Find Us On Social Media :

Secara Medis, Praktek Ningsih Tinampi Nyatanya Hanyalah Obat Kosong Belaka, Begini Penjelasannya Secara Ilmiah

Ningsih Tinampi

Pengobatan itu bisa berupa pil, suntikan, dan beberapa jenis pengobatan lain seperti yang dilakukan Ningsih Tinampi.

Dimana obat yang digunakan obat "palsu" atau tidak mengandung zat aktif dan tidak dapat mempengaruhi kesehatan, inilah mengapa plasebo disebut juga sebagai obat kosong.

Para ilmuwan sering menggunakan plasebo selama penelitian untuk membantu mereka memahami efek obat baru dan membedakan mana efek obat yang memang sesungguhnya terjadi, dan mana yang sebenarnya hanya sugesti belaka.

Baca Juga: 2 Kali Mangkir Panggilan Polisi, Siwi Sidi Akhirnya Hadir di Polda Metro Jaya, Usut Pertikaiannya dengan Akun @digeeembok, Nyelonong Lewat Pintu Belakang Hingga Tak Diketahui Media

Melalui berbagai kejadian dan percobaan, plasebo terbukti menyumbangkan sekitar 35-75 % kesembuhan pada pasien dengan beberapa jenis penyakit.

Kesembuhan itu diperkirakan bukan hanya diakibatkan oleh obat plasebo, melainkan juga hal-hal lain yang di luar itu.

Sejumlah peneliti dari Jerman mengatakan, penemuan baru bahwa efek plasebo juga mejangkau tulang belakang dan mungkin dapat membantu upaya mencari cara yang lebih baik untuk mengatasi rasa sakit dan gangguan lain.

Baca Juga: Kabur Hingga Tabrak Satpam Usai Kepergok Lakukan Adegan 'Mobil Goyang', Oknum ASN Ini Tak Bisa Tutupi Rasa Malunya Saat Diamankan Petugas, Gelar Kasur di Dalam Mobil Untuk Berbuat Mesum

Dengan menggunakan teknologi pencitraan modern, para peneliti tersebut menemukan bahwa keyakinan sederhana pada pengobatan rasa sakit cukup efektif menghambat sinyal sakit di wilayah tulang belakang yang disebut "the dorsal horn", yang memberikan mekanisme biologis yang kuat saat "obat" itu bekerja.

"Ini berakar sangat dalam di area awal sistem saraf pusat, dan memberikan dampak yang kuat," kata peneliti yang memimpin penelitian itu, Falk Eippert dari University Medical Center Hamburg-Eppendorf.

Eippert dan sejumah koleganya menggunakan pencitraan resonansi fungsional, atau fMRI, untuk mengamati perubahan pada aktivitas tulang belakang.

Baca Juga: Kucing-kucingan dengan Kapal Patroli Belanda, Pria Singapura Ini Turut Berjuang demi Kemerdekaan Indonesia, Bertugas Jadi Penyelundup Senjata Hingga Mata-mata