Find Us On Social Media :

Cucuran Air Mata Suarakan Kepedihannya, Tangan Ibunda Afridza Hanya Bisa Menggapai Layar Televisi yang Siarkan Detik-detik Jatuhnya Sang Putra, Para Pelayat Larut dalam Kesedihan

Afridza Syach Munandar merupakan pembalap masa depan Indonesia.

Gridhot.IDPembalap Indonesia, Afridza Syach Munandar meninggal dunia setelah mengalami crash mencekam di Sepang International Circuit.

Pembalap berusia 20 tahun itu meninggal saat menjalani balapan Asia Talent Cup 2019/ATC 2019, Sabtu (2/11/2019).

Duka mendalam tentu masih menyelimuti Ersa Maya Sriwenda (44), ibu kandung Afridza Munandar. 

Baca Juga: Santer Dikabarkan Sudah Menikah dengan Pemain Gendang, Inilah Foto-foto Via Vallen Bersama Anak dan Seorang Pria yang Diduga Suaminya

Hingga Minggu (3/11/2019) sore kondisi Ersa masih sangat berduka.

Matanya perempuan cantik ini tampak sembab. Sejumlah anggota keluarga terdekat terus mendampinginya.

Dia pun belum bisa diajak berbicara.

Baca Juga: Sayangkan PB Djarum Pamit Usai 13 Tahun Tak Henti Menjaring Calon Bintang Bulu Tangkis, Susy Susanti: Ini Olahraga Bukan Hal Negatif, Kenapa Tidak Didukung?

Saat sejumlah televisi nasional melakukan tayangan live, Ersa langsung menontonnya.

Namun ketika muncul tayangan detik-detik kecelakaan anaknya, tangan Erza hanya menggapai-gapai pesawat televisi dengan mimik muka mengundang iba.

Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Baca Juga: Lama Tidak Terdengar, Mantan Atlet Bulu Tangkis Tersohor, Taufik Hidayat Kini Diperiksa KPK

Hanya cucuran air mata yang bisa ia lakukan.

Pemandangan ini membuat keluarga serta para tamu yang tengah melayat ikut larut dalam kesedihan.

Beberapa diantaranya ikut menitikkan air mata.

Baca Juga: Lama Tak Muncul di Layar Kaca, Komedian Ucok Baba Kini Banting Setir Beralih Profesi, Lihat Kabarnya Sekarang yang Sering Ketemu Banyak Orang

Firasat Nenek Afridza Munandar

Firasat Afridza akan pergi untuk selama-lamanya dirasakan nenek korban, Besset Trimawar.

Menurut Besset yang ditemui di rumah duka, Perumahan Tamansari Indah Blok D nomor 9, Kota Tasikmalaya, Minggu (3/11), tak biasanya Afridza terlihat lebih pendiam.

Seminggu lalu Afridza baru saja pulang setelah mengikuti ATC 2019 babak penyisihan di Jepang.

Baca Juga: Baru Sehari Menikmati Kemewahan, Pasangan Turis Ini Diusir dari Kapal Pesiar Lantaran Terlalu Berisik Saat Bercinta

"Saya melihat cucu saya lebih pendiam. Orangnya memang agak pendiam. Tapi kali ini lebih. Suatu kali saat dia masuk kamarnya, saya tanya kenapa, ada apa. Tapi dia tidak bilang apa-apa," kata Besset yang pada tahun 70an adalah pembalap perempuan di Tasikmalaya.

Saat itu Besset tak menaruh curiga apa-apa.

Dia hanya berfikir mungkin Afridza sedang agak tertekan karena akan ikut dua race dengan jadwal berdekatan.

Baca Juga: Lama Tak Muncul di Layar Kaca, Komedian Ucok Baba Kini Banting Setir Beralih Profesi, Lihat Kabarnya Sekarang yang Sering Ketemu Banyak Orang

Yaitu final ATC 2019 di Sirkuit Sepang, Malaysia serta One Prix di Surabaya.

"Ternyata inilah kejadiannya. Walau berat, tapi kami menerima ikhlas dan mudah-mudahan Afridza mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT," ujarnya.

Impian Pupus

Dilansir dari Youtube TVOneNews, Sabtu (2/11/2019), Afridza menekuni dunia balap sejak usia 10 tahun. 

Baca Juga: Berdiri Kokoh Meski Gempa Palu Menerjang, Rumah Mewah Berlapis Emas Milik Dokter Kakak Musisi Terkenal Ini Jadi Saksi Dahsyatnya Tsunami, Pemiliknya Bocorkan Amalan Pembuat Mereka Kaya Raya dan Disegani

Afridza bercita-cita dapat masuk ke ajang Moto GP melalui ajang balapan Asia Talent Cup (ATC) yang justru menjadi ajang terakhir di hidupnya.

"Perasaannya seneng banget, apalagi di juara Asia Talent Cup itu kan dibawah naungan untuk road to MotoGP. Karena impian saya kan naik ke MotoGP," ujar Afridza sebelum kejadian di ajang ATC merenggut nyawanya.

Mimpi Afridza untuk melanjutkan balapan di ajang MotoGP pun pupus setelah insiden maut di sirkuit Jepang dan menghentikan langkahnya.

Baca Juga: Eksekusi 3 Tukang Ojek Secara Keji, KKB Papua Justru Sebut Korbannya Anggota TNI Polri, Ada PT Freeport dalam Tuntutan Aksi Kawanan Lekagak Telenggen Kali Ini

Meski Afridza telah tiada, namun mimpi almarhum agar pembalap Indonesia dapat bersaing sekelas MotoGP akan masih terus dijaga bagi pembalap generasi penerus Afridza.

Afridza sudah malang melintang di dunia balap motor nasional meski usianya masih muda.

Ia adalah satu dari sekian banyak anak bangsa yang bertekad bisa menembus ajang balap motor internasional motoGP.

Baca Juga: 3 Tukang Ojek Ditembak Mati KKB Papua, Veronica Koman Salahkan Jakarta, Begini Cuitannya

Kala itu dia mulai menekuni balap sepeda lalu naik ke ajang motocross.

Namun pada saat insiden patah kaki, Afridza memutuskan beralih ke ajang road race (balapan di lintasan aspal).

Namanya pun melambung di ajang oneprix motorsport, ia bergabung bersama Astra Motor Racing Team (ART).

Baca Juga: BREAKING NEWS: Sedang Berlangsung Perang Terbuka KKB Papua dengan TNI di Kabupaten Puncak, Pemberontak Nekat Bakar Habis Honai Kepala Distrik, Aparat Lakukan Pengejaran

Kehebatan Afridza mulai terlihat saat mengikuti ajang motorprix pada 2013 lalu.

Dia berhasil menjadi juara umum di kelas MP5 dan MP6.

Tahun 2017 Afridza berhasil meraih juara umum di MP3 dan MP4.

Baca Juga: Bukan Kelompok Egianus Kogoya, TNI Sebut Anggota KKB yang Terlibat Baku Tembak di Wamena Bawahan Yusak Tabuni yang Kini Tak Lagi Eksis

 Afridza pun naik peringkat ke MP1 atau kelas expert setahun kemudian.

Prestasi gemilang Afridza di ajang nasional membuat namanya diperhitungkan.

Ia masuk di ajang Honda Dream Cup (HDC), mulai dari situ ia diberi kesempatan bersama Honda Racing Team mengikuti ajang Asia Talent Cup 2018.

Artikel ini telah tayang di Tribun Jabar dengan judul "Terpukulnya Ibunda Afridza Munandar ketika Sang Anak Meninggal, Tangannya Menggapai-gapai TV."

(*)