Find Us On Social Media :

Sukses Lindungi Kera dari Infeksi Corona, Mungkinkah Vaksin Sinovac Bisa Dipakai Manusia? Peneliti Ini Cari Sukarelawan Manusia untuk Uji Coba

Sukses Lindungi Kera dari Infeksi Corona, Mungkinkah Vaksin Sinovac Bisa Dipakai Manusia? Peneliti Ini Cari Sukarelawan Manusia untuk Uji Coba

Gridhot.ID - Virus corona masih menyebar di seluruh dunia.

Sejumlah pengembangan pun tengah dilakukan oleh para ilmuwah di seluruh dunia.s

Mereka saling berlomba menemukan obat maupun vaksin yang mampu mengatasi virus corona, tak terkecuali Sinovac Biotech.

Baca Juga: Temuan Lama Bangkit Kembali, Darah Onta Ternyata Bisa Dijadikan Vaksin Corona, Peneliti Belgia Jelas Sifat Luar Biasa Antibodi Hewan Tersebut

Sinovac Biotech mengungkapkan, vaksin virus corona baru buatan mereka "sebagian besar berhasil melindungi" kera dari infeksi selama percobaan terhadap hewan tersebut.

Ini adalah salah satu dari banyak vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia, ketika negara-negara berlomba untuk menghentikan wabah yang telah menginfeksi sekitar 2,7 juta orang dan membunuh lebih dari 190.000 orang.

Sinovac Biotech yang terdaftar di Nasdaq mengatakan, mereka menyuntikkan dua dosis vaksin yang berbeda ke delapan rhesus kera dan memaparkannya pada virus tiga minggu kemudian, dan mereka tidak mengalami infeksi.

Baca Juga: Temuan Vaksin Makin Jauh Tak Terlihat, Peneliti Temukan Virus Corona Mampu Bermutasi di Berbagai Tahap Secara Mengerikan, Gerogoti Sel Inangnya Hingga Rusak, Ilmuwan: Sudah Berbeda dari yang di Wuhan!

"Semua monyet sebagian besar terlindung terhadap infeksi SARS-CoV-2," kata Sinovac Biotech seperti dikutip Channelnewsasia.com. SARS-CoV-2 adalah nama virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Empat kera yang menerima vaksin dosis tinggi tidak memiliki virus corona yang terdeteksi dalam paru-paru mereka, tujuh hari setelah mereka mendapatkan patogen.

Empat monyet lainnya yang memperoleh vaksin dosis rendah menunjukkan peningkatan viral load dalam tubuh mereka. Tapi, Sinovac Biotech menyebutkan, tampaknya mereka berhasil mengendalikan virus.

Sebaliknya, Sinovac Biotech yang berbasis di Beijing, China, mengungkapkan, empat monyet yang tidak mendapatlan vaksin terserang virus dan menderita pneumonia parah.

Sinovac Biotech menerbitkan hasil percobaannya di server online bioRxiv pada 19 April lalu, tiga hari setelah memulai uji coba vaksin mereka pada manusia. Tetapi, temuannya belum dapat peninjauan dari komunitas ilmiah global.

Baca Juga: Sosok Ini Lantang Katakan Indonesia Bakal Dapat Bantuan Luar Biasa dari China, Keluarkan Prediksi Kapan Berakhirnya Pandemi Corona, Wabah Diterawang Bakal Berakhir Sebelum Vaksin Ditemukan

Vaksin Sinovac Biotech, seperti kebanyakan vaksin lainnya, menggunakan patogen virus corona baru yang tidak aktif secara kimia untuk membantu tubuh membangun kekebalan terhadap penyakit yang sebenarnya.

"Tes telah menunjukkan kemanjuran yang baik dan kami yakin tentang potensi vaksin ini," kata Yang Guang, juru bicara Sinovac Biotech, kepada AFP seperti dilansir Channelnewsasia.com.

"Sinovac Biotech telah memberikan data pra-klinis serius pertama yang saya lihat untuk kandidat vaksin yang sebenarnya," ujar Florian Krammer, ahli virologi di Fakultas Kedokteran Icahn, Mount Sinai, New York.

Baca Juga: Tanaman Herbal Masih Belum Mempan, Para Peneliti Dunia Berlomba Siapkan Vaksin dari Plasma Darah Pasien Sembuh, Siapa Sangka, Cara Ini Ternyata Teknik Kuno Penanganan Wabah Mematikan

Krammer baru-baru ini ikut menulis tentang berbagai proyek vaksin virus corona untuk jurnal Cell. Dia mengatakan di Twitter, penggunaan virus yang tidak aktif oleh vaksin adalah "teknologi kuno" yang akan membuatnya lebih mudah untuk meningkatkan produksi.

Hanya, para peneliti menemukan, beberapa jenis virus corona baru menunjukkan patogen perlahan bermutasi, berpotensi membuat pengembangan vaksin lebih sulit.

Namun, Sinovac Biotech menyatakan, percobaannya sejauh ini telah memperlihatkan vaksinnya bisa "menetralisir" jenis virus yang sangat berbeda yang mereka temukan di antara pasien di China, Italia, Swiss, Spanyol, dan Inggris.

"Ini memberikan bukti kuat, virus tersebut tidak bermutasi dengan cara yang akan membuatnya kebal terhadap vaksin Covid-19," kicau ahli imunologi Mark Slifka dari Oregon Health & Science University di akun Twitter.

Baca Juga: Corona Seakan Belum Cukup Mengerikan, Peneliti Malah Sebut Indonesia Terancam Tsunami Besar, Wilayah Ini yang Bakal Terkena Dampaknya

Cuma, menurut Lucy Walker, profesor regulasi kekebalan tubuh di University College London, vaksin dengan patogen yang tidak aktif membutuhkan suntikan penguat agar tetap efektif. Dan, masih harus dilihat, apakah penelitian Sinovac akan memberikan "perlindungan jangka panjang" dari virus.

Fase ketiga pengujian vaksin Sinovac Biotech akan membutuhkan sukarelawan manusia yang tidak pernah terinfeksi serta mereka yang memiliki gejala klinis virus corona.

Yang mengatakan, perusahaannya sedang mencari subjek uji di luar negeri karena China sekarang tidak memiliki cukup kasus Covid-19.

Baca Juga: Corona Masih Mewabah, Hong Kong Jadi Wilayah Pertama di Dunia yang Nekat Laksanakan Ujian Akhir Sekolah, Siswa Masih Takut Lihat Angka Kasus yang Belum Menurun

Pihak berwenang China telah menyetujui tiga uji klinis untuk vaksin sejauh ini, tetapi belum menandatangani uji coba fase tiga untuk upaya Sinovac Biotech.

Saat ini, tidak ada vaksin atau obat yang mendapat persetujuan untuk penyakit Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, akan membutuhkan 12 hingga 18 bulan untuk mengembangkan vaksin.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Harapan, vaksin Sinovac berhasil melindungi kera dari infeksi corona

(*)