Gridhot.ID - Kemarau panjang yang masih melanda menyebabkan beberapa daerah di Indonesia mengalami kekeringan.
Bahkan beberapa sungai besar di beberapa daerah pun tak dialiri air.
Salah satunya yang belakangan ini diberitakan adalah Sungai Bengawan Solo.
Akibat keringnya Sungai Bengawan Solo, sebuah perahu diduga dari masa kolonial Belanda berhasil diangkat dari dasar Sungai Bengawan Solo.
Perahu besi tersebut ditemukan warga Desa Mertani Kecamatan Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur dan mulai diekskavasi mulai Jumat (1/11/2019) lalu.
Terdapat tiga perahu yang ditemukan, namun baru satu yang berhasil diangkat dari dasar Sungai Bengawan Solo.
Melansir Kompas.com dalam artikel berjudul 'Perahu di Dasar Bengawan Solo Diduga Kendaraan Perang, Ini Spesifikasinya', pihak terkait memaparkan spesifikasi perahu tersebut.
Menurut informasi yang didapat, spesifikasi terkait ukuran perahu jaman kolonial tersebut berbeda dari dugaan awal.
Sebelumnya instansi terkait memperkirakan jika perahu tersebut berukuran sekitar 4 hingga 5 meter.
Namun ketika diangkat, diketahui berukuran 7,6 meter.
Tim gabungan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lamongan, serta beberapa unsur lain berhasil mengangkat satu dari tiga perahu tersebut dari dasar Bengawan Solo, Rabu (6/11/2019).
"Jadi, ternyata satu perahu itu panjangnya 7,6 meter, sebelumnya kan kami perkirakan panjangnya 4 hingga 5 meter," ujar arkeolog dari BPCB Jawa Timur, Wicaksono Dwi Nugroho, saat ditemui di lokasi, Rabu.
Wicaksono menambahkan jika dalam satu perahu tersebut terdapat dua sekoci yang berukuran panjang 3,8 meter dan lebar 1,5 meter.
"Panjang 7,6 meter itu karena satu perahu berisi dua sekoci, dengan panjang satu sekoci 3,8 meter. Sementara lebarnya tetap 1,5 meter," terang dia.
Sementara itu, perahu yang ditemukan di dasar Sungai Bengawan solo tersebut terbuat dari material baja.
Pihak instansi terkait menduga jika tenggelamnya perahu jaman kolonial tersebut terdapat unsur kesengajaan.
Pasalnya, setelah diperiksa, terdapat sejumlah lubang di badan perahu yang berdiameter sekitar 15 hingga 20 sentimeter yang merekah keluar.
Berdasarkan hasil temuan itu, kesimpulan awal menyatakan jika perahu sengaja ditembaki agar tenggelam dan tidak dapat digunakan lagi.
"Rekahan dari lubang-lubang itu, sepertinya bekas ditembaki supaya perahu tenggelam dan tidak dapat digunakan lagi," ucap dia.
Lebih lanjut, Wicaksono juga mendapatkan informasi dari anggota TNI yang turut melihat proses pengangkatan perahu, ia mengatakan jika perahu dengan model seperti itu biasanya digunakan sebagai tumpangan tentara atau kendaraan perang.
"Tadi saya juga sempat ngobrol dengan anggota TNI yang kebetulan ikut dan melihat proses pengangkatan perahu, jika perahu seperti ini digunakan sebagai tumpangan tentara atau kendaraan perang pada saat itu (penjajahan)," ujar dia.
Wicaksono menambahkan, selain bisa digunakan sebagai transportasi pengangkut, perahu juga bisa digunakan layaknya jembatan pada waktu itu apabila dijajar membentang sungai ataupun Bengawan Solo.
"Kalau ditata berjajar, juga bisa berfungsi sebagai jembatan untuk menyeberang, untuk melintasi Bengawan Solo atau sungai," kata dia.
Dugaan semakin kuat, karena pada saat tim melakukan pemberian karung berisi pasir di sekeliling lokasi tenggelamnya perahu dua hari lalu, juga sempat menemukan selongsong peluru dan beberapa kepingan uang koin bertuliskan Hindia Belanda.
Sebelumnya, diberitakan jika muncul penampakan badan perahu saat Sungai Bengawan Solo surut yang diduga digunakan di masa Perang Dunia ke-2, satu peristiwa perang global yang berlangsung antara 1939 sampai 1945.
Bengawan Solo Surut, Tiba-tiba Muncul Tiga Perahu Baja, Mungkin dari Masa Perang Global 1939 - 1945
Tiga perahu baja di dasar Bengawan Solo wilayah Desa Mertani Kecamatan Karanggeneng, Lamongan, Jawa Timur, mulai diekskavasi, Jumat (1/11/2019).
Proses ekskavasi diperkirakan akan berlangsung selama lima hari, hingga 3 unit perahu itu diangkat ke permukaan.
Ekskavasi dilakukan bersama dinas terkait, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan dan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Proses mulai hari ini dibantu warga desa," kata Kepala Seksi Perlindungan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud, Adi Kusno, kepada wartawan di sela-sela proses ekskavasi.
Tahap awal adalah persiapan membendung area di sekitar perahu untuk melokalisir air.
Tujuannya, agar airnya dalam kubangan bisa dikuras keluar.
"Dengan cara itu agar nanti proses identifikasi arkeologinya bisa jalan," kata Adi Kusno l.
Proses ekskavasi dijadwalkan akan berlangsung selama 5 hari.
"Pada hari pertama dan kedua, akan memasang karung pasir dan pasak bambu di sekeliling perahu baja," ungkapnya.
Sedang hari ketiga, memompa (menguras) air dari areal perahu yang sudah dibendung karung pasir.
Setelah menguras air dari areal temuan dengan pompa air, baru dilakukan ekskavasi arkeologis terhadap badan perahu.
"Paling akhir adalah proses pengangkatan perahu ke permukaan," ungkapnya.
Adi Kusno menduga, perahu baja ini dari masa Perang Dunia ke-2, satu peristiwa perang global yang berlangsung antara 1939 sampai 1945.
Adi Kusno sangat menghargai upaya Pemkab Lamongan untuk mengangkat perahu baja tersebut.
Skenario selanjutnya setelah perahu berhasil diangkat, akan dibawa ke kantor Disparbud Lamongan, selanjutnya dilakukan kajian lagi oleh para ahli.
Sementara, Kepala Disparbud Lamongan, Ismunawan, mengatakan, proses ekskavasi perahu ini secepatnya dilakukan agar tidak kedahuluan air pasang pengaruh hujan.
Ismunawan mengaku sudah koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo untuk mengangkat perahu yang punya nilai sejarah itu.(*)
Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul "Perahu 7,6 Meter Diangkat dari Dasar Bengawan Solo, Diduga Kendaraan Perang Jaman Kolonial Belanda"