Gridhot.ID - Nepal dijuluki sebagai negara ksatria perang karena suku Gurkha memiliki tradisi kebudayaan yang unik.
Masyarakat Nepal amat mempercayai adanya seorang manusia berjuluk Dewi Kumari.
Dikutip dari Natiobal Geographic Indonesia, Rabu (5/9/2018), Dewi Kumari dipercayai sebagai titisan Dewi Taleju dan disembah oleh umat Budha dan Hindu di Nepal.
Dewi Kumari ialah seorang manusia, biasanya sejak usia sangat kecil umur 3-5 tahun, orang yang terpilih menjadi Dewi Kumari akan diangkat menjadi sesembahan di Nepal.
Pemilihan itu sendiri dilakukan oleh pemuka agama di kuil.
Dalam proses penilaian, para pemuka agama akan membaca berbagai pertanda dan melakukan penilaian berdasarkan 32 sisi kesempurnaan fisik manusia.
Pada Februari 2018 lalu pemuka agama Nepal memilih seorang balita gadis bernama Nihira Bajracharya sebagai Dewi Kumari.
Nasib bahagianya sebagai anak kecil harus terenggut setelah ia terpilih menjadi Dewi.
Nihira yang berganti status sosial dari manusia biasa menjadi dewi kahyangan diperlakukan amat istimewa.
Salah satunya setiap orang di Nepal akan mendoakannya, memujanya dan menyembahnya.
Nihira juga dilarang menapakan kaki ke tanah.
Ia juga tak diperbolehkan berbicara dengan orang lain kecuali keluarganya.
Nihira juga harus berpisah dengan orang tuanya dan dirinya tak boleh meninggalkan kuil tempatnya sekarang tinggal.
Dewi Kumari hanya diperbolehkan keluar kuil pada saat ritual da festival Bhoto Jatra.
Bhoto Jatra sendiri adalah festival perayaan menyambut datangnya musim hujan.
Saat festival berlangsung, Kumari hanya boleh digotong dengan tandu emas dan diangkat oleh orang-orang terpilih.
Tugas Nihira sebagai Dewi Kumari akan usai jika gadis itu sudah mendapatkan menstruasi pertamanya.
Namun seorang mantan Dewi Kumari bernama Chanira Bajracharya mengaku sulit kembali hidup normal setelah bertahun-tahun sebelumnya menjadi Dewi Kumari.
"Bahkan sampai sekarang aku sulit berjalan kaki dengan gerakan yang benar, karena saat masih kecil aku selalu digendong dan ditandu. Dunia luar benar-benar hal yang asing untukku," ucap Chanira.
Bahkan kritikan juga datang dari aktivis hak asasi manusia Nepal.
Mereka memprotes pemilihan Dewi Kumari yang memberangus masa kanak-kanak yang harus didapatkan oleh semua manusia.
Meski begitu pemerintah Nepal acuh tak acuh atas semua kritikan dan tetap menjalankan ritual pemilihan Dewi Kumari sampai kapanpun.
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul: "Kisah Nihira Bajracharya, Balita yang Harus Rela Masa Kecilnya Terenggut Karena Harus Menjadi Titisan Dewi."
(*)