Gridhot.ID - Dunia kini tengah menyorot pandemi global virus corona.
Pasalnya, virus yang bermula diketahui di Wuhan, China ini kini merambah hampir seluruh dunia.
Belakangan, China kembali menjadi perhatian dunia.
Bukan soal virus corona, melainkan klaim sepihaknya atas Laut China Selatan.
Bahkan memberlakukan larangan untuk negara-negara di sekitarnya melakukan kegiatan penangkapan ikan.
Hal tersebut kembali memanaskan sengketa Laut China Selatan yang memang telah berlangsung lama.
Kini, China pun menuai protes dari berbagai negara, seperti Vietnam dan Filipina.
Selain itu, klaim tersebut pun membuat situasi China dan AS memanas.
AS turut menentang klaim ekspansif China, bahkan hingga membuat militer China menyebutnya sebagai 'pembuat onar'.
Dalam situasi tersebut, China sempat memamerkan kekuatan militernya di Laut China Selatan.
Berbicara soal militer China, negara ini memang terkenal dengan kekuatan militernya. Bahkan kini telah memiliki senjata angkatan laut paling kuat.
Pada 2018 lalu, intelijen AS berhasil membongkar kekuatan militer China yang kian berbahaya.
Salah satu yang diketahui adalah kepemilikan China atas senjata Angkatan laut paling kuat yang disebut Railgun, yang menggunakan energi elektromagnetik, dan tidak menggunakan bubuk mesiu.
Railgun menggunakan energi elektromagnetik bukan bubuk mesiu untuk mendorong putaran, dan China mampu menyerang target 124 mil jauhnya dengan kecepatan hingga 1,6 mil per detik, menurut laporan itu.
Untuk perspektif, tembakan yang ditembakkan dari Washington, DC, bisa mencapai Philadelphia dalam waktu kurang dari 90 detik.
Railgun telah lama muncul di daftar keinginan militer Rusia, Iran, dan AS sebagai senjata hemat biaya yang memberi angkatan laut kekuatan meriam dengan jangkauan peluru kendali presisi, seperti dilansir dari CNBC.
Bahkan rincian Biaya, untuk membuat Railgun juga dilaporkan, disebutkan China mengelontorkan dana sekitar 25.000 Dollar As, hingga 50.000 Dollar As (Sekitar Rp 352 Juta - 700 Juta).
Angka tersebut terhitung lebih murah, dibandingkan dengan senjata rudal jelajah Tomahawk milik Angkatan Laut AS yang memiliki harga hingga, 1,4 Juta Dolar AS (Sekitar Rp 19 Milliar).
Pertama kali, Railgun Cina diperlihatkan pada 2011, dan tengah menjalani pengujian pada tahun 2014, dan laporan terkait dilaporkan oleh CNBC pada tahun 2015 dan 2017.
Ketika senjata tersebut dikalibrasi untuk menyerang, senjata tersebut juga berhasil dipasang di kapal perang, dan mulai di uji coba di laut pada Desember 2017.
Hal ini menjadikannya China mendapatkan satu tempat lebih tinggi di kubu Angkatan Lautnya, ketika prestasi tersebut belum pernah dicapai oleh negara lain.
Sedangkan di kubu Angkatan Laut AS, Railgun baru dikembangkan dan baru dioperasikan dalam beberapa tahun lagi.
Bahkan saat ini Railgun masih dalam pengembangan, dan bersifat rahasia di bawah Kantor Penelitian Angkatan Laut.
Bahkan China sudah mendahuluinya, dengan mengembangkan senjata sebesar ini, yang berasal dari pengerahan sistem rudal di Beijing ke pos terdepan di Laut Cina Selatan.
Railgun milik China juga dipadukan dengan sistem pertahanan pantai yang baru, dan merupakan tambahan yang signifikasi, terhadap militer China di salah satu wilayah yang paling diperebutkan dunia.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judulAngkatan Laut China Jadi yang Terkuat di Dunia Berkat Senjata Murah dan Hemat Biaya Ini, Kekuatannya Tak Diragukan, Mampu Serang Musuh dari Jarak Jauh Tanpa Meleset Sedikitpun(*)