Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Efek kepanikan dalam menghadapi Covid-19 telah menyebar di seluruh dunia.
Tak terkecuali di Eropa.
Apalagi setelah Italia menjadi negara dengan angka penyebaran tertinggi dan angka kematian tertinggi kedua dunia setelah Tiongkok.
Membuat kepanikan di sekitar negara-negara di Italia seperti Perancis, Swiss dan Austria menutup perbatasan dengan Italia.
Setelah itu, Rusia, yang berbagi perbatasan dengan berbagai negara di Uni Eropa dan Tiongkok juga mengumumkan penutupan perbatasan sendiri.
Melansir Kontan.co.id, Uni Eropa dan NATO sebelumnya menuduh Rusia melakukan tindakan rahasia, termasuk disinformasi.
Tindakan rahasia itu dimaksudkan untuk mencoba menggoyahkan Barat dengan mengeksploitasi perpecahan di masyarakat.
Rusia membantah taktik semacam itu dan Presiden Vladimir Putin menuduh musuh asing menargetkan Rusia dengan menyebarkan berita palsu tentang virus corona untuk membuat panik.
Media Rusia di Eropa belum berhasil menjangkau publik yang lebih luas.
Tetapi menyediakan platform untuk populis anti-UE dan mempolarisasi debat, demikian ditunjukkan oleh analisis oleh UE dan kelompok-kelompok non-pemerintah.
Laporan EEAS mengutip kerusuhan pada akhir Februari di Ukraina, negara bekas republik Soviet yang kini berusaha bergabung dengan UE dan NATO, sebagai contoh konsekuensi dari disinformasi semacam itu.
Dikatakan, beredarnya surat palsu yang mengaku berasal dari kementerian kesehatan Ukraina secara keliru memberitakan ada lima kasus virus corona di negara itu.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan surat itu dibuat di luar Ukraina, kata laporan Uni Eropa.
Ada lagi disinformasi lainnya yang mengatakan bahwa virus corona adalah ciptaan manusia.
"Pesan disinformasi Pro-Kremlin memajukan narasi bahwa virus corona adalah ciptaan manusia, dipersenjatai oleh Barat," kata laporan itu, yang pertama kali dikutip oleh Financial Times.
Dilansir dari Reuters, sebuah dokumen milik Uni Eropa bocor.
Dokumen yang didapat oleh Reuters itu menunjukkan, media Rusia telah mengerahkan "kampanye disinformasi atau informasi sesat yang signifikan" terhadap Barat.
Hal itu dimaksudkan untuk memperburuk dampak virus corona.
Tujuannya tak lain untuk menimbulkan kepanikan dan menabur ketidakpercayaan.
Kremlin membantah tuduhan tersebut pada hari Rabu.
Rusia mengatakan, tuduhan tersebut tidak berdasar dan tidak memiliki akal sehat.
Berdasarkan dokumen Uni Eropa itu, kampanye Rusia mendorong berita palsu online dalam bahasa Inggris, Spanyol, Italia, Jerman dan Prancis.
Mereka menggunakan laporan yang saling bertentangan, membingungkan dan berbahaya untuk mempersulit Uni Eropa dalam mengomunikasikan tanggapannya terhadap pandemi.
"Kampanye disinformasi yang signifikan oleh media pemerintah Rusia dan media pro-Kremlin mengenai COVID-19 sedang berlangsung," kata dokumen internal sembilan halaman, tertanggal 16 Maret.
Covid-19 sendiri merupakan nama penyakit yang dapat disebabkan oleh virus corona.
Adapun berdasarkan dokumen tersebut, tujuan utama dari disinformasi Kremlin adalah untuk memperburuk krisis kesehatan masyarakat di negara-negara Barat.
Hal tersebut sejalan dengan strategi yang lebih luas dari Kremlin dalam upaya untuk menumbangkan masyarakat Eropa.
Database Uni Eropa mencatat, hampir 80 kasus disinformasi tentang virus corona yang berhasil mereka himpun sejak 22 Januari.
Uni Eropa juga menemukan upaya Rusia untuk memperkuat tuduhan Iran secara online, dikutip tanpa bukti, bahwa virus corona adalah senjata biologis AS.
Sebagian besar ilmuwan percaya penyakit ini berasal dari kelelawar di Tiongkok sebelum menular ke manusia.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan tuduhan Uni Eropa tidak berdasar karena tidak adanya dokumen spesifik UE atau tautan ke outlet media Rusia tertentu.
"Kami berbicara lagi tentang beberapa tuduhan tidak berdasar yang dalam situasi saat ini mungkin merupakan hasil dari obsesi anti-Rusia," kata Peskov.
Dokumen Uni Eropa mengutip contoh-contoh dari Lithuania ke Ukraina, termasuk klaim palsu bahwa seorang tentara AS yang dikerahkan ke Lithuania terinfeksi dan dirawat di rumah sakit.
Dikatakan bahwa di media sosial, media RT Spanyol yang didanai Rusia dan berbahasa Spanyol, merupakan sumber berita paling populer ke 12 tentang virus corona antara Januari hingga pertengahan Maret, berdasarkan pada jumlah berita yang dibagikan di media sosial.
Komisi Eropa mengatakan, pihaknya telah melakukan kontak dengan Google, Facebook, Twitter dan Microsoft.
Seorang juru bicara UE menuduh Moskow "bermain-main dengan nyawa orang" dan mengimbau warga Uni Eropa untuk "sangat berhati-hati" dan hanya menggunakan sumber berita yang mereka percayai.(*)