Uji coba itu terjadi setelah Korut dilaporkan frustasi dengan perkembangan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) dalam beberapa bulan terakhir.
Negosiasi itu dimaksudkan sebagai upaya Pyongyang untuk meminta AS agar mencabut sanksi ekonominya sebelum mereka menyerahkan senjata nuklir dan program rudal.
Namun meski telah terjadi dua kali pertemuan antara Kim Jong Un dengan Presiden AS Donald Trump, perkembangan signifikan belum terjadi dan negosiasi dilaporkan buntu.
Korsel menyatakan mereka sudah memahami uji coba itu dan menganggap Pyongyang telah melanggar perjanjian yang disahkan pada September 2018 untuk mencegah provokasi satu sama lain.
Kim Dong-yub, analis di Seoul's Institute for Far Eastern Studies berkata, Korut jelas berusaha menunjukkan bahwa mereka mampu menghantam target apapun di Semenanjung Korea.
"Termasuk markas pasukan AS yang ditempatkan di seluruh wilayah Korsel. Di antaranya di Seoul, Daegu, serta Busan," papar Kim Dong-yub.
Terakhir kali negara komunis itu melaksanakan uji coba rudal pada November 2017.