Gridhot.ID - Gesekan Indonesia dengan China terkait klaim Negeri Tirai Bambu terhadap perairan Natuna Utara beberapa waktu lalu mungkin menjadi salah satu pertanda.
Pertanda bahwa penguatan alusista bagi TNI tak bisa ditunda-tunda lagi.
Melalui kekuatan TNI, Indonesia harus bisa mempertahankan wilayah kedaulatannya.
Dalam peristiwa Natuna, China dengan berani mendatangkan Coast Guard dan Fregat kelas berat Jiangkai II class untuk sekedar mengukur kesiapsiagaan angkatan perang Indonesia.
Untung saja, TNI dengan sigap mengirim satuan tempur siap perang demi meladeni agresivitas China.
Maka dari itu, keberanian prajurit harus dibarengi dengan peralatan tempur mumpuni masa kini.
Mengutip sipri.org, Kamis (12/3/2020), lembaga independen asal Swedia, Stockholm International Peace Research Institute atau disingkat SIPRI bekerja di bidang penelitian konflik, persenjataan, kontrol dan pelucutan senjata.
Lembaga tersebut menyediakan berbagai data, analisis, serta rekomendasi yang didasarkan pada sumber terbuka.
Salah satu pekerjaannya ialah membuat laporan transfer senjata di dunia dari berbagai negara.
Nah, pada kurun waktu tahun 2019, SIPRI mengeluarkan data impor persenjataan Indonesia.
Indonesia dalam laporan SIPRI nyatanya membeli berbagai senjata kelas berat hingga ringan.
Di antaranya kapal selam kelas Chang Bogo/Nagapasa Class, Self Propelled Howitzer CAESAR dari Prancis, kapal Landing Platform Dock (LPD) Makassar Class, sampai 80 jet tempur KFX/IFX dari Korea Selatan.
Berikut rinciannya.
Ada pula senjata yang berasal dari Israel walau Indonesia tak punya hubungan diplomatik dengan negeri Yahudi, yakni Turret Infantry Fighting Vehicle (IFV) ut-30 Mk2 yang nantinya akan dipasangkan di Pandur II.
Artikel ini telah tayang di Hot.grid.id dengan judul "Dibocorkan Lembaga Asal Swedia, Indonesia Ketahuan Beli Senjata Ini dari Israel Pada Tahun 2019, Dilakukan Demi Perkuat Alutsista TNI Padahal Tak Berhubungan Diplomatik dengan Negeri Yahudi"