Anak Buahnya Mulai dari Pekerja Kantoran Hingga Mahasiswi, Mami Lisa Jajakan 600 PSK Antar Kota, Geluti Dunia Mucikari Sejak Menjanda

Rabu, 15 April 2020 | 12:13
Firman Rachmanudin

Polisi saat menunjukkan 600 foto cewek dari berbagai kota dari tiga muncikari

Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari

Gridhot.ID - Sindikat prostitusi online rupanya masih terus beredar di kalangan masyarakat.

Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya baru-baru ini berhasil menyingkap tabir prostitusi online ini.

Tak tanggung-tanggung, sindikat prostitusi online ini menyediakan 600 layanan wanita yang tersebar di beberapa kota.

Baca Juga: Sering Jadi Sasaran Karena Dituduh Terlambat Atasi Wabah, Anies Baswedan Bongkar Aksinya Jauh Sebelum Indonesia Nyatakan Diserang Corona, Pakai Tim Intelijen Awasi Pergerakan Semuanya

Dilansir dari Surya.co.id, dalam setahun setelah diceraikan suaminya, Mami Lisa atau Lisa Semampaw ini bisa mengendalikan 600 cewek atau pekerja seks komersil (PSK) dari berbagai kota di Indonesia.

Gadis yang disediakan mulai dari Surabaya, Bandung, Semarang dan Jakarta serta kota lain.

Tarif yang dipatok mulai Rp 2,5 juta sampai Rp 25 juta.

Baca Juga: Kekeliruan Fatal Pemerintah Dibongkar Teori Baru Ahli Epidemologi, Pasien O1, O2 Tidak Tertular dari Warga Negara Jepang, Si WNA Justru Baru Terjangkit di Jakarta

Harga tersebut tergantung dari penampilan wajah, tinggi badan atau bodi dan layanan.

Anak buah Mami Lisa mulai dari pekerja kantor, mahasiswi dan SPG freelance.

Foto 600 cewek yang disiapkan cukup menggoda karena tampilannya berbagai pose.

Lisa pun menceritakan awal mulanya ia terjun ke dunia mucikari ini.

Baca Juga: Baru 4 Bulan Dampingi Idham Aziz Jadi Wakapolri, Komjen Gatot Eddy Pramono Sudah Buat Kesalahan Fatal, Datang Kondangan di Tengah Wabah Corona Hingga Harus Diperiksa Propam, Kompolnas Tuntut Keadilan

"Kenalnya dari teman, yang ada di luar kota. Aku yang tawari mereka yang sudah memiliki anak buah," kata Lisa.

Perempuan yang juga punya toko di kawasan Pasar Atom Surabaya ini mengaku awal menggeluti dunia mucikari setelah cerai dengan suaminya.

"Awalnya saya bingung mau cari uang darimana setelah cerai sama suami. Cuma ada satu toko saja di Pasar Atom."

Baca Juga: Jika Mbak You Sang Paranormal Nikahi Ular Siluman, Pria Ini Justru Menikah dengan Ular Cobra Sepanjang 3 Meter, Tiap Hari Bermesraan Layaknya Suami Istri, Dirinya Yakin Sang Reptil Jelmaan Mantan Pacar yang Telah Lama Mati

"Dari sana saya mulai coba-coba menggeluti dunia mucikari via online. Cari perempuannya ada yang dari teman terus diteruskan dari mulut ke mulut."

"Itu saya juga kasih uang ke orang yang mencarikan perempuan kalau memang sudah berhasil layani tamu," tambah janda tersebut.

Lisa tak menyangka jika bisnis haramnya itu membuahkan banyak peminat.

"Ya akhirnya punya teman di Semarang, Bandung dan Jakarta mau join. Ya sudah saya giliran cari pelanggan atau cari perempuan.

Kalau ada pesanan di Surabaya dari Semarang, teman saya telepon saya suruh nyiapin. Begitu juga sebaliknya," terangnya.

Baca Juga: Lagi! Aksi Penolakan Pemakaman Jenazah Pasien Virus Corona di Pasuruan, Warga Berbondong-bondong Lakukan Protes Sambil Bawa Parang

Namun kehebatan Mami Lisa dalam memasarkan cewek berakhir di tangan Unit Jatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya.

