Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Gunung Api Anak Krakatau dikabarkan kembali terpantau melakukan aktivitas vulkaniknya pada Minggu (20/10/2019).
Kondisi erupsi Gunung Anak Krakatau terpantau di kawasan Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung sebanyak dua kali.
Erupsi tersebut terjadi pada pukul 05.41 WIB dan 07.05 WIB.
Melansir dari Antaranews.com, aktivitas ini telah dikonfirmasi oleh Badan Geologi, Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Api Anak Krakatau Kementerian ESDM.
Erupsi yang terjadi terpantau dengan tinggi kolom abu kurang lebih 200 meter diatas puncak atau kurang lebih 357 di atas permukaan laut.
Seismograf pun merekam erupsi tersebut terjadi dengan aplitudo maksimum 41 mm, durasi 18 menit 28 detik dan 43 mm, berdurasi 3 menit 19 detik.
Namun, pada erupsi kali ini tidak terdengar suara dentuman.
Pasca terjadinya erupsi ini, status Gunung Anak Krakatau pun kini berada di status Level II (Waspada).
Hal tersebut pun memberikan rekomendasi pada masyarakat dan wisatawan untuk tidak boleh mendekati kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah.
Sementara sebelumnya, letusan disertai awan panas juga terjadi di Gunung Merapi Senin (14/10/2019).
Erupsi tersebut sekiranya terjadi pada pukul 16.30 WIB, seperti yang dilaporkan oleh BPPTKG.
Melalui akun resmi Twitter-nya, BPPTKG menyatakan letusan awan panas terpantau mencapai tinggi 3 ribu meter dari puncak, dengan durasi 270 detik dan amplitudo 75 mm.
Terkait erupsi tersebut, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan melaporkan tidak terjadi hujan abu di lereng Merapi wilayah Sleman.
"Berdasarkan pantauan hingga saat ini, Kepuharjo, Kaliurang, dan Glagaharjo negatif abu," kata Makwan melalui pesan singkat.
Sementara itu, Petugas di Pos Pemantauan Gunung Merapi (PGM) Babadan (Magelang), Heru melaporkan bahwa secara visual Merapi tidak terlihat saat erupsi terjadi.
Hal ini disebabkan cuaca sekitar lereng Merapi yang terpantau berawan mendung terlihat dari Pos Babadan. Visual pun hanya teramati dari CCTV.
"Namun kami menerima laporan bahwa sebagian warga mendengar gemuruh saat erupsi terjadi," jelas Heru melalui telepon.
Pengamat di Pos Pemantauan Gunung Merapi (PGM) Selo (Boyolali) Candra mengatakan bahwa secara visual erupsi Merapi terpantau jelas.
Namun ia menyebut tidak terdengar gemuruh saat letusan terjadi.
"Sampai saat ini wilayah Selo tidak terjadi hujan abu," ungkap Candra via pesan singkat.
Kasi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan bahwa hingga saat ini produksi magma masih berlangsung.
"Suplai magma masih berlangsung dan cukup intensif, dari data informasi ada peningkatan tiga bulanan ini. Kami pantau seismisitas dan deformasi, ada gejalanya,"katanya saat jumpa pers di BPPTKG, Senin (23/9/2019).
Ia menjelaskan bahwa Gunung Merapi masih diperkirakan mengeluarkan awan panas.(*)