Find Us On Social Media :

Tangguh di Pertempuran Jarak Dekat Operasi Penumpasan PGRS, Hendropriyono, Mantan Anggota Kopassus yang Kini Jadi Mertua KSAD Andika Perkasa, Simpan Kisah Tak Terduga, Siap Kehilangan Nyawa demi Negara

Hendropriyono

Baca Juga: Hanya Karena Masalah Pertemanan Anaknya, Keluarga Ini Nekat Labrak dan Pukuli Tiga Remaja Hingga Babak Belur, Ibu dan Anak Berhasil Diamankan

Dalam buku Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran, Sejak Nusantara Sampai Indonesia (2014) karya Iwan Santosa, Hendropriyono menceritakan pengalamannya tersebut.

"Karena PGRS tidak menyerah, terpaksa kami sebagai guru harus menghadapi murid dengan bertempur di hutan rimba Kalimantan," ujar Hendropriyono.

Pada awalnya, sekitar tahun 1960, rezim Orde Lama di bawah pimpinan Presiden Soekarno bersama Presiden Filipina Diosdado Macapagal mengkritik pembentukan Malaysia yang dianggap permainan neo-kolonialisme Inggris.

Baca Juga: Momen Langka, Tommy Soeharto dan Mantan Istrinya Kembali Bertemu Setelah 13 tahun Bercerai, Potret Manisnya Bikin Warganet Deg-degan

Saat itu, Macapagal sempat menyarankan pembentukan Maphilindo, sejenis federasi Malaysia, Filipina, dan Indonesia.

Sebab, Macapagal menilai ada kesamaan kultural Melayu di tiga negara ini.

Namun, Soekarno lebih memilih berkonfrontasi langsung dalam perang tidak resmi menghadapi Malaysia dan Persemakmuran Inggris.

Baca Juga: 14 Tahun Bercerai, Ternyata Seperti Ini Hubungan Mulan Jameela dengan Mantan Suaminya yang Jarang Diketahui Publik

Hingga akhirnya terjadilah perang sengit di tengah rimbanya Kalimantan.

Setelah peristiwa Mangkok Merah pada tahun 1967, Hendropriyono mendapat tugas untuk melawan bekas sekutu TNI.

Kemudian, terbentuklah Sandi Yudha, satuan intelijen tempur dari Resimen Para Komando Angkatan Darat, yang saat ini dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopassus).