Find Us On Social Media :

Nekat Tembus Badai Hujan dan Es, Pesawat Garuda Indonesia GA421 Tiba-tiba Kehilangan Tenaga 2 Mesinnya di Udara, Bengawan Solo Jadi Malaikat Penyelamat Bagi 60 Penumpang

Pesawat Garuda Indonesia yang jatuh ke Bengawan Solo

Baca Juga: Mendadak Jadi Buah Bibir Media, Aurelie Moeremans Blak-blakan Soal Kehidupan Kelam Masa Lalunya, Dari Dipaksa Foto Tanpa Busana hingga Diperlakukan Seperti Budak oleh Mantan Suaminya

Menurut laporan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), GA421 dijadwalkan terbang dari Selaparang, Mataram, pada pukul 15.00 WITA.

Pesawat B737-300 registrasi PK-GWA yang dipiloti oleh Kapten Abdul Rozak itu kemudian menuju ketinggian jelajah 31.000 kaki.

Pesawat dijadwalkan tiba di Yogyakarta sekitar pukul 17.30 WIB.

Baca Juga: Gayung Tak Bersambut, Oknum TNI Ini Berniat Lerai Perkelahian Antar Anak Muda, Sayang Kakinya Tak Sengaja Tendang Siswa SMA Hingga Alami Kematian Batang Otak, Pengadilan Militer Kini Menantinya

Namun saat meninggalkan ketinggian jelajah untuk turun ke bandara Adisutjipto, di atas wilayah Rembang, kapten Rozak memutuskan untuk sedikit menyimpang dari rute seharusnya, atas izin ATC.

Hal itu dilakukan karena di depan terdapat awan yang mengandung hujan dan petir. Kru pesawat mencoba untuk terbang di antara dua sel awan badai.

Sekitar 90 detik setelah memasuki awan yang berisi hujan, saat pesawat turun ke ketinggian 18.000 kaki dengan kondisi mesin dalam posisi idle, kedua mesin tiba-tiba mati dan kehilangan daya dorong (thrust).

Baca Juga: Sekali Manggung Dapat Bayaran Ratusan Juta, Via Vallen Pamerkan Menu Sarapannya yang Jauh dari Kesan Mewah, Netizen: Panutanku Banget Ini

Pilot dan kopilot pun saat itu mencoba untuk menghidupkan unit daya cadangan (auxiliary power unit/APU) untuk membantu menyalakan mesin utama, tetapi tidak berhasil.

Ketika pesawat sampai di ketinggian 8.000 kaki, dan kedua mesin belum berhasil di-restart, pilot melihat alur anak sungai Bengawan Solo dan memutuskan untuk melakukan pendaratan di sana.

Pesawat pun melakukan ditching tanpa mengeluarkan roda pendaratan maupun flaps (menjulurkan sayap).

Baca Juga: Rinci Harta Peninggalan Lina, Teddy Sebut Ada Uang Milik Anak Tirinya: Dari Hasil Aa Iky Nyanyi Dititipin Gitu, Sekitar Rp 3 Sampai 4 Miliar

Setelah dilakukan pemeriksaan, ada kerusakan di hidung dan mesin pesawat.

Peristiwa itu pembelajaran penting untuk dunia penerbangan, khususnya pabrikan mesin pesawat, cara membaca radar, dan pelatihan mendaratkan pesawat di atas air.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Kisah Mendebarkan saat Pesawat Garuda Indonesia GA421 Lakukan Pendaratan Darurat di Atas Sungai Bengawan Solo.

(*)