Find Us On Social Media :

Dibungkus Kain Kafan, Hingga Berukirkan Sperma,Ini Penampakan Prasasti Keraton Agung Sejagat yang Bikin Takut Anak-anak, Sosok Pengukir Angkat Bicara

Batu Prasasti Kerajaan Agung Sejagat yang diklaim berasal dari zaman Majapahit.

Gridhot.ID - Warga Purworejo, Jawa Tengah tengah dihebohkan dengan munculnya Keraton Agung Sejagat.

Sang Raja yang dipanggil Sinuhun mengaku kuasai seluruh dunia.

Sementara itu, sebuah batu besar disebut warga datang pada malam dini hari beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Kompak Cari Kembaran Ketiganya, Nadya dan Nabila Ketemu Tak Sengaja Lewat Aplikasi Tiktok dan Twitter, Terpisah Ribuan Kilometer Selama 16 Tahun Sejak Dilahirkan

Bahkan keberadaan batu prasasti Keraton Agung Sejagat (KAS) dengan berbagai macam simbol dan tulisan yang terukir di permukaannya ikut ramai dibicarakan.

Banyak yang penasaran dengan arti ukiran-ukiran simbol dan tulisan yang terukir pada permukaan prasasti tersebut.

Makna batu prasasti atau ukiran batu di Kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) atau Kerajaan Agung Sejagat Purworejo dijelaskan oleh pembuatnya yakni Empu Wijoyo Guno.

Baca Juga: Jadi Santapan Terakhir Lina Sebelum Meninggal, Teddy Sebut Nasi Padanglah Penyebab Kematian Istrinya, Seorang Ahli Gizi Ungkap Fakta Soal Pengaruh Makanan Khas Minang Ini Terhadap Kesehatan

Empu Wijoyo Guna adalah orang yang mengukir batu berukuran kurang lebih tinggi 1,5 meter.

Pada batu tersebut terdapat beberapa ukiran dan tulisan yang menurut Empu Wijoyo mempunyai maknanya.

"Tulisan Jawa itu artinya adalah Bumi Mataram Keraton Agung Sejagad," katanya kepada Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).

Mataram sendiri adalah 'Mata Rantai Manusia'.

Baca Juga: Enggan Berkomentar Soal Tudingan Putrinya Hamil Duluan Sebelum Menikah, Ayah Vanessa Angel Tak Mau Ikut Campur Masalah Pribadi: Yang Penting Sudah Sah dan Saya Restui

"Maknanya alam jagad bumi ini adalah mata rantai manusia yang bisa ditanami apapun.

Intinya segala macam hasil bumi adalah mata rantai manusia atau Mataram," ungkapnya.

Wijoyo menjelaskan jika pada batu terukir gambar Cakra yang menggambarkan waktu dan kehidupan manusia.

Baca Juga: Akal Bulusnya Terbongkar, Mbak You Ungkap Kata-kata Penuh Welas Asih yang Keluar dari Mulut Teddy, Punya Kekuatan Pelet Hingga Buat Lina Berpaling dari Sule

Sedangkan di dalam cakra itu terdapat 9 dewa.

Ada pula ukiran Trisula yang menurutnya memiliki makna keilmuan.

Kemudian ada gambar telapak kaki yang bermakna sebagai tetenger atau penanda.

"Telapak kaki ini artinya adalah jejak atau petilasan. Kaki itu adalah tetenger kaisar," jelasnya.

Baca Juga: Turut Tewas Bersama 180 Penumpang dan Crew, Pilot Pesawat Ukraine International Airlines PS 752 Sempat Dilarang Istrinya untuk Terbang: Mengapa Mereka Membiarkannya?

Wijoyo mengaku mengukir batu prasasti milik kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) hanya dalam waktu 2 minggu.

Batu tersebut diukir sekitar 3 bulan yang lalu.

Fungsinya batu adalah sebagai penanda atau prasasti.

Baca Juga: Awasi Sikap Anak Anda, Berkaca dari Kasus Reynhard Sinaga, 6 Ciri Ini Bisa Menunjukkan Anak Jadi Psikopat Saat Dewasa

Menurut Empu Wijoyo, tulisan Jawa yang tertera pada batu memiliki arti sebuah pertanda bahwa ini adalah soko atau kaki atau tanda peradaban dimulai.

"Kerajaan ini adalah kerajaan dengan sistem damai. Artinya tanpa perang, berkuasa, oleh karena itu ditandai dengan deklarasi perdamaian dunia," katanya.

Seperti halnya punggawa-punggawa lainnya, Wijoyo menjelaskan jika kekuasaan seluruh dunia berada di bawah naungan KAS.

"Negara-negara di dunia adalah fasal-fasal atau menjadi bagian dari kami.

