Find Us On Social Media :

Incar Papua, Pesawat Kiriman CIA Ini Diam-diam Kerap Terbang di Langit Indonesia, Pertahanan AURI Ditelanjangi Cuma dari atas Udara

Hasil jepretan kamera dari U-2 Dragon Lady, terlihat penempatan misil pertahana udara SA-2 Grail di Bandung, Indonesia

Kamera pada U-2 disediakan oleh James Baker yang membuat Oblique camera. Kamera itu didesain khusus sehingga U-2 dapat menangkap imaji dari arah samping, tanpa perlu melintas langsung di atas objek yang hendak diintai.

Kamera ini bisa menangkap objek sepanjang 1 meter dari jarak 18 km. Jadi terbayang seberapa hebatnya sistem yang terpasang pada U-2.

Majalah Angkasa, seperti dikutip dari angkasa.co.id, pernah memberitakan, U-2 sempat mengintai di atas Indonesia sebagai bahan analisa data untuk menekan Belanda dalam perundingan New York saat memperebutkan Irian alias Papua.

Pada kenyataannya, berdasarkan dokumen-dokumen CIA yang dirilis ke publik lewat Freedom of Information Act (FOIA), sang naga hitam itu rupanya sangat sering terbang di atas Indonesia!.

Baca Juga: Viral Kabar Teror Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Dilempari Ular dalam Karung di Pagi Buta, Veronica Koman Bocorkan Kronologinya

Tidak percaya? Dalam laporannya kepada Direktur CIA tertanggal 25 Juli 1962, Deputi Direktur Riset CIA melaporkan bahwa U-2 dalam proyek khusus berkode IDEALIST sudah menjalankan 29 sorti (beberapa laporan lain menyebutkan 30, dan ada yang 31 sorti) di atas Indonesia.

Operasi ini digelar antara 29 Maret sampai 7 Juni 1958, atau hanya tiga tahun sesudah penerbangan perdana dan satu tahun setelah U-2 dinyatakan masuk ke dalam jajaran aktif AU AS dan CIA.

U-2 terbang di atas wilayah Indonesia, mulai dari Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Papua.

Objek yang difoto meliputi instalasi militer, pelabuhan, rel kereta api, depot logistik, jalan raya, dan pangkalan udara.

Baca Juga: Tunggu Dana Hibah Rp 100 Miliar, Karyawan KPU Papua Ngantor di Hotel Kota Jayapura Usai Tempat Kerjanya Hangus Dibakar Massa Kerusuhan

Para pilot U-2 yang menjalankan misi di atas Indonesia melaporkan bahwa tantangan operasi di wilayah Indonesia sangat besar.

Tantangan datang bukan dari sistem pertahanan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) alias TNI AU saat itu, tetapi justru dari cuaca.