Find Us On Social Media :

Tak Terima Motornya Ditilang, Pria Asal Lombok Adu Jotos dengan Polisi Hingga Meregang Nyawa, Sang Ayah: Lebih Baik Anak Saya Dipenjara daripada Dipukul Mat

ILUSTRASI : Zahabudin (60), orangtua Zaenal Abidin (29) saat ditemui di rumahnya di Dusun Tunjang Selatan, Minggu (8/9/2019).

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Di akhir bulan Agustus sampai September 2019, pihak kepolisian sedang menggelar Operasi Patuh 2019 secara serentak.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews, Operasi Patuh 2019 akan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia.

Operasi Patuh 2019 juga sudah memiliki target operasi tersendiri.

Baca Juga: Mengaku Bawa Pesan dari Tuhan, Wanita Tua Misterius Berpakaian Serba Putih dan Bawa Tongkat Bikin Heboh Sebuah Pasar Tradisional di Sumatera Utara, Ancam Pedagang Akan Terjadi Sesuatu Jika Nekat Berjualan

Maka dari itu tak heran jika belakangan ini banyak berita soal pengendara bermotor yang ditilang karena melanggar aturan lalu lintas.

Belakangan ini terjadi sebuah peristiwa razia tertib lalu lintas yang akhirnya memakan korban.

Pemuda asal Desa Paok Motong, Lombok Timur, Zaenal Abidin (29), tewas setelah diduga berkelahi dengan oknum kepolisian di Satlantas Polres Lombok Timur.

Baca Juga: Miris, 15 Tahun Berlalu Kasus Pembunuhan Anaknya Belum Juga Terungkap, Orang Tua Almarhum Munir Kemalingan Tepat Beberapa Hari Sebelum Haul Putranya, Barang-barang Antik Dicuri dan Pelaku Masih Dicari

Melasir dari Kompas.com, Polisi menyebut, Zaenal meninggal setelah terlebih dulu mengamuk dan menyerang petugas karena persoalan tilang.

Berdasarkan rilis polisi, kejadian berawal pada Kamis (5/9/2019) pukul 20.20 Wita di lapangan apel Satlantas Polres Lotim.

Pada saat itu Zaenal sedang mengendarai sepeda motor Vario warna putih melawan arus dan tanpa menggunakan helm masuk ke pintu gerbang kantor Satlantas.

Ternyata Zaenal datang untuk meminta motornya yang ditahan karena terjaring razia operasi patuh yang dilaksanakan di hari yang sama pukul 16.00.

Saat itu, dua anggota Satlantas atas nama Aipda I Wayan Merta Subagia dan Bripka Nuzul Husaen sedang melaksanakan tugas piket menjaga barang bukti hasil razia operasi patuh di lapangan apel Satlantas.

Baca Juga: Baru Lahir Sudah Punya Darah Tentara Sejak dari Buyutnya, Putra Sulung Pasangan Anggota TNI dan Polwan Ini Siap Menyandang Trah Keluarga Abdi Negara Generasi ke 4

"Di mana motor saya?" tanya Zaenal dengan nada tinggi.

Zaenal yang disebut datang dengan cara tidak bersahabat ini memicu awal percecokan dirinya dengan anggota Satlantas yang sedang berjaga.

Untuk meredam suasana, Aiptu I Wayan Merta Subagia menyampaikan pada Zaenal suntuk turun dari kendaraan terlebih dahulu.

Baca Juga: Sang Bunda Sampai Meneteskan Air Mata, Pria Medan Ini Tega Tampar dan Bentak Ibunya Sendiri dengan Kata Makian di Depan Umum, Videonya Viral dan Tuai Banyak Kecaman

Namun, Zaenal masih saja emosi justru mengatakan "Maumu apa?"

"Ada apa Pak, tolong tenang," jawab Bripka Nuzul yang turut menghampiri Zaenal untuk turut menenangkan.

Tiba-tiba Zaenal pada saat itu disebut langsung menyerang Bripka Nuzul dengan cara memukul menggunakan tangan terkepal ke bagian pipi sebelah kiri dan hidung secara bertubi-tubi.

Perkelahian pun terjadi antara petugas dengan Zaenal yang menyebabkan Zaenal terjatuh dan menabrak pot bunga yang ada di lapangan apel Satlantas.

Pada saat itu juga Zaenal dilumpuhkan dan diserahkan ke SPKT Polres Lotim.

Akibat serangan dari Zaenal, Bripka Nuzul juga langsung dilarikan ke rumah sakit karena luka-luka yang disebut cukup serius.

Baca Juga: Dicampakkan Kedua Orangtuanya Hingga Harus Hidup di Ruang OSIS Sekolah, Andreas Tampubolon si Siswa SMK yang Sempat Viral, Punya Cita-cita Mulia Bagi Ayah Ibunya

Zaenal sempat diperiksa Satreskrim Polres Lotim, tetapi saat pemeriksaan Zaenal tiba-tiba tidak sadarkan diri dan dibawa ke RSUD Selong.

