Buat Eropa Kelabakan Sampai Harus Lenyapkan Sosoknya dari Bumi, Mata-mata Cantik Keturunan Jawa Ini Harus Dieksekusi Mati Setelah Kecantikannya di Eksploitasi Militer

Sabtu, 14 Desember 2019 | 09:13
via Grid.ID

Mata Hari, mata-mata cantik yang merupakan keturunan Jawa

Gridhot.ID - Mata-mata adalah pekerjaan yang sangat beresiko tinggi.

Apalagi bagi wanita, biasanya pihak militer atau aparat yang berwenang akan memanfaatkan kecantikan sang mata-mata demi mendapatkan informasi.

Kisah mata-mata yang cukup pilu untuk disimak datang dari wanita cantik keturunan Jawa ini.

Baca Juga: Tak Putus Berobat Usai Idap Autoimun, Ashanty Kini Divonis Menderita Penyakit Kronis Lain, Nyaris Strore Hingga 3 Kali Keguguran Selama Jadi Istri Anang Hermansyah

Kisahnya pernah dituliskan oleh Rmy Sylado.

Berjudul Namaku Mata Hari, sama dengan nama panggungnya yakni 'Mata Hari".

Kisah yang berlatar pada akhir 1870-an hingga awal 1900 ini, mencertiakan mengenai sosok perempuan dengan nama asli Margaretha Zelle.

Baca Juga: Ditinggal Gurunya ke Toilet Selama 5 Menit, Balita Murid PAUD di Samarinda Hilang dan Ditemukan Tewas Tanpa Kepala dalam Selokan, Diduga Tubuhnya Jadi Santapan Reptil Ganas

Margaretha digambarkan sebagai perempuan yang kuat, cantik dan memesona.

Ia lahir dari pasangan pembuat topi asal Belanda, Adam Zelle dan istri seorang keturunan Belanda-Jawa, Antje van der Meulen pada 1876.

Sayang pada awal kisah romansanya, ia bertemu dengan Rudolf MacLeod—Kapten di Hindia Belanda (Indonesia) yang kerap berselingkuh dan menyiksanya.

Baca Juga: Kaget Rumahnya DiHak Milik oleh Penipu Kelas Kakap, Seorang Warga Perumahan Elit di Kemang Kutuk Nama Azura Luna: Saya Diamkan Dulu, Lihat Saja Nanti!

Dari MacLeod, ia memiliki dua anak, satu lelaki dan satu perempuan.

Si sulung lelaki, yang lahir dengan kekurangan fisik, tidak berumur panjang.

Sementara si bungsu dititipkan pada pihak keluarga pascaperceraian kedua orangtuanya.

Baca Juga: Ditemukan Tengkurap dengan Gunakan Kaos dan Celana Dalam, Misteri Kematian Perempuan Asal Sukabumi dalam Kontrakan Berhasil di Identifikasi, Nyawanya Tak Tertolong Setelah Tersetrum Rice Cooker

Margaretha kemudian menuju Paris, mengubah nama menjadi "Mata Hari".

Bahasa yang tentu asing bagi warga setempat, namun menambah kesan misterius dari tari panggungnya.

Selama beberapa tahun, Mata Hari menjadi selebriti di kota tersebut sebagai penari eksotis. Hingga jatuhlah Perang Dunia I pada 1914.

Baca Juga: Ceraikan Mulan Jameela yang Kini Jadi Anggota Dewan, Hari Nugraha Nikahi Konsultan Keuangan yang Tak Kalah Cantik dari Sang Mantan Istri, Intip Potretnya

Pecahnya PD I disambut warga Eropa dengan bergembira, bukannya takut.

Sikap ini muncul karena didorong sikap nasionalistik, mereka mengira perang akan berlangsung singkat dan mengalami kejayaan.

Dalam True Spy Stories karangan Paul Dowswell dan Fergus Fleming, Mata Hari dikatakan bosan dengan kondisi perang.

Baca Juga: Nyaris Adu Banteng, 2 Pesawat Garuda Indonesia Hampir Tabrakan di Bandara Soekarno-Hatta, Petugas Duga Pilot Salah Perintah Karena Lelah

Sebabnya, selama dua tahun, ia tidak bisa bebas melakukan apa-apa.

Hanya diam di rumahnya di Belanda sebagai tempat netral.

Hingga akhirnya munculah Karl Kramer, atase pers Konsulat Jerman di Belanda.

Baca Juga: Tajir Melintir Sampai Punya Peliharaan Harimau, Sosok Paman Rafathar Ini Jarang Tersorot Media, Pembalap Muda Tampan yang Curi Perhatian Netizen

Kramer meminta Mata Hari kembali ke Paris, Prancis, negara yang tidak lain adalah musuh Jerman.

Mata Hari diminta menggunakan semua daya pikatnya untuk berbaur kembali dengan para orang berpengaruh di sana.

via Grid.ID
via Grid.ID

Mata Hari

Dengan imbalan cukup, Mata Hari menyetujuinya. Namun, Dowswell dan Fleming berkeyakinan bahwa hal ini disetujui oleh Mata Hari hanya karena penasaran menjadi mata-mata.

Baca Juga: Korban Kezaliman Ari Askhara Bisa Bernapas Lega, Karyawan Garuda Indonesia yang Dimutasi Sepihak oleh Mantan Dirutnya Bakal Kembali ke Jabatan Semula, Ini Alasannya

Beberapa bulan kemudian, secara tidak sengaja ia bertemu Kapten Georges Ladoux, Kepala Dinas Counterintelligence Prancis—badan yang dibentuk untuk menginvestigasi mata-mata asing.

Sama seperti pihak Jerman, Ladoux meminta kerja sama dari Mata Hari.

Mata Hari, perempuan yang menyingkap tabir misteri negeri Timur pada masyarakat Paris, akhirnya melangkah di dua sisi: Jerman dan Prancis.

Baca Juga: Kepala KUA Pasar Minggu Bocorkan Mahar Pernikahan Cut Tari, Tak Ada Seperangkat Alat Shalat, Ini yang Diberikan Richard Kevin Sebagai Maskawin

Hingga pada waktunya aksi ini terungkap. 24 Juli 1917, ia berdiri di hadapan pengadilan tertutup militer.

Hanya dalam tempo dua hari, perempuan cerdas dengan pesona luar biasa ini dinyatakan bersalah melakukan kegiatan mata-mata terhadap Prancis dan dijatuhi hukuman mati.

via Grid.ID
via Grid.ID

Proses eksekusi Mata Hari

Ia dieksekusi pada 15 Oktober 1917 di hadapan regu tembak, tewas dalam usia 41 tahun.

Baca Juga: Tendang Ari Askhara dari Semua Perusahaan Anak Cucu Garuda Indonesia, Dewan Komisaris Seret 4 Direksi Lainnya, Semua Berawal dari Murka

Meski demikian, kasusnya tidak redup. Banyak kontroversi yang menyatakan bahwa ia sebenarnya tidak bersalah.

Lain dari itu, namanya diasosiasikan dengan eksotisme yang bertahan hingga masa sekarang.

Artikel ini telah tayang di GridHype dengan judul Kisah Margaretha Zelle, Wanita Cantik Keturunan Jawa yang Jadi Mata Mata Prancis dan Jerman dalam Perang Dunia I.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Gridhype.id