Find Us On Social Media :

Pilu! Jenazah Mantri Patra Sempat Ditolak Karantina Bandara Meski Gugur Saat Mengabdi di Pedalaman Papua

Jenazah Mantri Patra sempat ditolak pihak karantina Bandara di Manokwari.

Laporan wartawan GridHot.ID, Dewi Lusmawati

GridHot.ID - Kematian seorang petugas medis yang akrab disapa Mantri Patra membuat warga Papua berduka.

Pasalnya, Mantri Patra wafat secara tragis saat menjalankan tugas di daerah pedalaman Kebupaten Teluk Wondama, Papua Barat, seorang diri.

Sosok pria bernama Patra Marinna Jauhari itu, rupanya sangat dihormati warga pedalaman Kabupaten Teluk Wondama.

Baca Juga: 5 Potret Pengabdian Mantri Patra yang Tetap Bertahan di Pedalaman Papua Hingga Ajal Tiba

Kisah getir pengabdian Mantri Patra di pedalaman Papua, membuat banyak pihak turut berduka atas kepergiannya.

Bagaimana tidak, Mentri Patra memilih tetap bertahan mengabdi di pedalaman Papua meski seorang diri usai ditinggal pergi rekan kerjanya.

Tak hanya itu, helikopter yang dijanjikan akan menjemputnya si akhir masa pengabdian juga tak kunjung tiba.

Baca Juga: Mati Tragis di Pedalaman Papua, Mantri Patra Tetap Mengabdi Walau Ditinggal Rekan Kerja dan Helikopter Pemda Tak Kunjung Tiba

Hingga akhirnya, Mantri Patra menghembuskan nafas terakhir usai sakit keras.

Dikutip GridHot.ID dari Antara, Mantri Patra setidaknya sudah empat 4 bulan lebih mengabdi di Kampung Oya Distrik Naikere, Teluk Wondama.

 

Ia adalah petugas medis dari Dinas Kesehatan Teluk Wondama ini berada di Kampung Oya sejak Februari 2019.

Baca Juga: Berulah Lagi, KKB Pimpinan Egianus Kogoya Tembak Mati 1 Anggota TNI Saat Patroli Pembangunan Jalan Trans Papua

Oya merupakan salah satu kampung di pedalaman distrik Naikere yang masihterpencil dan terisolir.

Tidak ada akses jalan darat apalagi sarana telekomunikasi.

Wilayah di perbatasan antara Teluk Wondama dengan Kabupaten Kaimana ini hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau menggunakan helikopter.

Untuk mencapai pusat distrik di Naikere, warga setempat biasanya berjalan kaki selama tiga sampai empat hari.

Baca Juga: Terungkap, Seminggu Sebelum Tugas ke Papua Bharada Aldy Sempatkan Telepon Sang Ayah, Ini yang Ia Sampaikan

Jalanan yang dilewati masih berupa jalan setapak menyusuri gunung dan lembah di tengah hutan belantara.

Pada awal Februari lalu, Mantri Patra bersama seorang rekannya diantar dengan helikopter ke Kampung Oya dan dijanjikan akan dijemput pada Mei 2019.

Namun janji tinggal janji, Mantri Patra harus bertahan sendiri di pedalaman Papua hingga ajal yang menjemputnya.

Dikutip dari Tribun Timur, jenazah Mantri Patra sempat tertahan di RSUD Teluk Wondama.

Mantri Patra meninggal dunia pada 17 Juni 2019 di desa Oya, akibat penyakit Malaria.

Baca Juga: Doa Terakhir Mantri Patra Sebelum Ajal Menjemput di Pedalaman Papua: Tuhan, Beri Kami Kesehatan

Nahasnya, pihak keluarga baru mengetahui Patra Marinna Jauhari meninggal kemarin, Jumat (21/6/2019).

Hal tersebut diceritakan langsung kerabat dekatnya, Eky Arisandi (45) dan Deny (44) saat menyambangi redaksi Tribun Timur, Sabtu (22/6/2019).

"Kami tidak mengetahui kalau dia sedang sakit. Karena di daerah tempat dia bertugas jaringan itu sangat sulit," kata Arisandi.

Barulah, kematian Patra diketahui dari teman kerjanya yang langsung menghubungi pihak keluarga.

Baca Juga: Mati Tragis di Pedalaman Papua, Mantri Patra Tetap Mengabdi Walau Ditinggal Rekan Kerja dan Helikopter Pemda Tak Kunjung Tiba

"Kakak kandungnya, share di grup keluarga juga," sambung Arisandi.

Dari kronologis kejadian, Arisandi mengatakan sebelum meninggal Patra sedang dalam keadaan sakit malaria.

"Karena, kehabisan obat di desa Oya. Akhirnya temannya, pergi ke Wasior untuk ambil obat," kisah Arisandi.

Jarak tempuh dari desa tersebut ke Wasior cukup jauh yakni tiga hari tiga malam dan hanya dapat di akses dengan berjalan kaki atau naik helikopter.

"Temannya belum tiba di Wasior, Patra sudah meninggal," tutur Arisandi.

Mengetahui kabar tersebut, pihak keluarga dengan segera meminta agar jenazah Patra Marinna Jauhari dipulangkan ke kampung halamannya yakni Palopo.

"Keluarga besar inginnya jenazah di makamkan di Palopo, karena keluarga besar semua ada disana," tutur Eky Arisandi kerabat Patra yang tinggal di Makassar.

Eky Arisandi menuturkan, pihak keluarga telah menempuh berbagai cara untuk memulang jenazah Patra. Namun, hasilnya nihil.

Baca Juga: Belum Sempat Serang Freeport, KKB Papua Sudah Tak Kuat Kena Nyinyiran Netizen Indonesia, Minta Perdamaian dan Keadilan Saja

"Dari Karantina Bandara yang ada di Manokwari menolak untuk dipulangkan," kata pria yang akrab disapa Arisandi.

Menurut pihak karantina, sambung Arisandi, berdasarkan aturan berlaku jenazah yang telah lama tidak dapat dipulangkan.

"Mayatnya sudah di formalin, harusnya kan awet yah bisa di pulangkan. Tapi ini tetap juga tidak bisa," sambung Eky.

Pihak puskesmas Maureke tempat almarhum bekerja sudah melakukan kordinasi namun juga tetap tidak diperbolehkan pulang.

Baca Juga: Ancam Tembak Mati Para Pekerja Freeport Tanpa Terkecuali, KKB Papua: Prabowo Sudah Bunuh Kami

"Kami berharap semoga ada perhatian dari pemerintah, keluarga ingin jenazah di pulangkan ke kampung halamannya," kata Eky.

"Kami juga mewakili pihak keluarga memohon untuk pihak-pihak terkait khususnya karantina bandara disana (Manokwari) agar memudahkan kepulangan jenasah karena ini permintaan yang sangat amat dalam dari pihak keluarga," sambung Arisandi.

Menurutnya, pekerjaan Patra yang mengabdikan diri di daerah terpencil harusnya di apresiasi.

"Apalagi ini dia meninggal dalam keadaan penugasan, kita harapkan ada perhatian dari pemerintah lah. Pengabdian ke daerah terpencil ini tidak semua orang mau, aksesnya juga tidak mudah dibutuhkan tenaga dan juga keikhlasan," pungkas Arisandi.

Padahal, helikopter yang disewa Pemda untuk mengevakuasi jenazah Mantri Patra baru datang 4 hari usai kematian sang Mantri Kesehatan.(*)