Nyawa Zaenal pun akhirnya tak tertolong saat sampai di RSUD Selong.

Polisi juga disebut sudah melakukan musyawarah dengan keluarga Zaenal.

Baca Juga: Ngeri! Viral Penampakan Buaya Raksasa Terekam Video di Sungai Beremas Padang, Netizen : Kata Warga Setempat Buaya Disana Nggak Jahat Kok

Sementara itu, Sahabudin (60), ayah Zaenal menyebutkan dirinya mendapat informasi dari polisi bahwa anaknya masuk rumah sakit pada Sabtu (7/9/2019) pukul 04.00 WITA.

"Sekitar jam 4 pagi itu saya dapat informasi dari petugas, Zaenal masuk rumah sakit," kata Sahab, saat ditemui di kediamannya di Dusun Tunjang Selatan, Minggu (8/9/2019).

Sesampainya di rumah sakit, Sahabidun pun kaget melihat ada luka lebam di sekujur tubuh anaknya.

"Saya kaget ternyata di bagian muka memar, di belakang kepala ada memar juga, dan di kakinya," ungkap Sahab.

Sahabudin tidak menduga anaknya dianiaya.

"Kelihatannya ada yang memukul, tapi saya tidak tahu siapa orangnya," tutur Sahab.

Baca Juga: Bak Pinang Dibelah Dua, Seorang Anggota Polres Bojonegoro Viral Usai Tilang Pengendara yang Wajahnya Mirip Dengannya, Saat Buka Helm Ternyata Ayah Sendiri, Seumuran?

Sementara itu keterangan lengkap dari sang ayah telah diberitakan Bangkapos.com.

Sahabudin mengatakan, lebih baik anaknya dipenjara daripada dipukul hingga akhirnya tewas.

“Dalam hati saya menyebutkan, lebih baik saya lihat Zaenal masuk penjara 10 tahun, daripada dipukul dan mati,” tutur Sahab.

Baca Juga: Pilu, Sudah Ditandu Belasan Kilometer Lewati Jalan Rusak dan Terjal Demi Capai Puskesmas, Kenti Harus Rela Kehilangan Bayinya Meninggal Sebelum Tiba Sampai Tujuan

Dirinya tidak sanggup membayangkan bagaimana rupa anaknya itu saat dipukuli.

"Tidak bisa saya bayangkan bagaimana rupa anak saya itu jika saat dipukul. Dipenjara saja 10 tahun tidak apa-apa," ungkap Sahab, sambil menghela napas panjang.

Sahab menyebutkan, dirinya tidak bisa keberatan karena telah menandatangani surat tersebut.

Adapun pihak yang menandatangani surat tersebut yakni, ayah Zaenal atas nama Sahabudin, beserta keluarga lainnya yang kemudian bermaterai 6000.

“Kan sudah ada surat itu, katanya sudah damai, tidak ada masalah lagi,” ungkap Sahab.

Sahab menyebutkan, dirinya tidak bisa berbuat lebih banyak, karena takut salah berbicara karena sudah menandatangani surat pernyataan tersebut.

Baca Juga: Pengendara Motor Keluarkan Jurus Silat di Depan Polisi Saat Ditilang, Bukannya Bikin Takut Malah Aksinya Buat Netizen Ngakak

"Tidak tahu mau ngomong apa, takut nanti salah-salah, karena sudah tanda tangan surat," ungkap Sahab.

Adapun surat dokumen itu didapatkan dari Ketua Forum Rakyat Bersatu (FRB) Lombok Timur, Eko Rahady sebanyak satu lembar.

Surat pernyataan tersebut tertanggal Sabtu (7/9/2019) tersebut bermuatan 2 poin. Poin pertama menyebutkan,

Baca Juga: Pengendara Keras Kepala, Sudah Naik Trotoar, Serempet Anak Kecil, Diingatkan Pejalan Kaki Malah Lakukan Penyerangan, Aksinya Viral dan Identitas Plat Nomornya Tersebar

“Kami selaku orang tua dan keluarga dari Zaenal Abidin tersebut di atas, tidak keberatan dan tidak akan menuntut secara hukum dari pihak manapun di kemudian hari, atas apa yang sudah terjadi dan yang dialami oleh anak kami tersebut di atas dikarenkan kami selaku keluarga menyadari/memaklumi kondisi anak kami yang sedang mengalami gangguan jiwa.”

Sedangkan poin yang kedua bertuliskan, “Kami selaku orangtua mewakili keluarga mengucapkan terima kasih banyak atas bantuan/sumbangsih biaya pengobatan/perawatan dan santunan yang telah diberikan oleh pihak kepolisian”

“Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagai mana mestinya”, tutup surat tersebut.(*)