Laporan Wartawan GridHot.ID, Siti Nur Qasanah
GridHot.ID - Penghitungan suara Pilpres 2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sudah mulai memasuki rekapitulasi final.
Hingga Jumat (17/5/2019) hari ini, melalui situs resmi kpu.go.id tercatat data masuk sudah sebesar 86,75% pada pukul 15.00 WIB.
Berdasarkan situs resmi KPU tersebut, hasil real count KPU Pilpres 2019 mencatat sebanyak 705.607 TPS sudah masuk ke Situng KPU dari 813.350 keseluruhan jumlah TPS di Indonesia.
Hasil real count KPU terbaru menunjukkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Maruf Amin masih unggul sementara dari pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno
Jokowi-Maruf Amin unggul sebesar 55,92 % atau dengan perolehan 74.336.193 suara.
Sementara, Prabowo-Sandi mendapat 44.08 % dengan perolehan 58.591.905 suara.
Diketahui, pengumuman hasil Pilpres 2019 akan dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2019.
Dikutip dari Kompas.com, Rembuk Nasional Aktivis (RNA) 98 akan turut serta mengawal Kantor KPU RI dari aksi-aksi inkonstitusional saat pengumuman hasil pilpres pada Rabu (22/5/2019) mendatang.
Juru Bicara RNA Sayed Junaedi Rizaldi mengatakan, aksi ini akan melibatkan 5.000 aktivis 98 yang datang dari 34 provinsi se-Indonesia.
Baca Juga: Ditegur KPI Karena Adegan Ciuman Bibir, Rina Nose Justru Pertanyakan Perbedaan Cium dengan Kecup
Para aktivis akan menginap di Kantor KPU RI dari tanggal 21 Mei hingga 22 Mei 2019.
"Kawan-kawan aktivis 98 yang datang dari berbagai daerah membawa aspirasi dan amanat perjuangan rakyat di 34 provinsi yang menghendaki KPU RI tetap kuat, independen dan profesional," kata Sayed dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/5/2019).
Sayed mengatakan, eskalasi politik nasional kian memanas jelang pengumuman dan penetapan hasil pemilu oleh KPU RI.
Baca Juga: Janda Beranak 3, IY Sempat Sampaikan Pesan Terakhirnya Pada Sang Putri Sebelum Diciduk Polisi
Kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bahkan telah secara terbuka menolak hasil penghitungan suara KPU RI.
Sejumlah elite di kubu Prabowo juga terus menyuarakan gerakan massa atau people power.
"Artinya sudah sedari awal tidak ada itikad baik dan mereka hanya menjadikan demokrasi sebagai batu loncatan untuk membuat perpecahan bangsa dan mencipta instabilitas nasional," kata Sayed.
"Sehingga dengan cara licik dan bengis mau berebut kekuasaan," tambah dia.
Sayed mengatakan, para aktivis 98 menjunjung tinggi iklim pemilu yang demokratis yang bertujuan mempersatukan Indonesia.
Baca Juga: Hanya Karena Tabrak Burung, Jet Tempur Mahal AS Alami Kerugian Rp 28 Miliar
Oleh karena itu, untuk menghindari pihak-pihak yang hendak melakukan upaya konstitusional, menurut dia, KPU perlu dikawal.
"Kami akan tetap mengerakkan 5.000 aktivis 98 untuk menjaga dan mengawal KPU RI dari tindakan inkonstitusional dari para pihak yang hendak melemahkan dan mendelegitimasi KPU RI yang telah bekerja sesuai amanat konstitusi," kata dia.