atau terbunuh dalam pertempuran maka alasan kematian mereka cukup jelas. Tetapi mereka tidak memahami mikroba dan kuman, jadi ketika seseorang mati secara misterius, mereka percaya itu adalah karena seorang khakhua , penyihir lelaki yang datang dari akhirat. "

"Seorang khakhua harus dibunuh dengan cara dimakan. Sebab khakhua sebenarnya adalah orang mati. Memakan mereka (Khakhua/manusia) dianggap sebagai sistem keadilan terbaik," pungkas Raffaele. (*)