Berkat Strategi Mertua SBY, KKB Papua Pimpinan Lodewijk Mandatjan Mau Kembali ke Pangkuan NKRI Tanpa Kontak Senjata

Sabtu, 15 Februari 2020 | 11:13
Kolase Wikipedia dan Facebook TPNPB

Ayah Ani Yudhoyono, Sarwo Edhie Wibowo

Gridhot.ID - Aksi teror Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua sudah ada sejak tahun 1967.

Pemerintah pun mengirimkan pasukan elite Resimen Para Komando Angkatan Darat atau RPKAD (sekarang Kopassus) untuk meredam aksi KKB Papua.

Sintong Panjaitan pun termasuk salah satu prajurit yang ikut kala itu.

Baca Juga: Jika Bukan Karena Amerika Serikat, TNI Sebenarnya Mampu Tumpas KKB Papua dalam Hitungan Detik, Langkah Heli Apache Serbu Markas Kelompok Bersenjata Terhalang Karena Hal Ini

Melansir dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komandokarya Hendro Subroto, 13 Maret 1969, Sintong Panjaitan mendapat perintah untuk mencegah banyaknya warga Papua yang lari masuk hutan.

Mereka lari ke hutan akibat hasutan dari KKB Papua sebagai langkah untuk menggagalkan Penentuan Pendapat Rakyat atau Pepera.

Awalnya, pencegahan dilakukan dengan cara penghadangan pada jalur keluar menuju hutan.

Baca Juga: Caper ke Pemerintah Indonesia, KKB Pimpinan Lekagak Telenggen Tega Aniaya Warga Tak Berdosa, Terus Berusaha Pamer Eksistensi Usai Markasnya Diobrak-abrik TNI

Sintong Panjaitan menilai, kunci pencegahan harus dicari, sehingga dengan sendirinya mereka tidak mau masuk hutan.

Kunci pencegahan itu berupa shock therapy.

Menurut analisis Sintong Panjaitan, akibat kesulitan mendapat makanan di hutan, para warga yang lari ke hutan akan berkumpul di suatu tempat.

Baca Juga: Sarang Persembunyiaannya Diobrak-abrik TNI, KKB Papua Lancarkan Serangan Balas Dendam, Nahas Bukannya Menang, 2 Pemberontak Justru Tewas Ditembak Mati

Maka mereka tetap dibiarkan lari masuk hutan.

Ayah Ani Yudhoyono, Sarwo Edhie Wibowo

Pada 25 Maret 1969 terdapat laporan sekitar 80 pelajar yang lari ke hutan, berkumpul di suatu tempat di tepi sungai Pami.

Pada pukul 01.00 hari berikutnya, patroli Prayudha 3 melakukan penyergapan dan menembak mati tiga anggota KKB Papua.

Baca Juga: Berjalan Kaki Bagai Roda Besi, KKB Papua Sebut TNI Bisa Mati Jika Mengejarnya, Lekagak Telenggen dan Pasukannya Tampak Menyusuri Hutan dan Pegunungan, Videonya Beredar di Media Sosial

Mayat mereka dibiarkan tergeletak di tempat yang terbuka, sehingga banyak orang yang melihatnya.

Bersamaan dengan kejadian itu, Prayudha 3 menyebarkan desas-desus yang menyebutkan kalau mereka tidak menyerah, akan ditindak lebih keras lagi.

Sebagai hasil shock therapy itu, dalam waktu empat hari sebanyak 83 orang yang gabung ke KKB Papua menyerah kepada Prayudha 3.

Baca Juga: Menari-nari di Atas Kematian 9 Anggota TNI, Egianus Kogoya Minta Jokowi Tarik Aparat dari Nduga, KKB Papua Sebut Tewasnya Hendrik Lokbere Tanda Kekalahan Selama 1 Tahun Perang

Selain itu ada pula di antara mereka yang menyerahkan diri kepada Kodim dan polisi setempat.

Di samping itu, meski berkali-kali digempur oleh RPKAD, aksi teror KKB Papua masih saja terjadi.

Hingga akhirnya, KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan benar-benar padam setelah Sarwo Edhie Wibowo turun tangan.

Baca Juga: Bulat Tekad Wentius Nimiangge untuk Mundur dari Jabatannya, Hendrik Lokbere yang Dituding KKB Papua Dibunuh TNI Ternyata Sopir Sekaligus Ajudan Sang Wakil Bupati Nduga: Saya Kecewa Terus, Lebih Baik Jadi Masyarakat Biasa Daripada Saya Pusing

Dari buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto, kisah penyerahan diri pimpinan KKB Papua ini berawal saat Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970).

