Mantan Anak Buahnya di Istana Dicekal Kejagung, Moeldoko Ngaku Kecolongan Rekrut Bekas Direktur Keuangan Jiwasraya, Bantah Lindungi dan Memiliki Hubungan Keluarga dengan Harry Prasetyo

Minggu, 29 Desember 2019 | 14:13
KONTAN/Cheppy A. Muchlis, KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO

Kolase Harry Prasetyo, logo Jiwasraya, dan Moeldoko

Gridhot.ID - Kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) kini tengah hangat diperbincangkan.

Kejaksaan Agung mencekal 10 orang untuk berpergian ke luar negeri terkait dugaan korupsi di Jiwasraya.

Pencekalan terhadap 10 orang yang berpotensi menjadi tersangka ini diumumkan langsung oleh Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin.

Baca Juga: Anggap Remeh Kasus Penyelundupan Garuda Indonesia yang Rugikan Negara Sampai Rp 1,5 M, Andre Rosiade Bocorkan Skandal Perusahaan BUMN yang Lebih Besar dari Century, Bisakah Erick Thohir Menangani?

Kesepuluh orangyang dicekal sejak 26 Desember hingga jangka waktu enam bulan ke depan tersebut adalah HR, DYA, HP, MZ, DW, GL, ER, HH, BT, dan AS.

Khusus untuk inisial HR, namaHarry Prasetyo diduga merupakan sosok yang dimaksud.

Harry menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya pada tanggal 15 Januari 2008 berdasarkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor Kep-14/MBU/2008 tanggal 8 Januari 2008 tentang Pergantian Direksi BUMN.

Baca Juga: Terpaksa Angkat Kaki Usai Jadi Tersangka Korupsi, Imam Nahrawi Ternyata Selama 5 Tahun Tinggal di Rumah Super Mewah Ini, Luasnya Lapangan Badminton di Dalamnya Hampir Bikin Tak Percaya Kalau Hunian Ini Cuma Buat Menteri

Siapa sangka, sosokHarry Prasetyo ternyata pernah berada dalam lingkaran istana presiden.

Harry diketahui pernah menjadi Tenaga Ahli Utama Kedeputian III bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-Isu Ekonomi Strategis di Kantor Staf Presiden (KSP).

Lalu, bagaimana bisaKepala Staf Kepresidenan Moeldoko sampai 'kecolongan' memasukan nama Harry sebagai stafnya?

Rekam jejak Harry di Jiwasraya terbilang lama. Dirinya mulai menjabat sebagai Direktur Keuangan sejak Januari 2008.

Baca Juga: Jadi Tersangka Kasus Korupsi, Asisten Pribadi Imam Nahrawi Pernah Ngaku Minta Uang Senilai Rp 2 Juta ke Sekjen KONI untuk Ngopi di Mal Bareng Kedua Anak Menpora

Lantaran kinerjanya yang dianggap mumpuni dalam menyehatkan perseroan, Harry kembali ditunjuk menjadi menjadi Direktur Keuangan Jiwasraya periode Januari 2013-2018.

Sebelum berkarir di Jiwasraya, pria asal Cimahi ini telah lama malang-melintang di berbagai perusahaan.

Dirkeu Jiwasraya Harry Prasetyo

Selepas kuliah di Pittsburgh State University Amerika Serikat dirinya meniti karir di sejumlah perusahaan keuangan.

Baca Juga: Ngaku Tak Pandang Bulu dalam Tegakan Hukum Meski Sang Kakak Politisi PDI Perjuangan, Jaksa Agung ST Burhanuddin: Kakak Saya Kalau Korupsi, Tak Gebukin

Sementara itu, dari data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Harry tercatat memiliki kekayaan senilai Rp 37.907.422.262.

Bila dirinci, hartanya meliputi aset properti di Tangerang Selatan senilai Rp 1.000.000.000.

