Find Us On Social Media :

Sama-sama Dapat Ancaman Pembunuhan Seperti 4 Tokoh Nasional, Fadli Zon Kecewa Kasusnya Tak Diproses Sama Sekali

Fadli Zon dan Kadiv Humas Polri M Iqbal

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Kasus pembunuhan berencana yang mengincar empat tokoh negara dan juda satu ketua lembaga survei Pilpres 2019 sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di tengah masyarakat.

Enam tersangka berhasil diamankan beserta sejumlah barang bukti berupa senjata api rakitan.

Melansir dari siaran konfrensi pers Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal di di Kantor Menkopolhukam di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pihak kepolisian berhasil mengumpulkan barang bukti beserta laporan pengakuan para pelaku.

Baca Juga: Jadi Salah Satu Target Pembunuh Bayaran, Wiranto Balas Ancaman dengan Lempar Senyuman

Keenam pelaku tersebut berinisial IR, HK, AZ, TJ, AD dan AV alias VV berhasil dibekuk oleh pihak kepolisian.

Setelah adanya pemeriksaan lebih lanjut, Kapolri Jendral (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan empat nama tokoh nasional yang menjadi sasaran dalam rencana pembunuhan oleh enam tersangka yang telah ditangkap.

Melansir dari Kompas.com, keempat nama tersebut adalah Menko Polhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.

Baca Juga: Keenam Tersangka Pembunuh Bayaran Incar Targetnya dengan Berbaur di Kerumunan Massa

Hal itu disampaikan Tito di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Tito.

Kendati telah mengungkap keempat nama tokoh nasional, namun Tito Karnavian enggan menyebutkan nama ketua atau pemimpin lembaga survei yang turut menjadi incaran pembunuhan.

Sementara itu, pernyataan dari Kapolri Tito Karnavian tersebut mendapat tanggapan dari Wakil Ketua DPR Fadli Zon.

Baca Juga: Senjata Pembunuh Bayaran Aksi Kerusuhan 22 Mei Berspesifikasi untuk Sniper Profesional, M Iqbal : Walaupun Rakitan, Ini Efeknya Luar Biasa

Fadli Zon mengaku dirinya juga sempat beberapa kali mendapat ancaman pembunuhan.

Namun, ia menyesalkan polisi tidak melakukan proses hukum terhadap orang yang mengancamnya.

Ia mendapat ancaman pembunuhan dari sebuah akun media sosial Twitter.

Baca Juga: Identitas Pembunuh Bayaran Aksi Kerusuhan 22 Mei, Satu Perempuan Lima Laki-laki

Menanggapi pernyataan Tito Karnavian, Fadli Zon pun juga menuliskan dalam Twitter pribadinya bahwa dirinya merasa menyesalkan pihak kepolisian tidak menindak pelaku yang mengancam dirinya.

"Kalau saya memang pernah diancam, ada yang mengancam mau membunuh saya. Tapi orangnya enggak pernah diproses, enggak diapa-apain," kata Fadli kepada Kompas.com, Selasa (28/5/2019).

Fadli sudah melaporkan pemilik akun twitter @NathanSuwanto yang mengancam akan membunuhnya pada 2017 lalu.

Namun akun tersebut sudah ditutup oleh pemiliknya.

Baca Juga: Pengakuan Pembunuh Bayaran Aksi Kerusuhan 22 Mei, Incar 4 Tokoh Negara dengan Tebusan Ratusan Juta

Sedangkan laporan yang dilayangkan ke Badan Reserse Kriminal Polri itu sampai hari ini tidak jelas tindak lanjutnya.

Belakangan, politisi Partai Gerindra ini mengaku kembali mendapat ancaman pembunuhan dari akun twitter lainnya bernama Cindy.

Namun, ia kali ini tak terlalu menghiraukan ancaman itu.

Baca Juga: Viral Tulisan Running Text SPBU di Medan Berisi Hinaan Pada Jokowi dan Megawati, Polisi Lakukan Penyelidikan

"Yang sudah dua tahun lalu saja enggak diapa-apain," katanya.

Adapun cerita soal ancaman pembunuhan ini disampaikan Fadli menanggapi terungkapnya kelompok penumpang gelap aksi 22 mei yang berencana membunuh empat pejabat negara.

Fadli mengatakan, sah-sah saja kepolisian menindak pelaku yang menarget nyawa para pejabat negara itu.

Baca Juga: 7 Tuntutan BPN Prabowo - Sandi Kepada MK, Mulai dari Pemilu Ulang Hingga Minta Jokowi Didiskualifikasi

Namun ia mengingatkan bahwa polisi juga harus mengusut tuntas jatuhnya delapan korban tewas dan ratusan lainnya yang luka-luka dalam aksi menolak hasil pilpres 2019 itu.

"Menurut saya kejadian puncak dari peristiwa tanggal 21 22 mei adalah wafatnya atau meninggalnya delapan orang korban, dan masih sejumlah orang berada di rumah sakit, dan saya juga menerima laporan masih ada yang hilang. Ini menurut saya perlu diklarifikasi," kata dia.