Find Us On Social Media :

Tak Sudi Sebut Nama Si Teroris, Perdana Menteri Selandia Baru: Saya Berjanji akan 'Menghilangkan' Pria yang Telah Menghilangkan 50 Nyawa Itu

Jacinda Ardern PM Selandia Barumengunjungi keluarga korban serangan teroris di Christchurc, Sabtu (16/3/2019).

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo

Gridhot.ID - Selandia Baru masih diselimuti suasana duka pasca terjadinya teror penembakan jamaah Sholat Jumat di dua Masjid Christchurch.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengonfirmasi pelaku yang ditangkap adalah seorang pria berumur 28 tahun bernama Brenton Tarrant asal Grafton, Australia.

Branton Tarrant mengklaim sebagai teroris yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Baca Juga : Pelaku Penembakan di Kota Utrecht Masih Buron, Persatuan Pelajar Indonesia di Belanda Sebar Nomor Panggilan Darurat

Ia dan pelaku lainnya berhasil diamankan dan siap untuk diadili.

Atas perbuatan kejinya, sementara Tarrant didakwa dengan satu tuduhan pembunuhan, tetapi polisi mengatakan untuk pengadilan selanjutnya akan lebih banyak lagi tuduhan yang diajukan.

Sebelumnya, seperti yang dilansir Gridhot.ID dari Nationalgeographic.co.id (15/3/2019), Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyatakan peristiwa penembakan ke masjid Al Noor di Christchurch telah mengejutkan seluruh wilayah di negara itu.

Baca Juga : Berada Tak Jauh dari TKP Penembakan, Mahasiswi Indonesia di Belanda Beri Kesaksian Detik-detik Mencekam Kota Utrecht

Menurutnya, peristiwa tersebut menjadi salah satu hari tergelap di Selandia Baru.

"Jelas, apa yang terjadi di sini adalah tindakan kekerasan yang luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya. Ini jelas menjadi salah satu hari terburuk di Selandia Baru."

"Banyak dari mereka yang akan terkena dampak langsung penembakan ini adalah migran di Selandia Baru, mereka bahkan mungkin menjadi pengungsi di sini."

"Mereka telah memilih untuk menjadikan Selandia Baru sebagai rumah mereka, dan itu adalah rumah mereka. Mereka adalah kita," ujarnya pasca kejadian.

Baca Juga : Kesaksian Warga di Sekitar Lokasi Penembakan di Kota Utrecht, Belanda

Komentarnya pun didukung oleh pemimpin oposisi Simon Bridges.

"Kami mendukung dan mendukung komunitas Islam Selandia Baru," katanya.

"Tidak seorang pun di negara ini yang hidup dalam ketakutan, tidak peduli ras atau agama mereka, politik atau kepercayaan mereka," imbuhnya.

Baca Juga : Lilik Abdul Hamid, Sosok Taruna Berprestasi STPI Korban Penembakan di Masjid Christchurch

Kini Perdana Menter Jacinda Ardern benar - benar mengutuk kelakuan para teroris yang sudah menumbuhkan kecemasan di negaranya.

Dilasir Gridhot.ID dari Kompas.com (19/3/2019), Jacinda Ardern berpidato dihadapan parlemen dan bersumpah tidak akan pernah menyebut nama teroris penyerang dua masjid di Christchurch.

Berpakaian serba hitam, perdana menteri berusia 38 tahun itu membuka pidatonya di parlemen dengan sapaan khas umat Muslim. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga damai, kebaikan, dan berkah Allah bersama Anda semua," sapa Ardern.

"Dia (pelaku) akan menghadapi kekuatan penuh hukum Selandia Baru," janji Ardern kepada seluruh warga negara Selandia baru.

Baca Juga : Sosok Lilik Abdul Hamid, WNI Korban Penembakan Masjid Selandia Baru di Mata Keluarga: Suka Membantu, Dermawan

Ardern juga berjanji dia akan "menghilangkan" pria yang telah menghilangkan 50 nyawa itu.

"Dia mencari banyak hal dari aksi terornya, salah satunya adalah ketenaran," ujarnya sambil menggambarkan pelaku.

"Itulah sebabnya Anda semua tak akan pernah mendengar saya menyebut namanya. Dia adalah teroris. Dia penjahat. Dia ekstremis. Namun dia, saat saya berbicara, akan menjadi orang tanpa nama," tambah Ardern.

Baca Juga : Kisah Pengguna Jalan, Saksikan Tragedi Pilu Penembakan di Masjid Christchurch

"Saya mohon kepada Anda semua, suarakan nama mereka yang kehilangan nyawa ketimbang nama orang yang mengambil nyawa mereka," tegasnya.

Pidato Ardern ini dilaksanakan bersamaan dengan datangnya puluhan keluarga korban tewas untuk menunggu upacara pemakaman korban.

Prosesi pemakaman korban pun mengalami keterlambatan jauh dari batas usia kematian dalam tradisi Islam.

Hal ini dikarenakan proses identifikasi dan dokumentasi forensik yang memakan waktu yang tak sebentar.

Baca Juga : Sempat Ditangkap karena Dikira Teroris, Inilah Sosok Abdul Aziz yang Berani Hadapi Brenton Tarrant Si Pelaku Penembakan di Masjid Selandia Baru

Javed Dadabhai, seorang keluarga korban yang datang dari Auckland untuk membantu pemakaman sepupunya, mengatakan pihak keluarga sudah diberitahu perihal keterlambatan ini.

"Prosesnya akan sangat lambat karena dilakukan dengan amat seksama. Sebagian besar warga belum mendapat kesempatan untuk melihat jenazah keluarga mereka," ujarnya. (*)