Jadi Anak Korban Konflik G30S, Sugiarto, Putra Brigjen Supardjo Tanyakan Apakah Ayahnya Benar-benar Bersalah

Senin, 30 September 2019 | 09:13
IST via Warta Kota

Jenderal Supardjo

GridHot.ID -Gerakan 30 September (G30S) merupakan sejarah kelam bangsa Indonesia.

Akibat peristiwa G30S, tekanan masyarakat juga dirasakan Sugiarto, putra ketiga Brigadir Jenderal Supardjo, salah satu petinggi militer yang terlibat Dewan Revolusi.

Ejekan dan cemoohan sempat jadi makanan sehari-hari selama kurang lebih setahun.

Satu bekas luka di punggung juga menjadi kenang-kenangan masa sulit itu.

Baca Juga: Dianggap Sebagai Titik Balik Penumpasan G30S, Inilah Keputusan Bung Karno Kala Dirinya Diamankan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma

Luka tersebut didapat saat ia melindungi adiknya dari tombak waktu terjadi amuk massa.

"Ah, tapi saya enggak mau cengeng cuma gara-gara itu," kata Sugiarto yang enggan bercerita lebih lanjut.

Sikap tidak ingin meratapi nasib itulah yang selalu dibawa Sugiarto hingga kini.

Bahkan ketika kesulitan demi kesulitan terus menimpa keluarganya, sebagai anak yang sudah beranjak dewasa ia berusaha bertahan.

Baca Juga: Hari Ini, 54 Tahun yang Lalu, Bersama Ratna Sari Dewi, Ini yang Dilakukan Presiden Soekarno Tepat di Malam Gerakan G30S PKI

Semua karena ibunya, Triswati, yang selalu bersikap tabah menghadapi kenyataan ini.

"Terima semua ini sebagai takdir," begitu selalu pesan janda Supardjo kepada anak-anaknya.

Sebagai istri tentara, ia sudah terbiasa hidup sendiri tanpa suami.

Dari sinilah Sugiarto mengagumi kekuatan perempuan dibandingkan dengan lelaki.

Baca Juga: Jarang Diketahui, Sosok Ini Ternyata Jadi Jenderal Kepercayaan Bung Karno, Padahal Tak Jarang Mengabaikan Perintah Sang Proklamator

Walau sebenarnya kesulitan yang harus dihadapi Sugiarto tak kalah hebatnya.

Titel dokter gigi yang diperolehnya dengan susah payah tidak bisa dimanfaatkan karena terbentur Surat Keputusan (Instruksi) Menteri Dalam Negeri nomor 32 tahun (1981).

Peraturan yang masih berlaku sampai sekarang itu intinya melarang keluarga tahanan politik menjadi pegawai negeri.

Tapi lagi-lagi ia tidak mempersoalkannya.

Baca Juga: Permintaan Terkahir Satia, Bocah Penderita Obesitas Asal Karawang yang Meninggal Dunia di Usia Muda, Sang Ayah Beberkan Wasiat Putranya

Keengganan Sugiarto mengungkit masa lalu karena orang yang marah atau benci kebanyakan justru adalah mereka yang tidak mengerti permasalahan sebenarnya.

Apalagi, masih ada orang-orang yang bersikap baik kepada keluarganya meski kedudukannya berseberangan.

Mereka adalah rekan-rekan ayahnya semasa di militer, seperti Ibrahim Adjie, HR Dharsono, atau keluarga Ibnu Sutowo.

Baca Juga: Cara Busananya Dikomentari Nia Ramadhani, Ayu Ting Ting Berikan Tanggapan Tak Biasa

"Saat itu mana ada yang berani dekat-dekat dengan keluarga tahanan politik. Takut dianggap berkomplot dan ujung-ujungnya diinterogasi," kata Sugiarto yang berusia 15 tahun saat peristiwa G30S terjadi.

Ibrahim Adjie, mantan Panglima Siliwangi dan salah satu sahabat ayahnya, selalu menolong di saat kesulitan-kesulitan datang tiada henti.

Satu tindakan paling berani adalah memberikan uang pensiunnya kepada janda Supardjo, yang masih harus menghidupi 12 putra-putrinya.

Ia juga menikahkan salah seorang putranya dengan salah seorang putri Supardjo.

Baca Juga: Ditanya Hotman Paris Soal Pengelolaan Asetnya, Jawaban Nagita Slavina Bikin Pengacara Kondang Itu Acungkan Jempol

Karena kegundahannya, suatu kali Sugiarto pernah bertanya kepada Ibrahim, yang dipanggilnya Papi.

"Pap, apa ayah saya bersalah?" tanya Sugiarto.

Yang ditanya menggeleng.

“"Tidak, dia seorang professional army. Dia hanya melaksanakan tugas," kata Ibrahim tegas.

Sebuah jawaban yang benar-benar melegakan Sugiarto.

Tulisan ini diambil dari artikel "Jalan Damai Anak-Anak Korban Konflik 1965" (Intisari, September 2004)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online "Apakah Brigjen Supardjo Bersalah dalam G30S? Ini Jawaban Mantan Panglima Siliwangi Ibrahim Adjie"

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Intisari Online