Find Us On Social Media :

Modal Tiup Korek Api, Pria Ini Buktikan Masker Scuba Kurang Sempurna Lindungi Sumber Pernapasan, Peneliti Langsung Angkat Bicara

video viral

Gridhot.ID - Sedang viral sebuah video yang menunjukkan efektivitas tiap jenis masker yang beredar di pasaran.

Sang perekam mengetes tiap masker dengan cara meniup korek api saat menggunakan masker.

Postingan tersebut diunggah oleh akun Facebook Nür Aidäh Mädjidiñ.

Baca Juga: Simpan Berlian dan Perak Senilai Rp 14 Triliun, Inilah Pulau Harta Karun Peninggalan Bajak Laut Dunia, Siap Tawarkan Kekayaan Instan dengan Nyawa Sebagai Jaminan

“Batal dah saya rencana mo beli masker scuba kalau begini hasilnya. Jadi masker kain 2 lapisan terus tengahnya ada tempat buat naruh tissue sepertinya lebih baik untuk digunakan ya ^^#dirumahsaja," tulisnya sambil melampirkan sebuah video.

Dalam video tersebut terlihat seorang laki-laki tengah membandingkan masker scuba dengan beberapa masker yakni masker bedah bermerk, masker bedah biasa, masker kain gratis yang di dalamnya diberi lapisan tisu, dan masker scuba.

Baca Juga: Gajinya Rp 4 Juta Tapi Cuma Makan Rp 300 Ribu Per Bulan, Pria Ini Berhasil Gelar Pesta Pernikahan Mewah dalam Waktu Setahun Menabung, Sukses Pinang Pujaan Hati Pakai Hasil Keringat Sendiri

Pria tersebut terlihat menguji masker dengan cara memakai masing-masing masker, kemudian saat menggunakan masker-masker tersebut dia meniup untuk mencoba mematikan api.

Hasilnya, saat penggunaan masker N95, masker bedah bermerk, masker bedah biasa dan masker kain yang di dalamnya diisi tisu, api dari korek api tidak padam saat ditiup.

Sementara, saat menggunakan masker scuba, api dari korek api dapat padam.

Baca Juga: Kepincut Pelakor yang Ketahuan Poliandri, Faisal Harris Justru Kepergok Kembali ke Rumah Sarita Abdul Mukti, Nasib Jennifer Dunn yang Terombang Ambing di Persidangan Seakan Tak Dihiraukan

Postingan tersebut sampai dengan hari ini telah di-like lebih dari 2,2 ribu kali dan dibagikan ulang lebih dari 18 ribu kali.

Lantas, bagaimana pandangan ahli tentang masker scuba?

Terkait hal tersebut, Grid.ID melansir dari Kompas.com, seorang peneliti angkat bicara.

Baca Juga: Ternyata Bukan Dokter Li Wenliang, Ustaz Abdul Somad Ungkap Sosok Ulama yang Pertama Kali Populerkan Virus Corona, Sudah Prediksi Wabah Ini Sejak 10 Tahun Lalu

Dr.Eng. Muhamad Nasir, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB ) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang saat ini juga tengah melakukan penelitian terkait teknologi untuk masker.

Pihaknya menjelaskan bahwa pada dasarnya pengujian kinerja utama pada masker dilakukan melalui beberapa tahapan yakni:

- Uji filtrasi bakteri (bactrial filtration efficiency).

- Uji filtrasi partikulate (particulate filtration efficiency).

- Uji permeabilitas udara dan pressure differential (breathability dari masker).

Baca Juga: Makam Perawat Korban Virus Corona Dipenuhi Karangan Bunga Sebagai Bentuk Protes, Warga Sewakul Kini Merasa Khawatir Pasca Insiden Penolakan Jenazah : Kami Takut Ditolak Saat Berobat

Adapun pengujian secara ditiup sebetulnya hanya menunjukkan permeabilitas udara yang mengalir, semakin besar pori bahan suatu masker maka permeabilitas atau aliran udara semakin besar.

Meski demikian, dia sepakat jika cara tersebut tetap dapat dipakai masyarakat untuk menguji kualitas masker yang mereka beli.

“Iya (cara yang dapat dipakai), itu sebagai indikator awal saja,” jelasnya pada Selasa (14/04/2020).

Baca Juga: Bongkar Perangai Ahok Saat Lamar Dirinya, Veronica Tan Malah Kena Semprot Dituduh Hamil Duluan Oleh Ibunya Sendiri: Dia Preman, Berani!

