Bahkan, ia rela mempertaruhkan nyawanya demi tuntutannya itu.
"Daripada saya mati di rumah, lebih baik saya mati di (depan) istana ini, akan lebih membanggakan anak istri," tegas Yani.
Yani mengaku, warga Desa Lebakjabung merasa dijajah karena tidak memiliki ruang hidup di desanya sendiri.
"Kami merasa dijajah di sana, kami punya inovasi, kami punya kreasi di desa kami, tidak hanya sekadar dikasih uang kompensasi," tutur Yani.
Warga Desa Lebakjabung menolak penambangan batu andesit yang dilakukan perusahaan tambang CV Sumber Rejeki dan CV Rizky Abadi.
Penolakan itu terjadi karena lokasi pertambangan berada di hulu sungai dan kawasan hutan lindung.