Find Us On Social Media :

Penelitian Kontroversial, China Bakal Ciptakan Kera Berakal Layaknya Manusia

China Bakal Ciptakan Kera Berakal Layaknya Manusia (ilustrasi)

Gridhot.ID - Dalam teori Darwin, manusia adalah evolusi dari primata yakni Kera.

Namun banyak yang menyanggah dan mendukung teori tersebut.

Berangkat dari teori Darwin itulah sekarang berbondong-bondong para ilmuwan mencoba menciptakan kera yang mampu berakal layaknya manusia.

Kecerdasan manusia adalah hal yang berpengaruh sepanjang evolusi manusia itu sendiri.

Ini adalah proses dari perjalanan yang dimulai jutaan tahun yang lalu dan mengarah pada perkembangan otak yang lebih besar dengan kemampuan baru yang menakjubkan.

Hingga akhirnya bisa berdiri tegak, mengolah pertanian, dan menciptakan peradaban, sementara sepupu primata kita tetap tinggal di pepohonan.

Sekarang para ilmuwan di China selatan melaporkan bahwa mereka telah mencoba untuk mempersempit kesenjangan evolusi.

Baca Juga : Amerika Serikat Rilis Daftar 35 Negara Rawan Tindak Kejahatan dan Penculikan, Dua Diantaranya dari Asia Tenggara

Para ilmuwan itu menciptakan beberapa kera transgenik dengan tambahan gen manusia yang diduga berperan dalam membentuk kecerdasan manusia.

"Ini adalah upaya pertama untuk memahami revolusi kognitif manusia menggunakan model kera transgenik," kata Bing Su, ahli genetika di Institut Zoologi Kunming yang memimpin penelitian sebagaimana dilansir Technology Review, Rabu (10/4/2019).

Eksperimen yang dijelaskan pada tanggal 27 Maret dalam jurnal Beijing, National Science Review, dan pertama kali dilaporkan oleh media Tiongkok, masih jauh dari menunjukkan dengan tepat rahasia pikiran manusia atau mengarah pada pemberontakan primata yang cerdas.

Sebagai gantinya, beberapa ilmuwan Barat, termasuk yang berkolaborasi dalam upaya tersebut, menyebut eksperimen itu sebagai tindakan gegabah.

Mereka juga etika pemodifikasi genetika itu.

Baca Juga : Brutal, Siswi Sekolah Menemui Ajal Usai Tubuhnya Hangus Dibakar Hidup-hidup Oleh Teman Sekelasnya

"Penggunaan kera transgenik untuk mempelajari gen manusia yang terkait dengan evolusi otak adalah jalan yang sangat berisiko," kata James Sikela, seorang ahli genetika yang melakukan studi perbandingan di antara primata di University of Colorado.

Dia khawatir bahwa percobaan ini menunjukkan pengabaian terhadap hewan dan akan segera mengarah pada modifikasi yang lebih ekstrim.

Penelitian menggunakan primata semakin sulit di Eropa dan AS, tetapi China telah bergegas untuk menerapkan alat DNA berteknologi tinggi terbaru untuk hewan.

Negara itu pertama kali menciptakan monyet yang diubah dengan alat penyunting gen CRISPR, dan pada Januari ini sebuah lembaga China mengumumkan telah menciptakab monyet dari hasil kloning.

Kera Pintar?

Menilik eksperimen yang dilakukan itu, tim China memang berharap bahwa kera transgenik itu dapat mengembangkan ukuran otak dan kecerdasannya.

Itulah sebabnya mereka menempatkan makhluk-makhluk itu di dalam mesin MRI untuk mengukur volume otak dan memberi mereka tes memori terkomputerisasi.

Baca Juga : Brutal, Siswi Sekolah Menemui Ajal Usai Tubuhnya Hangus Dibakar Hidup-hidup Oleh Teman Sekelasnya

Menurut laporan mereka, kera-kera transgenik tidak memiliki otak yang lebih besar.

Tetapi mereka dapat menghadapi kuis memori jangka pendek dengan lebih baik.

Hal itu adalah penemuan yang dianggap luar biasa oleh tim.

Beberapa ilmuwan berpikir percobaan China tidak menghasilkan banyak informasi baru.

Salah satunya adalah Martin Styner, seorang ilmuwan dan spesialis komputer Universitas North Carolina di MRI yang terdaftar di antara rekan penulis laporan China.

Baca Juga : Kecanduan Buku Novel, Pria Ini Memilih Minggat dan Tinggal di Gunung Selama 3 Tahun Agar Tenang Membaca Buku

Setelah apa yang dilihatnya, Styner mengatakan dia tidak menantikan penelitian evolusi lebih lanjut tentang kera transgenik.

”Salah satu masalah adalah bahwa kera modifikasi genetika mahal diciptakan dan dirawat."

Penelitian itu sendiri melibatkan 5 kera, dengan itu maka akan sulit mencapai kesimpulan apakah mereka benar-benar berbeda dari kera normal perihal ukuran otak dan keterampilan memorinya.

“Mereka berusaha memahami perkembangan otak. Dan saya pikir mereka tidak sampai di sana,”kata Styner. (Muflika Nur Fuaddah)