Gridhot.ID - 21 April 1879, di Jepara lahirlah seorang bayi perempuan dari kalangan ningrat yang diberi nama Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat.
Kelak setelah ia dewasa, orang akan mengenalnya sebagai R.A Kartini, pelopor kebangkitan wanita pribumi Tanah Air.
Memang tak bisa dipungkiri jika Indonesia memiliki banyak pahlawan dari kaum Hawa.
Selain Kartini tentu ada Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Nyi Ageng Serang, Malahayati dan masih banyak lagi.
Namun tidak banyak orang tahu akan riwayat pahlawan wanita Indonesia satu ini yakni Malahayati.
Malahayati adalah seorang pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh, nama aslinya adalah Keumalahayati.
Sang ayah Malahayati bernama Laksamana Mahmud Syah, ia merupakan keturunan dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.
Malahayati memimpin sekitar 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid).
Baca Juga : Ingat dengan Caleg Gagal Pemilu 2014 yang Mau Jual Ginjal Karena Utang Kampanye? Sekarang Ia Nyaleg Lagi!
Ia berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada tanggal 11 september 1599 dan berhasil membunuh Cornelis De Houtman panglima sekaligus jenderal perang pasukan Belanda yang tersohor itu dalam pertarungan satu lawan satu.
Atas keberhasilannya dalam pertarungan satu lawan satu di geladak kapal itu, akhirnya ia mendapat gelar Laksamana yang menobatkan Malahayati sebagai Laksamana wanita angkatan laut pertama di dunia.
Sepak terjang Malahayati pun, sampai ke telingga Ratu Elizabeth 1 penguasa Inggris.
Mendengar ketangguhan Malahayati dalam pertempuran, Ratu Elizabeth I amat kagum padanya.
Baca Juga : Firasat Paranormal Wirang Birawa Menyoal Nasib Sandiaga Uno Usai Pilpres 2019 : Cari Pasangan yang Tepat!
Sang ratu sampai mengutus Sir James Lancaster untuk membuka hubungan diplomatik dengan Kerajaan Aceh agar dibukakan jalan untuk armada inggris berlayar ke Banten demi berdagang di sana.
Malahayati gugur dalam pertempuran melawan armada Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Castro yang menyerbu ke Kreung Raya Aceh pada Juni 1606.
Dia kemudian dimakamkan di lereng Bukit Lamkuta sebuah desa nelayan berjarak 34 kilometer dari Banda Aceh.
Sebagai penghormatan untuknya Pemeritah Indonesia menganugerahkan gelar pahlawan nasional, mendirikan Universitas Malahayati, penamaan pelabuhan malahayati, hingga menamai kapal perang TNI AL KRI Malahayati. (Seto Aji/Gridhot.ID)