Sarwo Edhie Wibowo saat itu mau tak mau harus menghadapi sepak terjang KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.

Dalam menghadapi aksi teror KKB Papua saat itu, Sarwo Edhie Wibowo memadukan operasi tempur dengan operasi non tempur.

Baca Juga: Ngaku Serang Pos TNI Sampai Tewaskan 2 Tentara, KKB Papua Nyatanya Kepergok Bantai Seorang Bocah Tak Berdosa Saat Baku Tembak, Tembakan Sniper Angkatan Darat Bungkam Kelakuan Bejat Kelompok Tersebut

Menurutnya, strategi non tempur digunakan lantaran ia menganggap para KKB Papua masih merupakan saudaranya sebangsa dan setanah air.

"Kalau pemberontak kita pukul terus menerus, mereka pasti hancur."

"Tetapi mereka adalah saudara-saudara kita. Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil agar mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi," kata Sarwo Edhie Wibowo.

Baca Juga: Ciderai Nama Besar TNI, 3 Orang Oknum Tentara Kedapatan Pasok Ribuan Amunisi ke KKB Papua, Sempat Diancam Hukuman Mati Tapi Endingnya Seperti Ini

Untuk menghindari terjadi pertumpahan darah yang lebih banyak, Sarwo Edhie Wibowo memerintahkan melakukan penyebaran puluhan ribu pamflet yang berisi seruan agar KKB Papua kembali ke NKRI.

Sarwo Edhie Wibowo kemudian memberi tugas kepada perwira RPKAD Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky untuk menemui pimpinan KKB Papua yang bernama Lodewijk Mandatjan.

Tujuannya adalah membujuk agar Mandatjan beserta anak buahnya mau kembali lagi ke pangkuan NKRI.

Baca Juga: Sembunyikan Engkelop di Tengah Hutan Papua, Anggota KKB Ini Pilih Serahkan Diri Secara Sukarela, Ngaku Ingin Hidup Normal Usai Komandannya Ditembak Mati oleh TNI

Tanpa membawa senjata, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berjalan kaki memasuki hutan untuk menemui pimpinan KKB Papua itu.

(Kolase Tribun Jambi dan Wikipedia)
(Kolase Tribun Jambi dan Wikipedia)

Letjen (Purn) Sarwo Edhie Wibowo Ayah Ani Yudhoyono

Saat bertemu dengan Mandatjan, Mayor Heru Sisnodo berkata: "Bapak tidak usah takut. Saya anggota RPKAD. Komandan RPKAD yang ada di sini anak buah saya. Dia takut sama saya. Kalau bapak turun dari hutan, nanti RPKAD yang akan melindungi bapak."

Akhirnya, Mayor Heru Sisnodo dan Sersan Mayor Udara John Saleky berhasil meyakinkan Lodewijk Mandatjan dan anak buahnya.

Baca Juga: Berpangkat Komandan, Anggota KKB Pemasok Senjata dan Amunisi di Intan Jaya Ini Tewas Ditembak Mati TNI, Nyawanya Melayang Saat Lakukan Transaksi Jual Beli

Mandatjan beserta keluarga dan anak buahnya pun diantar turun ke Manokwari.

Saat bertemu dengan Mandatjan, Sintong Panjaitan berkata: "Bapak saya jamin, saya akan melindungi bapak dengan keluarga"

Pemberontakan KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan pun sebagian besar telah terselesaikan, RPKAD tinggal melakukan penyisiran untuk memburu sisa-sisa anggota KKB Papua lainnya.

Baca Juga: Bulat Tekad Wentius Nimiangge untuk Mundur dari Jabatannya, Hendrik Lokbere yang Dituding KKB Papua Dibunuh TNI Ternyata Sopir Sekaligus Ajudan Sang Wakil Bupati Nduga: Saya Kecewa Terus, Lebih Baik Jadi Masyarakat Biasa Daripada Saya Pusing

Dengan begitu, Sarwo Edhie Wibowo berhasil menerapkan strategi non tempurnya sehingga tak terjadi pertumpahan darah lebih banyak.

Demikian beragam strategi RPKAD kala itu untuk menumpas KKB Papua.

Mulai dari strategi ektrim Sintong Panjaitan hingga cara damai mertua Susilo Bambang Yudhoyono, Sarwo Edhie Wibowo.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul: "3 Anggota KKB Papua Tewas Dibiarkan Tergeletak, Strategi Sintong Panjaitan Cegah Warga Gabung OPM."

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber surya.co.id