Jadi, setelah Hermawan mendapatkan uang, dia akan memaksa pesawat untuk terbang di ketinggian tertentu sebelum kemudian dia kabur dengan cara terjun payung.
Hermawan yang merupakan atlet terjun payung rupanya memang bertindak atas kemauan sendiri, sehingga tindakan pembajakan pesawat yang dilakukannya merupakan kasus kriminal.
Oleh karena itu, penganganan pembajakan kemudian dilakukan oleh aparat kepolisian, bukan oleh tentara (ABRI).
Polisi berusaha mengulur waktu, dengan cara menawar nilai uang tuntutan, serta penundaan pemberian parasut dengan alasan sedang dicarikan.
Sebagai informasi, pesawat yang dibajak saat itu diterbangkan oleh seorang Kapten Pilot bernama Hindarto yang juga seorang anggota TNI AU lulusan Sekolah Terbang Trans Ocean Airlines Oakland Airport (TALOA), yang mana dia memiliki pengalaman tempur dalam operasi penumpasan pemberontakan PRRI, Operasi Trikora, dan Perang Kemerdekaan.
Ketika pembajak sedang menuju kabin penumpang sambil mengacung-acungkan granat yang pemicunya masih diikat tali rafia, diam-diam Hindarto membuka pintu jendela kokpit dan menjulurkan tangan kirinya.