Find Us On Social Media :

Jadi Proyek Mercusuar Paling Prestise di Zaman Soekarno, Pembangunan Monas Nyatanya Simpan Ironi Tersendiri, Mulai dari Pemborosan hingga Ambisi Sang Plokamator yang Tak Direstui Semua Kalangan

Monas

Sumbangan wajib

Harian Kompas pada 17 April 2019 menulis, pemerintah memberlakukan sumbangan wajib dari pengusaha-pengusaha bioskop se-Tanah Air.

Baca Juga: Sempat Digeletakkan Begitu Saja Padahal Sudah Muntah Darah, Dylan Carr Sebut Pihak Rumah Sakit Takut Tidak Dibayar, Padahal Banyak Temannya yang Berani Menjamin Biaya Perawatan

Sepanjang November 1961-Januari 1962 tercatat 15 bioskop menyumbang Rp 49.193.200,01. Di dalamnya, misalnya, terdapat sumbangan dari Bioskop Parepare dan Bioskop Watampone, Sulawesi Selatan dan Bioskop Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Rp 884.528,85.

Rekapitulasi tahun 1972, total biaya pembangunan Monas mencapai angka Rp 358 juta.

Namun, tak semua satu suara dengan Soekarno, apalagi terhadap gagasannya soal "kebesaran bangsa”.

Baca Juga: Hilang Kendali Saat Pacu Motor di Jalan Sepi, Pemuda Ini Alami Kecelakaan, Motornya Ringsek Tersangkut di Tiang Listrik

Nyatanya, kebesaran bangsa yang diwujudkan lewat kemegahan Monas dan aneka proyek mercusuar tak punya tuah apa pun untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia yang compang-camping di pengujung dekade 1950-an.

Utang pemerintah menggemuk, ekspor lesu, ujungnya dapat ditebak, inflasi meroket.