Untuk harta bergerak, ia melaporkan memiliki sembilan kendaraan mewah yang terdiri dari mobil mewah dari berbagai pabrikan serta tiga unit moge.

Baca Juga: 11 Tahun Lalu Pilih Cerai Lantaran Mantan Suami Tersandung Kasus Korupsi, Begini Hubungan Yuni Shara Dengan Henry Siahaan Kini

Harry juga memiliki aset bergerak senilai Rp 1.159.000.000, surat berharga sebesar Rp 15.273.731.920, simpanan senilai Rp 5.547.752.377 dan harta lainnya sejumlah Rp. 8.095.000.000.

Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengakui kecolongan saat memperkerjakan Hary yang merupakan mantan Direktur Keuangan Jiwasraya.

Moeldoko mengakui saat itu KSP belum memiliki sistem seleksi yang ketat sehingga Hary bisa lolos seleksi.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Usai Ditetapkan Jadi Tersangka Korupsi, Imam Nahrawi Akhirnya Mengundurkan Diri dari Jabatannya

"Waktu itu seleksinya saya juga harus jujur, seleksinya tidak seperti sekarang. Sekarang sangat ketat. Kalau dulu kurang, kurang ketat seleksinya," kata Moeldoko.

Moeldoko mengatakan, saat itu masalah gagal bayar polis yang menerpa Jiwasraya juga belum mencuat.

Kompas.com
Kompas.com

Moeldoko

Hary juga memiliki kinerja bagus saat menjabat di perusahaan plat merah itu.

Baca Juga: Sang Adik Kini Gencar Bersih-bersih Perusahaan Plat Merah, Kakak Erick Thohir Tak Perlu Takut Kena Imbas Meski Perusahaan Batu Baranya Jadi yang Terbesar di Indonesia

"Pada saat beliau di Jiwasraya memiliki catatan yang positif, bagaimana bisa merubah wajah Jiwasraya. Itulah yang mereference KSP, saya, untuk yang bersangkutan bisa diangkat ke sini," kata dia.

Ia menjabat sampai masa tugas KSP berakhir bersamaan dengan berakhirnya masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Menurut Moeldoko, baru setelah itu kasus gagal bayar Jiwasraya mencuat. Ia pun memastikan KSP tak lagi merekrut Hary.

Baca Juga: Ucapannya Kerap Bikin Panas Telinga, Rocky Gerung Terang-terangan Sebut Erick Thohir Cari Panggung Lewat Skandal Garuda Indonesia: Kan Ini Zaman Orang Cari Kamera

"Pak Hary sudah selesai, tidak dimasukkan rekrut yang kedua, bahkan daftar pun enggak," kata dia.

Kini, mantan Panglima TNI ini pun menyerahkan pada proses hukum yang berlaku.

Moeldoko memastikan tak akan melindungi Harry jika memang polisi menemukan bukti ia terlibat dalam kasus korupsi yang merugikan Jiwasraya.

Baca Juga: Habis Ahok, Kini Mantan Petinggi KPK, Chandra Hamzah Ditunjuk Erick Thohir Pimpin BUMN Sektor Perbankan

"Jadi tidak ada Moeldoko melindungi, Istana melindungi, apalagi Istana. Moeldoko tidak ada melindungi, KSP sama sekali tidak, apalagi Istana. Istana saja enggak ngerti kalau Pak Hary di sini," kata dia.

Moeldoko juga sekaligus membantah kabar bahwa Hary adalah kerabatnya.

"Ada isu Pak Hary menantu saya, keponakan, ada bapaknya bos saya. Saya baru kenal Pak Hary itu baru di KSP ini. Kan di sini dalam mencari SDM terbuka," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: "Dicekal Kejagung karena Diduga Terlibat Korupsi Jiwasraya, Sosok Ini Ternyata Pernah Jadi Staf Presiden Jokowi, Ini Alasan Moeldoko Bisa 'Kecolongan'?"

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Intisari Online