Firman Rachmanudin

Polisi saat menunjukkan 600 foto cewek dari berbagai kota dari tiga muncikari

Mami Lisa dan dua mucikari lainnya ditangkap dan kini ditahan di Mapolres Surabaya.

Melansir sumber yang sama, terbongkarnya prostitusi yang dijajakan lewat media sosial setelah polisi melakukan penyelidikan dan undercover buy untuk memastikan praktik tersebut benar-benar ada.

Baca Juga: Terjun Langsung Makamkan Jenazah Pasien Covid-19 yang Terlantar, Polisi Berpangkat Bripka Ini Diganjar Hadiah Tak Main-Main oleh Kapolri, Siap-siap Disekolahkan dan Naik Pangkat

Pasalnya, tawaran lewat grup Facebook itu banyak direspons oleh banyak kalangan.

Tawaran yang dilakukan oleh Mami Lisa ternyata juga melalui WhatsApp grup yang tentu saja tidak semua orang bisa masuk untuk bergabung.

Syarat utamanya, pengelola baru bisa memasukkan ke grup setelah konsumen mengajak keluar dua kali anak buahnya.

"Pengelola grup WhatsApp ini tersangka LS. Anggota yang bisa masuk menjadi member, minimal sudah dua kali transaksi dengan mucikari ini," kata Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran didampingi Kanit Jatanras AKP Iwan Hari Purwanto, Selasa (14/4/2020).

Baca Juga: Simpan Berlian dan Perak Senilai Rp 14 Triliun, Inilah Pulau Harta Karun Peninggalan Bajak Laut Dunia, Siap Tawarkan Kekayaan Instan dengan Nyawa Sebagai Jaminan

Dalam aksinya, Lisa dan dua mucikari lainnya saling berkomunikasi mulai dari penyiapan cewek hingga siapa yang mengajak dan lokasinya mana.

"Anak buah mereka sudah tersebar dimana-mana. Misalnya, ada orang Semarang, Surabaya atau Jakarta butuh layanan, sudah ada. Tinggal kontak tersangka dan spesifikasi yang diminta seperti apa," terangnya.

Tersangka juga bisa menyediakan perempuan untuk melayani satu laki-laki dengan dua atau tiga perempuan dalam sekali permainan.

Baca Juga: Gajinya Rp 4 Juta Tapi Cuma Makan Rp 300 Ribu Per Bulan, Pria Ini Berhasil Gelar Pesta Pernikahan Mewah dalam Waktu Setahun Menabung, Sukses Pinang Pujaan Hati Pakai Hasil Keringat Sendiri

Tarif yang ditentukan tentu berbeda dengan layanan biasa.

"Kalau layanan dua sampai tiga cewek Rp 10 juta - Rp 25 juta," tambahnya.

Dari hasil kerja anak buahnya itu, tersangka Lisa, Kusmanto dan Dewi Kumala memotong sebesar 10 hingga 20 persen, tergantung kesepakatan.

Dari ketiga tersangka yang dijerat Pasal 2 UU RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, penyidik menemukan 600 nama dan foto perempuan.

Baca Juga: Ternyata Bukan Dokter Li Wenliang, Ustaz Abdul Somad Ungkap Sosok Ulama yang Pertama Kali Populerkan Virus Corona, Sudah Prediksi Wabah Ini Sejak 10 Tahun Lalu

Nama dan foto itu disimpan di ponsel ketiga tersangka.

"Dari 600 foto anak buah tersangka, menonjolkan pose tertentu. Ya tujuannya agar konsumen tergiur," ujar AKP Iwan.

Dari penyelidikan dan pengakuan tersangka, dari 600 perempuan memiliki latar belakang profesi berbeda.

Baca Juga: Makam Perawat Korban Virus Corona Dipenuhi Karangan Bunga Sebagai Bentuk Protes, Warga Sewakul Kini Merasa Khawatir Pasca Insiden Penolakan Jenazah : Kami Takut Ditolak Saat Berobat

"Ada yang pekerja kantor, SPG freelance, dan mahasiswi. Mereka itu tersebar mulai dari Surabaya, Semarang, Jakarta dan kota lain di Indonesia," tandas Iwan.(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Surya.co.id