Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Penyebaran virus corona di Indonesia semakin ganas.
Masyarakat pun diberi himbauan agar mengurangi intensitas aktivitas di luar rumah.
Demikian pula halnya dengan universitas yang membuat kebijakan belajar secara online.
Mengutip arsip Gridhot, beberapa waktu lalu seorang mahasiswa di Surabaya melakukan sidang skripsi secara video call dengan dosen pengujinya.
Achmad Mustofa, nama mahasiswa yang melakukan sidang skripsi secara online tersebut.
Kisahnya pun viral setelah diunggah oleh akun Instagram @aslisuroboyo.
Namun, kisah yang berbeda dialami oleh Yosafat Lordimas (23).
Karena wabah pandemi virus corona di Indonesia kian mengganas, kampus tempat Yosafat kuliah memutuskan menunda sidang skripsi para mahasiswa tingkat akhir.
Dilansir Gridhot dari Tribunnews.com, mahasiswa tingkat akhir salah satu pergurun tinggi di Jakarta Barat ini harus menerima keputusan kampus yang menunda sidang skripsinya di tengah wabah pandemi virus corona (Covid-19).
Sidang skripsi Yosafat harusnya berlangsung pada semester genap 2019/2020 ini bersama tiga mahasiswa tingkat akhir lainnya.
Yos, sapaan akrab Yosafat, mengungkapkan, kampusnya menghentikan semua kegiatan belajar mengajar secara langsung dan menggantikannya dengan belajar online.
Termasuk menunda sidang skripsi bagi para mahasiswa tingkat akhir.
Kemungkinan, sidang skripsi bagi para mahasiswa tingkat akhir akan digantikan dengan sidang online melalui video tele conference.
Hal ini, lanjut Yos, dilakukan pihak kampus menyikapi imbauan social distancing yang diterbitkan pemerintah RI.
Terlebih seorang pegawai universitas telah dinyatakan positif virus corona.
Meski demikian, Yos mengatakan bahwa langkah tersebut sangat tepat dilakukan guna mencegah penyebaran Covid-19.
Yos juga mengungkapkan, sampai saat ini belum ada kejelasan kapan sidang online baginya akan dilakukan.
Bersama dua rekannya, Yos merasakan kekecewaan lantaran selama ini ia menghimpun dan menggarap data penelitian selama enam bulan.
Menurutnya mengumpulkan data-data penelitian lebih sulit didapat dibanding mengolahnya.
"Mengolah data skripsi lebih mudah dibanding mendapatkan," kata Yos singkat.
Yos mengutarakan, ia sebenarnya ingin segera merasakan sensasi kebahagiaan menyambut topi wisuda di kepalanya.
Pun menggenggam ijazah kelulusan di tangannya.
Menurutnya dengan lulus kuliah, dirinya akan mandiri secara finansial dan membebaskan kedua orangtuanya dari belenggu finansial menanggung pendidikan dan kebutuhan sehari-hari Yos.
"Sebenarnya ingin juga cepat lulus, ingin megang ijazah kelulusan. Lulus kan bisa mencari kerja. Dapat kerja berarti membebaskan orang tua saya dari menanggung kebutuhan saya sebagai anak," ungkap Yosafat.
Dirinya pun hanya bisa menunggu informasi dari pihak kampus seputar kejelasan sidang skripsi baginya.
Ia pun turut mendukung keputusan kampus dan mengingatkan rekan-rekannya, baik di rumah maupun di kampus, untuk terus mawas diri di tengah mewabahnya virus corona di Indonesia.
"Kecewa pastinya kecewa. Teman seperjuangan juga merasakan hal yang sama. Kita hanya bisa menunggu dulu, tapi tentunya kita juga mendukung kebijakan kampus."
"Lalu juga sementara ini memang baiknya menurut pada pemerintah untuk stay di rumah saja. Corona ganas, kasus terus bertambah. Baiknya, kita semua waspada," tandas Yosafat.(*)