Gridhot.ID - China akhir-akhir ini memang terkenal karena sering buat ulah di Asean.
Namun kehebatannya sepertinya harus berhenti di tengah jalan.
China menciut begitu saja, saat aksi militerisasinya di Laut China Selatan diganjal.
Tak tanggung-tanggung, China diganjal oleh salah satu negara yang telah berkomitmen terhadap kawasan maritim.
Dalam beberapa minggu terakhir sebenarnya gertakan China di Laut China selatan mengenai perebutan batas wilayah telah diamati banyak pihak.
Tanpa terkecuali salah satu negara dengan armada perang terbaik ini.
Namun, China tak menggubris apa yang dilakukannya dengan menanfaatkan krisis Covid-19 untuk lebih intensif militerisasi berbagai fitur sengketa wilayah.
Hal itu pun membuat Amerika Serikat mulai panas dengan tindakan yang dibuat oleh negeri Panda.
AS pun dalam beberapa minggu ini telah memberi kode penentangan kegiatan militer China di laut Kuning tersebut.
Termasuk latihan bersama antaran Angkatan Udara AS dan Marinir di Laut China Selatan serta latihan perang kapal selam di Laut Filipina yang bersebelahan.
Hingga pada akhir April lalu, Pentagon pun mengerahkan kapal perang USS Bunker Hill, USS America, dan USS Barry ke laut yang disengketakan tersebut.
Melansir dari Asia Times, sejumlah analis berpendapat bahwa aksi unjuk kekuatan yang luar biasa dari AS pada China itu tak lazim.
Lantaran beberapa kapal perang negeri 'Paman Sam' itu didampingi oleh fregat HMAS Parramatta dari Royal Austalian Navy.
Sampai pada 15 Mei, AS bahkan mengerahkan kapal perusak kelas USS Rafael Peralta Arleigh-Burke di sekitar 116 mil laut di lepas pantai China, sangat dekat dengan Shanghai.
Kapal ini merupakan kapal perusak AS kedua yang terlihat melintas disekitar wilayah China dalam kurun kurang dari sebulan.
Secara berkala dan signifikan, kapal-kapal perang itu diarahkan untuk operasi anti-pesawat tempur dan serangan.
Apa yang dilakukan AS tersebut adalah reaksi atas urgensi Pentagon terhadap kelakuan China ditengah pandemi ini.
Bahkan belum lama ini, Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) mengerahkan sebuah pesawat Y-8 untuk misi patroli perang kapal selam (ASW) ke Fiery Cross dekat dengan Filipina.
Mengutip dari Asia Times yang telah mengumpulkan data, China baru-baru ini memposisikan sistem peringatan dini dan kontrol KJ-500 di udara (AEW & C) di pulau yang disengketakan di Spratlys, yang telah berfungsi sebagai pusat komando dan kontrol operasi China di daerah tersebut.
“Alat tersebut berada dalam ruang lingkup kedaulatan Tiongkok yang meningkatkan pembangunan di pulau-pulau dan terumbu di Laut China Selatan dan menyebarkan senjata pertahanan sesuai dengan kebutuhan pertahanan nasional China,” jelas Zhang Junshe, seorang peneliti senior di PLA Naval Military Studies Lembaga Penelitian, baru-baru ini mengatakan kepada Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah China.
Kondisi ini berdampak pada negara-negara tetangga China yang lebih kecil yang juga mengklaim memiliki hal di wilayah Laut China Selatan, termasuk Malaysia yang biasanya tak banyak bicara.
Pasalnya, kapal-kapal China selama berbulan-bulan telah memburu kapal eksplorasi minyak Malaysia yang beroperasi di dalam zona ekonomi eksklusifnya sendiri (EEZ).
Perselisihan ini mendorong AS melakukan intervensi pada bulan lalu dengan mengirimkan kapal perang.
Hingga akhirnya, kapal Tiongkok meninggalkan daerah itu pada 15 Mei.
Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Koar-koar Tak Takut Lawan Negara-negara ASEAN, China Melempem Saat AS Kerahkan Armada Perang Sekaligus Termasuk Kapal Penghancur.
(*)