Grid Hot - Seputar peristiwa terkini

Satu Persatu Sahabatnya Mati dalam Perang, Mata-mata Terbaik Jepang Ini Terus Bergerilya Seorang Diri di Tengah Hutan, 29 Tahun Berlalu Baru Dapat Pengampunan, Akhir Hidupnya Justru Mengenaskan

Jumat, 27 Desember 2019 | 20:13
Grid Networks Hiroo Onoda, Salah Satu Tentara Jepang yang Ogah Menyerah pada Sekutu Hampir Tiga Dekade
via Intisari

Hiroo Onoda, Salah Satu Tentara Jepang yang Ogah Menyerah pada Sekutu Hampir Tiga Dekade

Gridhot.ID - Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tak semata-mata membuat lega beberapa prajurit di lapangan.

Diketahui salah satu tanda berakhirnya Perang Dunia II ketika Hiroshima dan Nagasaki hancur lebut akibat bom atom pada 15 Agustus 1945.

Sejak saat itu para prajurit Jepang seharusnya menyerahkan diri dan kembali ke negaranya.

Baca Juga: Akhirnya Hirup Udara Bebas Usai Jalani Hukuman Penjara Kasus Penyebaran Hoaks, Ratna Sarumpaet: Kalau Saya Kritik, Saya Dimarahin lagi

Namun berbeda dengan sosok yang satu ini yaiut Hiroo Onoda.

Ia menolak pada sekutu sampai ajal menjemput pada awal tahun 2014 lalu.

Hiroo Onoda masih 22 tahun ketika ia ditugaskan di Pulau Lubang di Filipina pada Desember 1944.

Baca Juga: Jantan, Dapat Kabar Kopral Romnick Estacio Gugur Saat Bebaskan 2 Warga Negera Indonesia, Menhan Prabowo Subianto Langsung Bertolak ke Filipina, Ucapkan Terimakasih Atas Pengorbanan Sang Tentara

Sebagai seorang perwira intelijen, ia diberi tugas untuk mengganggu dan menyabotasi upaya musuh—dan untuk tak pernah menyerah pada musuh.

Pasukan Sekutu mendarat di pulau ini pada Februari 1945.

Mereka membombardir tentara Jepang yang ada di situ, tapi Onoda dan beberapa pasukannya berhasil meloloskan diri.

Baca Juga: Sudah Hampir Tak Pernah Terlihat di Layar Kaca, Dorce Gamalama Berikan Kabar Tentang Penyakitnya, Sampai Sudah Siapkan Kain Kafan dan Pesan Liang Lahat untuk Dirinya Sendiri

Ia menolak untuk menyerah dan mati, dan memilih mundur ke perbukitan untuk menyusun serangan selanjutnya sebagai gerilyawan.

Untuk bertahan hidup, ia dan anak buahnya makan pisang yang tumbuh liar di hutan, kelapa, dan hewan ternak yang dicuri dari kepolisian setempat.

Pada akhir 1945, muncul selebaran yang menyebutkan bahwa perang telah usai, dan memerintahkan seluruh tentara Jepang yang ada di kawasan Pasifik untuk menyerah.

Baca Juga: Berebut Kasih Sayang Sang Ayah dengan Saudari Tirinya, Wanita Ini Lebih Pilih Menikah dengan Ayahnya Sendiri, Ngaku Otaknya Bermasalah untuk Hindari Jeruji Besi

via Intisari
via Intisari

Onoda akhirnya menyerah dan mendapatkan pengampunan

Setelah dipertimbangkan dengan cermat, mereka menghilangkan selebaran-selebaran itu dan menggunakan untuk menyerang lawan.

“Setiap prajurit Jepang harus siap mati, tapi sebagai seorang perwira intelijen saya diperintahkan untuk melakukan gerilya, bukan untuk mati. Saya harus mengikuti perintah sendiri, sebagaimana saya adalah seorang prajurit,” ujar Onoda.

Tapi harapan tak selalu sejalan dengan kenyataan. Pada 1950, salah seorang sahabat Onoda memutuskan menyerah, dan sahabat lainnya tertembak pada 1954.

