Laporan repoerter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Belakangan lalu dikabarkan empat Warga Negara Asing (WNA) asal Australia yang turut dalam demonstrasi papua Barat di luar kantor Bupati Sorong langsung di deportasi dari Indonesia.
Pihak kepolisian Indonesia mengungkapkan kalau empat WNA tersebut bernama Tom Baxter, Cheryl Davidson, Danielle Hellyer dan Ruth Cobbold.
Dikutip Gridhot dari ABC News sebelumnya, aksi demo yang sudah terjadi di Papua selama dua pekan terakhir mengakibatkan tiga korban jiwa dan beberapa fasilitas publik hancur.
Bendera Bintang Kejora yang dilarang di Indonesia nampak beberapa kali dikibarkan di beberapa titik aksi demonstran termasuk di Sorong.
Kepolisian mengatakan tiga dari empat WNA Australia yang ditangkap sempat diintai oleh aparat TNI, Intel Polisi, dan petugas Imigrasi sebelum akhirnya ditangkap di kantor polisi Sorong pada 27 Agustus 2019.
Keesokan harinya, polisi menangkap WNA ke empat yang bernama Valkyrie.
Dirinya ditangkap di kapal yang sebelumnya ia gunakan untuk menuju ke Indonesia pada 10 Agustus 2019.
Setelah diinterogasi secara mendalam, keempatnya akhirnya diputuskan untuk dideportasi ke negara asalnya.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan mengatakan departemen "Memberikan bantuan konsuler kepada empat warga Australia di Sorong, Indonesia sesuai dengan Piagam Layanan Konsuler".
Juru bicara tersebut tak bisa menjelaskan lebih lanjut karena alasan privasi.
Melansir dari Antaranews.com, Dari hasil pemeriksaan, empat orang tersebut menonton demonstrasi di Sorong, Papua Barat, karena mengira itu adalah karnaval atau festival budaya.
Mereka, mengetahui demo itu festival budaya karena mendapat informasi yang keliru.
Kepala Seksi Intelijen dan Penindakan Imigrasi Sorong, Cun Sudirharto mengungkapkan, empat warga negara Australia tersebut masuk ke Indonesia dengan izin berwisata, bukan mengikuti aksi demo.
“Empat warga asing tersebut mengakui tidak memahami apa arti aksi tersebut karena informasi warga setempat demo tersebut adalah festival budaya,” ujar Cun seperti dikutip Antara, Senin 2 September 2019.
Menurut Cun, berdasarkan hasil pemeriksaan tujuan warga negara asing tersebut ingin berwisata di Raja Ampat.
Namun, karena kapal yang ditumpangi mereka gangguan mereka pun harus mampir di Kota Sorong untuk mencari alat kapal.
Saat beraktivitas di Kota Sorong, empat warga Australia itu diajak warga setempat untuk menonton demo dengan alasan aksi itu festival budaya Papua.
Sementara Pemerhati Kemanusiaan Papua, Yohanes yang memberikan keterangan terpisah, sangat menyayangkan hal tersebut karena warga asing tersebut telah ditipu.
“Sangat disayangkan ada masyarakat yang memberikan informasi kepada wisatawan bahwa aksi demo yang berujung ricuh adalah festival budaya Papua,” kata dia.
Segala kerusuhan yang terjadi disebut dipicu oleh tindakan rasisme yang sempat viral dan terjadi di Surabaya.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, kini kondisi Papua sudah sangat kondusif.
Bahkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyebut bahwa pemerintah sudah mengetahui pihak yang menunggangi sejumlah peristiwa kerusuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat belakangan ini.(*)