Mataram itu di semua negara ada. Mataram maksudnya adalah nama 'Mata Rantai Manusia'. Di mana ada kehidupan di situ ada bumi," ujarnya.

Baca Juga: Proses Pengadilannya Tak Diketahui Media, Alexandra Gottardo Resmi Diceraikan Sang Suami, Hak Asuh Anak Jatuh ke Tangannya

Konteks yang dijelaskan oleh Wijoyo sama sekali tidak ada hubungannya dengan kerajaan Mataram.

Dia sendiri hanyalah sebatas empu atau tukang, sehingga konsep itu sendiri berasal dari Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat.

Pada batu itu terdapat pula logo ukiran simbol siang atau malam, hitam atau putih, atau juga sperma, yang melambangkan kehidupan.

Ada pula gambar simbol dua macan sebagai simbol penjaga serta ukiran empat penjuru mata angin, dan logo kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Ditelanjangi Orang Tuanya dan Disekap Dalam Kandang Ayam, Bocah 13 Tahun di Jember Berhasil Kabur Lompati Pagar Setinggi 3 Meter, Minta Tolong Tetangga dengan Kondisi Kaki Diborgol

Pada bagian bawah batu ada gambar baruna naga yang artinya lautan.

Dia sebelum ikut menjadi punggawa atau anggota KAS memang berprofesi sebagai tukang relief yang sering membuat pahatan.

"Saya kerja serabutan, tapi kanjeng Sinuhun yang meminta saya membuatkan ukiran ini sehingga saya membuat, soal design berasal dari Sinuhun itu sendiri," ungkapnya.

Dibungkus kain putih

Batu tersebut memiliki ukiran tulisan Jawa.

Namun demikian, keberadaan batu besar membuat sejumlah warga merasa takut dan heran sekaligus penasaran.

"Batu besar kala itu datang sekira pukul 03.00 WIB pagi.

Baca Juga: Bikin Gempar Masyarakat Purworejo, Inilah 6 Fakta Soal Keraton Agung Sejagat, Terbentuk Secara Tiba-tiba Usai Kemunculan Sebuah Batu Misterius

Saya melihat ternyata sudah dibungkus kain kafan (kain putih) seperti kain mori," ujar Sumarni kepada Tribunjateng.com, Senin (13/1/2020).

Di sekitar batu itu tidak lupa ada berbagai macam sesaji dan dupa-dupa.

Selain itu, para pengikut pada waktu Subuh sudah hadir dan menghadap ke selatan seperti seakan memuja batu besar tersebut.

Baca Juga: Muncul Secara Misterius, Batu Besar yang Diklaim Sebagai Prasasti Keraton Agung Sejagat Dipercaya Punya Kekuatan Mistis, Buat Beberapa Orang Kesurupan Saat Proses Pemindahan

"Otomatis anak-anak kecil yang pada melihat merasa ngeri saat itu, bahkan membuat anak-anak malam harinya yang biasanya berangkat mengaji merasa takut dan tidak mengaji," imbuhnya.

Ketika ditanya kenapa anak-anak itu hanya bisa menjawab takut dan menganggap batu itu hidup.

Karena menyita perhatian, Sumarni (56) akhirnya sempat menegur dan meminta menurunkan kain kafan tersebut.

Puncaknya adalah pada saat kirab, dan dua hari sebelumnya melakukan gladi bersih.

Baca Juga: Kuasai Ilmu Hitam Hingga Punya Pendamping Gaib, 2 Paranormal Ini Panggil Sosok 'Ratu Pelet' Teddy, Bertugas Untuk Perkuat Kharisma dan Buat Orang Lain Tunduk

"Mereka itu sempat menggunakan pengeras suara saat ada adzan maghrib," terangnya.

Sumarni sudah memeringatkan dan membuat surat yang pada intinya adalah meminta mereka menghentikan berbagai macam aktifitas saat adzan dan ibadah.

Kedua adalah tidak melakukan aktifitas yang mengganggu warga saat saat istirahat.

Baca Juga: Kemunculannya Bikin Heboh Masyarakat hingga Pemerintah, Inilah Gambaran Keraton Agung Sejagat yang Klaim Kuasai Seluruh Dunia, Sang Raja Ngaku Bisa Ubah Sistem Politik Global

Ketiga, adalah membersihkan lingkungan warga dari sesaji-sesaji.

"Itulah tuntutan warga dan yang jelas kami tidak ingin terganggu dengan mereka yang datangnya berbondong-bondong.Terutama yang disesalkan adalah sesaji," pungkasnya.

Artikel ini sudah tayang di Tribun Jateng dengan judul: Makna Ukiran Batu di Kerajaan Agung Sejagat Menurut Empu Wijoyo, Dunia di Bawah Naungan KAS

(*)