Dia juga menyampaikan masker kain dengan bahan yang lentur seperti scuba, pada saat dipakai akan terjadi streching atau perenggangan bahan sehingga kerapatan dan pori kain membesar serta membuka yang mengakibatkan permeabilitas udara menjadi tinggi.

Akibatnya, peluang partikulat virus untuk menembus masker pun disebutnya semakin besar.

“Jika pori kain makin besar maka peluang virus masuk akan besar,” ungkapnya.

Baca Juga: Dijuluki 'Bintang Bom Seks' Indonesia, Artis Lawas Film Panas Indonesia Ini Rela Jual Harta Bendanya Usai Hijrah, Pilih Jualan Lontong Sayur untuk Lanjutkan Hidup

Meski demikian, Nasir menyampaikan bahwa masker kain meskipun ia tak memiliki kerapatan layaknya masker N95 ataupun masker bedah, tetapi secara umum masker kain tetap memiliki kemampuan penyaringan yakni sekitar 50 sampai dengan 80 persen.

Namun yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan pemilihan bahan yang digunakan.

Lebih lanjut dia menyampaikan masyarakat dapat memilih masker kain dengan memilih kain yang rapat dan kaku sehingga tidak mudah terjadi streching kain maupun perubahan pori ketika masker dipakai.

Baca Juga: Dijuluki 'Bintang Bom Seks' Indonesia, Artis Lawas Film Panas Indonesia Ini Rela Jual Harta Bendanya Usai Hijrah, Pilih Jualan Lontong Sayur untuk Lanjutkan Hidup

Dia juga mencontohkan, untuk melihat kerapatan bahan yang akan dijadikan masker kain, juga dapat dilakukan dengan mengarahkan kain saat direnggangkan ke arah cahaya lampu.

“Kita bisa mengamati perubahan ukuran pori kain sebelum dan setelah peregangan,” jelasnya.

Lebih lanjut, pernyataan tersebut juga sama diutarakan Kepala anestesiologi di Wake Forest Baptist Health, Dr. Scott Segal yang kini tengah mempelajari masker buatan rumahan memberikan saran dalam memilih jenis bahan untuk masker kain.

Baca Juga: Jemarinya Mulai Kosong Tanpa Cincin Kawin, Laudya Cynthia Bella Akhirnya Bongkar Sendiri Kondisi Rumah Tangganya, Hanya Bertemu Tiap Malam di Rumah, Ini Alasannya

Menurutnya, langkah pertama adalah merentangkan kain yang akan digunakan menghadap ke arah cahaya.

Jika cahaya menembus dengan mudah melalui serat kain, dan kita hampir bisa melihat serat-seratnya, artinya itu bukan bahan yang bagus digunakan untuk membuat masker.

Sebaliknya, jika kain tersebut lebih padat dan tidak banyak menembus cahaya, bahan itu bisa digunakan.

Baca Juga: Bali Terapkan Social Distancing, Puluhan Bule Ini Justru Diam-diam Asyik Dugem, Pesta Pora Diiringi DJ di Tengah Wabah Corona

"Jika itu adalah tenunan yang lebih padat dengan bahan yang lebih tebal dan tidak terlalu banyak cahaya menembus, artinya bahan itu bisa kita gunakan sebagai masker." Saran ini diungkapkan Segal seperti dikutip dari NY Times.

Jika memungkinkan, Segal menyarankan agar menggunakan kain katun quilting.

Sebab, quilting cenderung memiliki kualitas yang lebih baik dan serat yang rapat.

Baca Juga: Takjub Melihat Penampilan Anaknya Usai Diasuh Ruben Onsu, Ayah Kandung Betrand Peto Tak Henti-hentinya Melantunkan Pujian: Ganteng Kaya Artis Korea

Saran ini juga didasari sebuah studi yang dilakukan di Wake Forest Institute for Regenerative Medicine.

Berdasarkan studi tersebut, masker kain buatan rumahan mempunyai kemampuan menyaring cukup baik, dalam pengujian tingkat penyaringannya mencapai 70-79%.

Jika ingin membuatnya sendiri, disarankan untuk menggunakan dua lapis katun quilting berkualitas yang dilapis kembali pada bagian dalam dengan flanel atau lapisan katun lainnya.

Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul Masker Bahan Scuba Ternyata Kurang Efektif, Begini Penjelasan Ahli.

(*)