Baca Juga: Sebut Beberapa Terawangannya Sudah Banyak yang Terjadi, Mbak You Lagi-lagi Peringatkan Masyarakat untuk Waspada di Tahun 2020, Angin dan Petir Luar Bisa Hingga Air Laut yang Pindah ke Darat Seakan Jadi Ancaman

Pengawal terakhirnya, Kinshichi Kozuka, juga berhasil ditembak polisi pada 1972 ketika ia dan Onoda tengah menyerbu toko beras di sebuah peternakan lokal.

Setelah itu, ia benar-benar sendirian—dan menjadi legenda di Pulau Lubang.

Kisahnya yang misterius menarik perhatian seorang petualang muda bernama Norio Suzuki—yang juga terobsesi dengan panda dan manusia salju.

Baca Juga: Lakukan Pelanggaran Fatal Hingga Tak Bisa Lagi Ditolerir, 2 Taruna Akmil Diberhentikan Secara Tidak Hormat, Nyolong dan Aniaya Junior Jadi Penyebabnya

Ia berangkat ke hutan Pulau Lubang untuk menemukan Letnan Onoda.

Hingga pada 20 Februari 1974, mereka berdua akhirnya bertemu di sebuah hutan di Pulau Lubang.

Dari Suzuki, Onoda tahu tahu bahwa negaranya benar-benar mengkhawatirkannya.

Baca Juga: Diduga Punya Masalah Percintaan, Sepasang Sejoli Ini Ditemukan dalam Kondisi Terbakar, Aroma Minyak Tanah Memenuhi Tempat Kejadian Perkara

Tapi dengan tegas ia menolak untuk menyerah kecuali ada perintah dari atasannya langsung.

Suzuki kembali ke Jepang. Dengan bantuan salah seorang koleganya, ia mencari atasan Onoda, Mayor Yoshimi Taniguchi, yang sekarang telah menjadi laki sepuh-sepuh penunggu sebuah toko buku.

Pada 9 Maret 1974 Taniguchi terbang ke Lubang dan secara resmi membebasakan Onoda dari tugasnya. Itu 29 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Baca Juga: Berbeda dari Sebelumnya, Ahok Akhirnya Rayakan Natal Bersama Puput Nastiti Devi, Sang Komisaris Pertamina Ungkap Harapannya di Tahun Depan

“Bocah aneh ini, Suzuki, datang ke pulau untuk mendengarkan perasaan seorang tentara Jepang. Suzuki bertanya kenapa saya tidak mau keluar. Saya bilang, jika perang berakhir dan saya menerima perintah untuk menghentikan perang, maka saya akan keluar. Jadi, Suzuki membawa komandan saya ke Lubang untuk membujuk supaya saya mau menyerah,” kenang Onoda.

Tiga hari kemudian, Onoda menyerahkan pedangnya kepada Presiden Filipina Ferdinand Marcos, dan menerima pengampunan atas perbuatannya selama puluhan tahun sebelumnya.

(Menurut catatan pemerintah, aksi Onoda telah menewaskan 30 orang).

Baca Juga: Cintanya Terhalang Restu Orang Tua, Pemuda di Semarang Pilih Gantung Diri Pakai Kain Bendera di Dapur, Sang Ayah Menolak Punya Mantu Lebih Tua dari Istrinya

Ia kemudian kembali ke Jepang dan disambut laiknya pahlawan.

Namun ia memutuskan untuk pindah ke Brasil dan menjadi peternak sapi di sana. Setelah satu dekade, ia kembali ke Jepang dan membentuk kelompok sekolah yang mengajarkan cara bertahan hidup kepada anak-anak.

Sementara itu, si petualang Suzuki, tak lama setelah menemukan Onoda, berhasil menemukan panda, yang diidam-idamkannya, di alam liar.

Baca Juga: Sempat Jadi Teka-teki, Aktor Hollywood Paul Walker Tinggalkan Warisan Surga Tersembunyi di Daerah ini di Indonesia, Dibangun dengan Tangannya Sendiri dan Jadi Tempat Pelarian Rahasia Semasa Hidupnya

Tapi nasibnya naas, ia meninggal setelah terbawa longsoran salju di pegunungan Himalaya pada 1986, dalam misi menemukan manusia salju.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Hiroo Onoda, Tentara Jepang yang 29 Tahun Bergerilya di Hutan Seorang Diri karena Menolak Menyerah pada Sekutu.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber intisari