Find Us On Social Media :

Tak Seperti Ki Hajar Dewantara Mencerdaskan Indonesia, Guru di Kamboja Ini Malah Bunuhi Cendekiawan Agar Bangsanya Jadi Goblok

Tengkorak rakyat Kamboja yang dibunuh oleh sang guru diktator, Pol Pot

Gridhot.ID - Jika rakyat Indonesia ditanya siapa itu Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pasti belum pada paham.

Namun jika ditanya Ki Hajar Dewantara pasti langsung ngeh walaupun Soewardi Soerjaningrat ialah nama asli dari bapak pendidikan Indonesia ini.

Pada masa kolonialis, Belanda sangat membatasi pendidikan rakyat pribumi agar otak mereka tak menjadi pintar untuk melawan penjajahan.

Nah, dari sinilah Ki Hajar Dewantara ingin mendirikan sekolah agar rakyat pribumi tidak menjadi orang bodoh.

Baca Juga : Penampakan Rumah Mewah Bupati Talaud Sri Wahyumi Manalip, Petugas Kebersihan Juga Bongkar Kelakuan Keluarganya

Maka didirikanlah Taman Siswa pada 3 Juli 1922 yang menjadi tonggak penting bagi majunya pendidikan di Indonesia.

Namun tak seperti Ki Hajar Dewantara, mantan penguasa Kamboja bernama Pol Pot mempunyai pemikiran terbalik.

Gegara rezim Komunis Pol Pot dari tahun 1975-1979, rakyat Kamboja yang tewas mencapai dua juta orang karena ia bantai.

Mengutip histroryplace.com, salah satu praktik kekejaman Pol Pot ialah membunuhi para cendekiawan di negaranya.

Baca Juga : Usai Retas Situs Nasa, Putra Aji dengan Mudahnya Bobol Situs Resmi KPU: Website KPU Masih Kurang Aman

Padahal Pol Pot sendiri merupakan seorang guru yang berpendidikan tinggi sebelum menjadi diktator Kamboja.

Tapi saat menjadi penguasa Kamboja itu ia berpikiran jika rakyatnya harus dibodohkan aka dijadikan goblok.

Jadi, para dokter, guru, pegawai negeri sipil, polisi, seniman, ilmuwan dan orang yang berpendidikan tinggi lainnya yang menentang rezim ia bantai tanpa ampun.

Sebab, Pol Pot beranggapan orang-orang cendekiawan, intelektual itu bakal membahayakan kekuasaannya karena akan melakukan tindakan subversif menggulingkan rezim.

Baca Juga : Petugas Kebersihan Perumahan Mewah Bupati Talaud Bongkar Tabiat Keluarga Sri Wahyumi Manalip

Lebih dari itu Pol Pot juga menutup sekolah dan institusi pendidikan di negaranya agar rakyatnya tak bisa mengenyam pendidikan.

Sebagai gantinya ia memaksa rakyatnya agar bekerja saja menggunakan ototnya bukan otak.

Dengan semua guru terbunuh dan sekolah-sekolah berubah menjadi pusat-pusat penahanan, satu-satunya hal yang ingin diajarkan oleh Khmer Merah adalah pertanian dan kepatuhan.

Pol Pot sendiri meninggal pada 15 April 1998 akibat serangan jantung usai serangkaian gejolak di Khmer Merah.

Akhirnya jasad diktator itu dibakar di wilayah pedesaan yang disaksikan oleh beberapa anggota eks-Khmer Merah. (Seto Aji/Gridhot.ID)