Find Us On Social Media :

Seorang Pemburu Blak - Blakan Merasa Bangga Telah Bantai Ribuan Ekor Gajah Afrika

Ron Thomson merasa tak bersalah telah memburu ribuan gajah dan satwa liar lainnya di Afrika dengan alasan menekan angka populasi satwa liar.

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo

Gridhot.ID - Munculnya pemburu - pemburu liar di dunia sangat mengancam habitat hewan yang statusnya dalam perlindungan lembaga konservasi.

Ancaman perburuan semakin merusak keseimbangan ekosistem di bumi.

Afrika, benua yang dikenal dengan surganya satwa pun mengalami ancaman perburuan liar yang tinggi sehingga menekan pertumbuhan spesies hewan liar yang dilindungi.

Baca Juga : Dilarang Ibunya Main Game PUBG , Seorang Remaja 16 Tahun Nekat Gantung Diri di Kamar Menggunakan Handuk

Salah seorang penjaga hitan di taman nasional Afrika pun terlibat menjadi pemburu kejam yang sudah menghabisi ribuan nyawa binatang liar di Afrika dengan alasan untuk menekan angka populasi.

Dilansir Gridhot.ID dari independent.co.uk Selasa (9/4/2019), seorang warga Zimbabwe Ron Thomson telah diidentifikasi sebagai pemburu satwa liar yang produktif.

Hal ini diketahui dari sebuah laporan baru yang mengungkapkan populasi gajah merosot sekitar dua pertiga dari jumlah sebelumnya.

Baca Juga : Kisah Dewa Judi Asal Medan, Bawa Pulang Rp 28 Miliar dari Amerika Lewat Permainan Poker Profesional

Ron Thomson diketahui sudah membunuh lebih dari 5.000 ekor gajah dan 50 ekor kuda nil dan menyatakan bahwa dirinya belum bertobat.

Selain itu ia juga tercatat telah menembak mati lebih dari 800 kerbau, 60 singa, dan 40 ekor macan tutul.

Dalam perburuannya tersebut, ayah dua anak yang menghabiskan hidupnya sebagai penjaga hutan di taman nasional Afrika mempunyai alasan berburu demi menyeimbangkan populasi hewan liar disana.

"Jika spesies kunci tidak berkurang, jumlah mereka yang terus bertambah akan menghancurkan habitat mereka sendiri," kata Thomson.

Baca Juga : Gegara Dimasuki Tisu Oleh Perawat, Selaput Dara Bayi yang Baru Lahir Rusak

Ia juga menuduh para petugas konservasi bagian barat menyebarkan kebohongan untuk mendapatkan uang dari masyarakat yang tak memahami tentang masalah pengelolaan satwa liar.

Menurut sebuah penyelidikan oleh Kampanye untuk Melarang Perburuan Trofi (CBTH), populasi gajah telah merosot dari sekitar 1,3 juta pada 1980-an menjadi sekitar 400.000 ekor.

The Great Elephant Census yang diselesaikan pada tahun 2016, menunjukkan 352.271 gajah sabana Afrika di 18 negara turun sebanyak 30 persen dalam kurun tujuh tahun.

Baca Juga : Tak bisa Terurai, Seorang Mahasiswa Temukan Bungkus Mi Instan yang Selama 19 Tahun Terombang-ambing di Laut

Thomson juga membantah bahwa dirinya dituduh menjadi pemburu trofi dengan memusnahkan hewan.

Pekerjaannya ini dilakukan untuk pengurangan populasi utama.

Ia mengatakan sekarang sudah tak berburu lagi secara teratur, tapi ia akan melaksanakan tugasnya jika diundang.

“Saya telah melakukan cukup banyak hal dalam hidup saya untuk memuaskan 'haus darah' yang mungkin orang pikir saya miliki. Itu bukan haus darah, itu adalah pekerjaan saya, "katanya.

Baca Juga : Kisah Seorang Wanita Melahirkan Bayi di Atas Pohon Saat Topan dan Banjir Menenggelamkan Rumahnya

Ketika dia mengangkat senapan dan mengincar seekor binatang, dia berpikir, “Aku harus membunuh sepenuhnya dengan satu tembakan”, katanya kepada The Independent.

"Aku tidak punya sentimen apa pun. Saya benar-benar tidak menyesal, seratus - sepuluh ribu - kali lipat dari perburuan yang saya lakukan karena itu bukan masalahnya."

"Masalahnya adalah kita punya banyak pakar yang disebut dari Barat yang memberi tahu kita apa yang harus dilakukan. Saya seorang ahli ekologi universitas yang terlatih, saya pasti harus tahu sesuatu tentang ini," katanya.

Baca Juga : Bukan Olahraga Sepele, Kisah di Balik Ajang Balapan Merpati Di China yang Telan Dana Miliyaran Rupiah

"Aku berharap bisa menyadarkan kalian dan mengatakan 'jangan menganggap semua yang kamu dengar adalah benar'," katanya.

“Gajah Afrika sama sekali tidak punah. Orang-orang yang mengatakan ini adalah LSM dengan hak binatang untuk meminta uang dan berbohong untuk mendapatkannya. Ketika Anda memiliki populasi yang sehat, Anda harus memastikan mereka tidak bertambah melebihi kapasitas habitat mereka," tambahnya.

CBHT menemukan 1,7 juta piala perburuan yang diperdagangkan secara resmi dalam kurun waktu tahun 2004 sampai 2014.

Trofi itu ternyata telah mengancam 200.000 spesies hewan liar.

Baca Juga : Pengakuan di Balik Sosok 'Crazy Rich' Sesungguhnya : Kami Tidak Senang Pamer

Singa termasuk salah satunya yang mengalami penurunan terbesar melalui catatan trofi perburuan sejak tahun 2004.

Eduardo Gonçalves, pendiri kampanye perburuan liar mengatakan, “Perburuan trofi adalah hal yang kejam dan menjijikkan dari masa kolonial. Lonjakan perburuan gajah baru-baru ini menunjukkan bahwa industri ini di luar kendali. ”

"Populasi gajah Afrika secara keseluruhan dalam penurunan yang sangat serius," katanya.

Baca Juga : Tanpa Rasa Jijik Sedikitpun, Kelima SIswi SMP Ini Bersihkan Semua Sampah di MRT

"Ada banyak contoh 'manajemen pemusnahan' yang digunakan sebagai kedok untuk berburu trofi. Berburu dan 'pemusnahan' dapat menciptakan lebih banyak konflik manusia dan satwa liar. Jika Anda mengeluarkan seekor gajah jantan yang matang dari kawanan, pejantan muda sering menunjukkan perilaku yang mirip dengan kenakalan remaja di antara manusia. Ini menyebabkan lebih banyak konflik dan penganiayaan," pungkasnya. (*)