Find Us On Social Media :

Sedang dalam Rapat Kabinet, Soekarno Tak Bisa Sembunyikan Ketakutan Kala Pasukan Suruhan Soeharto Kepung Istana Merdeka, Setelahnya Ini yang Terjadi

Soekarno dan Soeharto

GridHot.ID - Soekarno sedang memimpin rapat kabinet di Istana Merdeka, pada 11 Maret 1966.

Saat itu, situasinya sedang kacau setelah beberapa bulan sebelumnya terjadi peristiwa G30S PKI.

Sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Soekarno meminta para menterinya untuk hadir di Istana Merdeka pagi-pagi sekali.

Baca Juga: Nyawa Dibayar Nyawa, Pemerintah Iran Gelar Sayembara Rp 1,1 Triliun Bagi Siapa Saja yang Bisa Membawa Kepala Donald Trump, Tewasanya Jenderal Qasem Soleimani Tak Bisa Dimaafkan

Soeharto yang kala itu masih menjadi Panglima Angkatan Darat juga turut diminta datang.

Namun demikian, Soeharto berhalangan hadir karena sakit.

Rapat pun dimulai pukul 9 pagi, tapi baru sepuluh menit berjalan, Brigjen Sabur yang merupakan komandan Cakrabirawa mengirimkan nota kepada Brigjen Amir Mahmud (Pangdam V Jaya) yang juga ikut rapat.

Baca Juga: Alih-alih Diberikan ke Keluarga Lina, Teddy Justru Serahkan Buah Hatinya untuk Diasuh Teman yang Tak Miliki Ikatan Darah, Sule Kebingungan: Seharusnya Nggak Seperti Itu

Nota itu berisi laporan jika ada pasukan liar (tak dikenal) berjumlah banyak mengepung Istana.

Amir Mahmud tak terlalu peduli akan nota tersebut.

Brigjen Sabur lantas memutuskan mengirim nota lagi, kali ini ke Presiden Soekarno.

Baca Juga: Detik-detik Ria Irawan Menghembuskan Napas Terakhir, Melly Goeslaw Ternyata Sempat Optimis Sahabatnya Itu Akan Baik-baik Saja: Gue Sayang Sama Lo, Tapi Allah Lebih Sayang lagi Sama Lo...

"Membaca laporan Brigjen Sabur, Soekarno menjadi kalut. Laporan tersebut dilaporkan kepada Wakil Perdana Menteri Dr. Leimena, Dr. Soebandrio, dan Chairul Saleh," tulis Jonar TH Situmorang dalam bukunya Presiden (daripada) Soeharto.

Soekarno pun langsung bergegas meninggalkan rapat setelah sebelumnya menyerahkan kelanjutannya kepada Leimena.

Akan tetapi, para menteri yang melihat perbuatan Soekarno tersebut rupanya ikut panik, sehingga rapat ditutup.

Baca Juga: Puluhan Tahun Bersama, Sule Ungkap Kebiasannya Kala Mendiang Lina Sakit: Diselimutin Banyak Biar Anget, Mungkin Suaminya yang Sekarang Nggak Tahu

Soebandrio yang saat itu menjabat Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI) ikut lari terbirit-birit mengejar Soekarno yang sudah berjalan bersama pengawalnya menaiki helikopter untuk diamankan ke Istana Bogor.

Usut punya usut, pasukan tak dikenal tersebut merupakan para personil Kostrad.

Dalam buku Misteri Supersemar, Kemal Idris yang menjabat sebagai Kastaf Kostrad mengakuinya.

Baca Juga: Terhantam Badai yang Muncul Tiba-tiba, KM Aditnya Pengangkut Wisatawan Asal Jawa Tengah Tenggelam di Perairan Labuan Bajo, Aksi Cepat Sang Kapten Kapal Berhasil Selamatkan Nyawa Seluruh Penumpang

Kemal berujar penggerakan pasukan Kostrad ke Istana atas perintah Soeharto untuk menangkap Soebandrio, bukan Soekarno.

"Saya disuruh Pak Harto. Lalu, saya memerintahkan Sarwo Edhie untuk menggerakkan pasukannya ke istana untuk menangkap Bandrio," kata Kemal.

Menurut Kemal, pasukan Kostrad sebanyak dua kompi (80 personil) itu sengaja tidak memakai badge tanda kesatuan Kostrad supaya Soebandrio tidak ketakutan ketika keluar Istana menemui mereka.

Baca Juga: Melayat ke Rumah Duka Malam-malam, Komedian Ini Gambarkan Sosok Mendiang Lina Semasa Hidup, Ternyata Seperti Ini

Pengerahan pasukan liar ini dianggap terkait dengan keinginan Soeharto sebelumnya yang ia sampaikan langsung kepada Soekarno soal menteri-menteri yang terlibat G30S akan segera ditangkap.

Tapi Soekarno menolak permintaan Soeharto itu.

Tak hilang akal, Soeharto memerintahkan anak buahnya menyatu sebagai mahasiswa pengunjuk rasa penentang pembubaran PKI untuk menangkap para menteri yang terlibat dengan G30S.

Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul "Ketika Soekarno Ketakutan Saat Pasukan Tak Dikenal Mengepung Istana Merdeka"

(*)